79 13 0
                                    

Pukul 02:34 AM, Mysta sampai di tempat dimana dia biasa melepaskan penat. Meskipun langit berwarna gelap dan suhu udara rendah. Entah kenapa, sekujur tubuhnya dibasahi keringat. Rasa tak nyaman membuat dia menanggalkan bajunya, lalu memutar keran hingga air mengalir deras di atas kepalanya.

Dengan mata terpenjam, Mysta mengambil kesimpulan dari interogasi kasus sebelumnya. Pelaku pembunuhan tidak meninggalkan jejak di rumah tersebut. Alat yang ia gunakan masih berstatus hilang. Cairan darah sudah dibersihkan namun tidak buang. Kira-kira dimana dan motif apa yang dia miliki untuk membunuh? Balas dendam? Cemburu? Benci? Keuntungan? Bagaimana Mysta tau jika asal usul korban pembunuhan tidak terdaftar dalam arsip kependudukan. Dan bisa-bisanya orang yang bernama Shu Yamino itu menyembunyikan orang asing di rumahnya. Satu-satunya mendapat petunjuk hanya melalui Shu. Tapi lihat sekarang, keberadaannya pun ikut tenggelam ke dalam perut bumi. 

Kasus ini mengalami jalan buntu! Ah sial, kenapa harus Mysta yang menangani kasus ribet seperti ini. Jawabannya simpel, atasannya memberikan penawaran. Apabila dia berhasil menyelesaikanny, maka posisi dia sebagai detektif akan diperpanjang tanpa melihat catatan buruknya.

Mysta memasukkan dirinya ke dalam bathtub. Dia tetap berpikir terkait langkah apa yang sebaiknya ia ambil selanjutnya. Bagaimanapun dia harus bisa meskipun nyawa taruhannya. Pertama-tama, dia akan mencari Shu Yamino. Ia bisa memulai dari latar belakang dan rekaman kegiatan sehari-hari Shu sebelum insiden pembunuhan. Ya, itu bagus Mysta! Mari kita berjuang dengan keras besok hari!

"Halo permisi, ini dimana ya?"

Alis Mysta mengernyit ketika alat pendengarnya menangkap suara yang tidak dikenalnya. Oh ya, matanya masih terpenjam. "Iya halo, ini di apartement atau lebih tepatnya kamar mandi saya..." di saat itu, Mysta baru menyadari sesuatu. 

Dia langsung membuka kelopak mata hingga bayangan seseorang tampil di manik biru cerahnya. Seorang lelaki dengan tinggi 173 cm, rambut abu-abu kebiruan serta memakai kacamata berbentuk segi enam.

Mysta ambil posisi siaga, dia terkejut sekaligus heran melihat ada orang lain bersamanya di dalam kamar mandi. "Jelaskan bagaimana dan kenapa kamu bisa disini! Atau saya akan menangkapmu dan kita selesaikan di kantor polisi atas kasus pelanggaran pasal 167 ayat (1)."

Gpp lah ya ngasal:'

"Tunggu, anda salah paham tuan Rias."

"A-ha! Kamu mengetahui namaku, jadi kasus ini bisa berubah menjadi kasus pencurian atau penculikan, mungkin." Mysta melangkah mendekat ke arahnya. Tangan dia berayun hendak mencengkeram tangan pemuda itu. Namun, dia dibuat terkejut untuk kedua kalinya.

KENAPA TANGANNYA TAK BISA MENANGKAP APA PUN? JELAS-JELAS TARGET TEPAT DISANA DIAM TAK BERGERAK. TAPI SEOLAH-OLAH BADAN ORANG ITU TEMBUS PANDANG. ..... JANGAN BILANG!

"Sebelum anda membuka mulut, kumohon tenangkan diri anda."

Mysta menelan ludah susah payah. Dengan gemetar, dia mengeluarkan suaranya. "Apakah kamu hantu?"

Orang di hadapannya mengulas senyum canggung. "Kalau saya bilang ya, bisakah anda tidak berteriak?"

Si detektif termenung sejenak, sebelum akhirnya ia bertingkah lagi. "BUNDAA, ADA HANTU DI KAMAR MANDI MYSTA." jerit ia sambil berlari memutar arah ke belakang

Hantu ini cuman bisa menghela nafas panjang. Dia sudah menebak ini semua akan terjadi. Tapi tidak dengan kaki Mysta terpeleset sabun batang, yang di tengahnya terdapat bolongan besar, sehingga kepala belakangnya terbentur lantai keramik.

'Hari ini nasibku apes sekali' gumam Mysta yang di detik berikutnya kehilangan kesadaran.

.

.

.

.

Mysta membuka matanya perlahan. Kemudian, dia menengok kesana-kemari sekadar memastikan kondisi sekitar. Seingatnya ia bertemu dengan hantu tampan, tapi sepertinya itu hanya bunga tidur. "Baguslah cuman mimpi." gumam Mysta. Dia kembali berbaring dengan lengan menutup matanya.

"Apakah anda baik-baik saja, tuan Rias?" Mysta mengingat suara ini. Setelah ia menggeser lengannya, tepat di depan muka muncul sosok yang ia yakini sebagai hantu. Ia hampir kehilangan kesadarannya, sebelum tangan putih krem itu menyentuh kedua pipinya. "Anda tidak boleh pingsan lagi. Saya kesini bermaksud meminta pertolongan." Mysta termangu sambil menatap lurus pada mata Ike.

Singkat cerita, Ike adalah hantu penasaran. Dia mati karena dibunuh oleh seseorang. Alasan ia meminta tolong ke Mysta dan bukan orang lain yaitu, dia berpendapat bahwa tampang Mysta bisa dipercaya. Begitulah ia berakhir disini.

Mysta berpikir sejenak. Dia harus memikirkannya matang-matang sebab dia sudah punya kasus yang akan menjadi penentu terakhir karirnya. Jika ia membagi perhatiannya kepada dua kasus berbeda. Mysta takut ia tidak bisa mengerjakan kasus utamanya secara maksimal.

"Apa latar belakangmu?" tanya Mysta.

"Nama saya Ike...." Mysta diam memperhatikan perubahan raut wajah Ike menjadi bingung dan terkejut. "Saya tidak ingat apapun."

Terdengar suara helaan napas dari Mysta. "Bagaimana dengan nama belakangmu?" Ike menggeleng kepala tanda tak tahu. Mysta menggaruk kepala belakangnya yang tak terasa gatal. Sudah dipastikan dia akan kesulitan membantu Ike, apalagi kasusnya mirip dengan kasus yang sedang ia tangani. Namun, mulutnya itu tidak mampu mengutarakan kalimat penolakan.

"Aku tidak berjanji dapat menyelesaikan masalah mu. Tapi, akan kuusahakan yang terbaik. Jadi jangan menangis kalau hasilnya tidak sesuai harapanmu." Ike mengangguk kepala gembira. Dia bersyukur detektif yang ia temui ialah Mysta.




✗-݇👻#02



Pagi hari telah tiba. Mysta sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Pakaian yang ia pakai terdiri dari jubah inverness coklat di atas bahunya dengan topi dan celana yang senada. Untuk pakaian atas, dia mengenakan blazer abu-abu gelap dan dasi bergaris biru terang dan gelap. Dia memakai kaus kaki putih panjang yang menutupi bagian kakinya yang terlihat, dan terakhir sepatu hitam sederhana.

Mysta tampak percaya diri hari ini. Ia merasa sangat segar untuk memulai hari. Senyumannya tak pernah luntur semenjak dia menginjak lantai kantor perusahaan ia bekerja. Tentu saja, orang-orang lalu lalang bertanya-tanya ada gerangan apa yang terjadi pada dirinya.

Termasuk pria berambut kuning terang ini alias Sonny Brisko. "Kau habis menang lotre ya?"

Mysta yang duduk di kursi miliknya hanya membalas dengan lengkungan bibir ke atas. Dia memangku dagu pada tangan kanan. "Coba kamu tebak." Sonny mengerutkan keningnya ketika mendengar Mysta cekikikan. Apa jangan-jangan temannya yang satu ini berubah menjadi orang gila? Kasian dia kehilangan akal sehatnya di usia muda. Memang tuntutan pekerjaan zaman sekarang itu berat sekali.

"Bro, mau aku anterin ke rumah sakit jiwa? Gratis ongkir." ujar Sonny dengan menepuk pundak Mysta pelan. Senyuman tuan Rias seketika memudar, digantikan dengan manyunan manjah dan tak lupa jari tengah berdiri tegak berbeda dari jari yang lainnya.

"Teman kampret. Tadi dalam perjalanan kemari, gak sengaja aku tabrakan sama cowok tampan nan menawan. Kita tukeran nomor telepon dan bikin janjian untuk ketemu lagi. Pagi penuh berkah~"

Sonny menyesal bertanya, ternyata ini anak bertingkah serperti remaja puber padahal usianya mendekati kepala tiga. Ia segera meninggalkan meja Mysta dan melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tunda.

"Loh mau kemana? Gak mau lihat fotonya kah?"

"Pass." balas Sonny tanpa memandang lawan bicara.


Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Jun 19, 2023 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

幽霊    ;MystIke;Où les histoires vivent. Découvrez maintenant