chapter 1

1.7K 125 9
                                    

{Happy reading}
.

.

.

Ring~

Bunyi dari bel sekolah menandakan jam kelas sudah selesai, hari ini Yang Jungwon telah selesai melakukan ujian untuk semester pertama. Dengan kepala yang selalu di tutupi hoodie tapi masih terlihat ia sedang menatap lembar jawaban yang sudah dinilai itu.

"Nilai sembilan puluh? Wahh... lain kali kau bisa tidak berpura-pura bodoh agar aku bisa memiliki nilai lebih tinggi darimu? " Ujar pemuda yang bernama Park Jongseong atau yang biasa disapa jay, teman semeja nya.

Jungwon sedikit melirik lembar jawaban Jay, ia melihat nilai empat puluh disana dan memutar matanya malas.

"Kau ini, dingin sekali. Karena itulah kau tidak punya teman" Ujarnya lagi sambil mengejek.

Jungwon sama sekali tak peduli dan tidak menjawab Jay.

Jungwon menbereskan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas, dan saat hendak berdiri Jay menahan tangannya, ia berusaha melepaskan genggaman Jay namun usaha itu gagal, Jay sangat kuat.

Pupil matanya membesar saat Jay menatap dalam matanya, ia pun berkedip beberapa kali menghindari tatapan itu. Jay dengan rasa penasaran memberanikan diri membuka tudung hoodie itu, sontak kaget Jungwon langsung menyembunyikan wajahnya dengan menunduk.

Jungwon merasa tak enak dan spontan mendorong Jay dengan kedua tangannya dan menutup kembali kepalanya lalu berlari dari kelas itu.

"Kenapa dia tidak pernah membukanya" Gumamnya sendiri dan menggelengkan kepalanya.

.

.

.

Plak!

Tamparan di wajah Jungwon terdengar sangat kuat, Ia menahan rasa sakit itu tanpa mengeluarkan ringisan sekali pun.

"Sembilan puluh? Apa kau tidak bisa mendapat nilai lebih baik dari itu?!, sialan! Kau hanya mempermalukan-ku" Ucap nya sambil mendorong kening Jungwon dengan telunjuknya beberapa kali.

"Maafkan aku, Ayah"

Hal ini selalu ia alami ketika ia tidak mendapat nilai sempurna. Ayahnya sangat membenci dirinya jika dia mendapat nilai dibawah angka 100.

Ia merasa malu karena semua putra ataupun putri dari teman bisnisnya memiliki ranking tertinggi di sekolah mereka.

"Kau... Masuk ke kamar mu dan kembali belajar. Aku tidak akan memaafkan mu jika kau mendapatkan nilai bodoh itu lagi" Usirnya setelah memukul Jungwon tanpa rasa bersalah.

Bukankah nilai sembilan puluh itu juga bagus, bagaimana sang Ayah menanggap itu adalah nilai buruk. Dia sama sekali tidak menghargai usaha putranya itu.

Tanpa sepatah kata pun Jungwon kembali ke kamar nya dengan kepala tertunduk.

Setelah itu ia menatap dirinya di cermin, perlahan ia membuka penutup kepala hoodienya sembari meneteskan air mata.
Terlihat jelas di lehernya ada bekas cekikan yang merah di tambah bekas tamparan yang baru saja ia dapatkan.

Sebelumnya ia mendapat cekikan karena ulah Ayahnya, bukan karena hal serius melainkan karena ia mendapat nilai minus saat menjawab soal dalam lesnya dalam bahasa Inggris.

Jungwon kembali ke meja belajarnya dan mengeluarkan buku-bukunya dan kembali belajar.

Ia mengusap air matanya berkali-kali namun air mata itu tak kunjung berhenti mengalir.

PREASSURE/JAYWON -(END)-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang