The Last 03

3.1K 540 343
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Malam ini begitu dingin dengan suasana sunyi yang setia. Bahkan sebuah tempat yang lembab itu seakan ikut merasakan hawa dingin malam yang tiada akhir.

Akar-akar berduri itu bergerak pelan melilit tubuh yang sudah menyatu pada mereka. Tubuh dengan wajah rupawan tanpa cacat itu tidak bosan menutup mata. Rambut kuning emas bersinar perlahan-lahan berubah menjadi merah menyala seiring berjalannya waktu.

Kekuatan spiritual yang telah diserap oleh akar-akar itulah yang membuat warna indah rambut wanita tersebut berubah.

Kulit pucat membiru dibagian yang terkena duri akar tersebut semakin mengering bersamaan kulit yang semakin memucat seperti tidak dialiri darah.

Fera yang telah menyandang nama Hayena terlelap dalam tidur panjangnya. Ia begitu dalam menyelami mimpi hingga tak tau jalan kembali.

Di ruangan yang gelap dalam mimpinya, Fera seperti tengah terduduk ditengah tempat sunyi tersebut dengan kedua kaki bersimpuh. Mata indah itu terpejam seperti tengah menyelami mimpi didalam mimpi.

Seakan mendengar samar-samar suara lembut dari seorang wanita.

Mata indahnya yang tertutup terbuka perlahan menatap ruangan gelap yang begitu sunyi. Fera yang tidak mengerti dengan keadaannya dan dimana ia sekarang mencoba berdiri. Namun sesuatu menahan kedua tangan dan kedua kakinya.

Fera terkejut melihat rantai besar mengikat kedua pergelangan tangan dan pergelangan kakinya.

Ia mencoba melepaskan diri, tetapi usahanya hanya sia-sia. Alhasil kulit pucat nya menjadi memar.

"Apa ini?" Imbuhnya dengan suara yang menggema. Mengangkat kedua tangannya dengan alis yang bertaut.

"Kenapa tidak bisa dilepas?!" Ia menarik kuat pergelangan tangannya hingga mengeluarkan darah.

Sakit. Fera merasakan sakit pada tangannya.

"Akhhh... Apa ini?!" Dengan kesal wanita itu menghentakkan rantai yang terdapat pada kedua pergelangan tangannya.

Fera mencoba untuk berdiri dengan ruang yang terbatas dikarena sesuatu mengikat tangan dan kakinya.

Baiklah. Cukup!

Fera seakan melupakan sesuatu. Tapi ia tidak bisa mengingat nya dengan jelas. Apa? Ia terus berpikir keras berharap ingatan yang mengganggu nya ini dapat kembali ia ingat.

"Fera."

Lagi. Fera mendengar seseorang memanggilnya lagi. Suara wanita yang mengalun dengan lembut, tidak tahu siapa.

"Siapa disana?!" Fera sedikit mencondongkan tubuhnya dengan mata yang memicing kedepan. Berharap terdapat secercah cahaya diruangan kosong juga gelap ini.

Sunyi. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Fera. Fera hanya bisa terdiam dengan wajah gusar.

Apa yang membuatnya berada disini? Ia tidak mengingat apapun kecuali namanya, Fera. Bahkan ia tidak mengingat dirinya yang bertransmigrasi ketubuh seorang wanita bernama Hayena. Ia juga tidak mengingat pernah menjadi seorang mafia selama menjadi Fera.

Ia melupakan semua hal itu. Termasuk kelima iblis dan juga Usa.

Fera seperti seseorang yang tengah kebingungan. Tidak mengerti dengan keadaannya dan juga alasan mengapa ia berada ditempat yang membuat nya frustasi ini.

Didalam dada nya Fera merasakan sebuah amarah yang besar dan juga, dendam? Entah lah, ia tidak bisa menggambarkan nya dengan jelas.

Lama pandangan nya kosong menatap tempat hampa. Tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya bisa terduduk seraya menikmati kesunyian.

Satu yang Fera yakini, ia sudah pasti mati. Tapi mengapa ia berada ditempat hampa ini? Apa dirinya telah berbuat dosa dan membuat nya dihukum seperti ini? Apa ini neraka?

Fera semakin bertanya-tanya.

Apa yang telah ia perbuat?

Semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya, namun tidak ada yang bisa menjawab seluruh pertanyaan itu.



"Semua nya kita akan berpesta malam ini!!"

Sorak-sorai meneriaki pria yang tengah berdiri diatas balkon menatap beribu prajurit yang sudah berbaris didepan menaranya.

"NIKMATI MALAM INI!"

"KARENA KITA HARI INI TELAH MENGALAHKAN SATU MANUSIA YANG SELAMA INI SELALU MENGHAMBAT KEKUATAN KITA!!" Usa mengembangkan senyumnya.

Ia sangat gembira ketika Callioer dengan para prajuritnya telah berhasil membunuh seseorang yang selama ini telah berhasil meluluh lantakkan sebagian pasukan mereka.

Manusia itu sangat kuat, sehingga membuat beberapa pasukannya takut berhadapan dengan nya.

Namun setelah Callioer turun tangan menghadapi manusia itu, dalam sekali serangan saja ia berhasil memenggal kepalanya.

"Tapi sebelum itu aku ingin kalian memberikan sorakan yang meriah untuk singa perang kita. Callioer Hanstone!!"

Sorakan pun terdengar menggemparkan. Beribu prajurit mengangkat pedang mereka menyambut kedatangan Callioer yang perlahan berdiri di samping Usa.

Pria dengan wajah rupawan itu hanya menatap datar tanpa ekspresi.

Ia tidak begitu bahagia dengan kemenangannya. Baginya semua hal yang ia lakukan terasa sia-sia.

Usa tersenyum sebelum kembali berkata.

"Aku harap kalian dapat memberikan kemampuan terbaik kalian kedepannya. Jangan terdengar lagi kekalahan di telinga ku!" Suara rendah Usa berhasil membungkam kan beribu prajurit. Udara disekitar mereka tiba-tiba berubah mencekam dan berat.

Callioer ikut merasakan hawa tersebut. Membuat tubuhnya kaku dan tidak bisa berkata-kata. Sebisa mungkin ia merilekskan tubuhnya, kemudian bersikap santai walau Callioer ikut tertekan.

"Kalian paham bukan maksud ku?" Bibir pria itu menyeringai dengan mata terbuka lebar menatap prajurit-prajurit yang membeku.

Ekspresi yang mengerikan. Itulah yang dipikirkan para prajurit.

Tubuh mereka bergetar kala Usa semakin mengeluarkan hawa gelap nya ketika tidak satupun dari mereka menjawabnya.

"Mulai lah berpesta," ucap Callioer datar dengan sengaja, membuat hawa yang awalnya berat kembali seperti semula.

Usa kembali menunjukkan senyum bahagianya.

"Benar yang dikatakan Callioer. Berpesta lah!"

Dengan kaku para prajurit tersebut berteriak dengan pesta yang akhirnya dimulai.

Selama kehebohan dan suara riuh pesta beribu prajurit. Mereka tidak menyadari sesuatu terjadi. Suara ledakan besar yang tidak didengar oleh siapapun.

Karena suara yang begitu ramai ditambah suara musik diiringi sebagian prajurit bernyanyi bersama, Usa tidak menyadari sesuatu terjadi. Sesuatu yang akan mengubah senyum lebar diwajah bak dewa kematian itu.

Fera telah bangkit. Ia terbangun dari tidur panjangnya.

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 08, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Antagonis Princess Hayena: the lastWhere stories live. Discover now