Setiap orang tercipta berpasang-pasangan, tidak ada yang bisa menebak takdir yang telah dirancang sedemikian sempurna.
Benang merah yang melingkar dijari kelingking mengikatmu pada pasangan hidupmu, tiada yang tau seperti apa pasanganmu kelak.
Apa...
Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.
Tap... Tap.... Tap...
Langkah kaki yang bergesekkan dengan rumput terdengar. Renjun meletakkan buket lili dan krisan, ia juga melihat buket krisan putih yang cukup segar sebagai tanda seseorang belum lama datang
"Lama tak bertemu" ucap Renjun, ia mengambil posisi duduk yang nyaman. Terlihat jika ia akan berada disana lama
"Kau tak pernah datang lagi ke mimpiku, bagaimana disana? Apa begitu nyaman sehingga kau tak pernah menemuiku dalam mimpi?" Ucap Renjun mengembungkan pipinya
"Jika kau masih di sampingku aku yakin kau akan mengetuk kepalaku keras... Aku menolak lamaran Jaehyun hyung"
"Kenapa rasanya aku ingin mendengar hujatan darimu" ucap Renjun dengan suara yang mulai bergetar
"Sungguh Jen... Entah mengapa aku merasa kosong setelah Jaehyun hyung pergi, aku tak menyangka bercandaanmu itu terbukti benar" ucap Renjun yang tertawa dalam tangisnya itu
"Aku masih ingat ketika kau panik dan menolak permintaanku untuk di kenalkan dengan hyungmu. Terlebih alasanmu adalah takut aku jatuh cinta dengannya... Tapi ternyata kau benar aku bisa semudah itu jatuh cinta pada Jaehyun hyung" pandangan Renjun kini berubah, ia menatap langit dan membiarkan angin meniup poninya yang semakin panjang
"Aku penasaran bagaimana reaksimu jika tau aku berencana melamar Jaehyun hyung" kini Renjun berjalan menuju pohon untuk bersandar, ia memilih untuk mencari tempat nyaman untuk melukis
"Aku berbicara dengan Haechan sebelum datang menemuimu, ia mengatakan hal yang mengejutkan. Tapi... Aku merasa lega setelah mengetahuinya" ucap Renjun mengeluarkan ipad dan pen untuk melukis
"Sayang sekali kau memilih pergi, padahal... Kita berjanji untuk mencari kebahagiaan kita bersama" Renjun mulai mengoreskan penanya pada ipad, mulai membuat sketsa wajah
"Aku kira kau akan memarahiku di mimpi karena mulai jarang menemuimu, kali ini aku ingin memastikan bahwa rasa milikku adalah rasa takut akan kehilanganmu"
Wajah itu mulai terlihat semakin jelas, rahang yang tegas tetapi erbanding terbalik dengan matanya yang menampilkan senyum yang indah
Renjunmengambar Jeno...
"Kau tau apa yang membuatku yakin?" Renjun menghentikan goresan penanya, ia menatap sendu wajah Jeno yang kini terlihat di ipad
"Aku mengharapkan kau bahagia meski tidak bersamaku, aku tak pernah cemburu ketika kau dengan yang lain, tapi aku hanya takut saat kau mengatakan kau akan pergi meninggalkanku" Renjun kembali mengoreskan penanya, menebalkan bagian rambut dan garis hidung Jeno
"Sedangkan Jaehyun hyung... Aku selalu berharap akulah yang menjadi pasangannya, aku sering cemburu dan senang dengan perlakuan kecil darinya. Namun yang pasti, ketika ia pergi aku merasa kosong"
"Aku pernah menjanjikan lukisanmu, aku juga ingat jika aku akan menyerahkan sketsa lukisanku padamu. Aku akan memamerkannya di pameranku, kau tak mungkin bisa mencegahku untuk hal ini" Renjun tertawa kecil
"Jeno... Terima kasih telah menjagaku, terima kasih telah menemaniku dan memberi warna dalam hidupku. Kali ini aku akan berjuang untuk kebahagiaanku" Renjun kembali menyeka airmatanya
"Aku mengingkari janjiku kan... Untuk tidak menangisimu" air mata itu semakin deras, seakan berlomba untuk jatuh ke tanah
"Doakan aku, aku harap Jaehyun hyung mau menerimaku kembali" Renjun dengan cepat menghapus air matanya, ia bergegas bangkit dan berjalan menuju makam Jeno lagi
"Terima kasih untuk menjadikanku pertama dalam segala hal" ucap Renjun pelan
"Saatnya aku pergi, aku harap ketika aku kembali datang.... Aku sudah bersama Jaehyun hyung" tawa kecil yang keluar dan bibir Renjun tak membuat suara serak itu hilang sepenuhnya
Langit yang mendung memaksa Renjun untuk pulang, sebelum tubuhnya basah oleh hujan.
. . .
.
Renjun sampai di apartemennya dengan selamat, hujan belum turun sesampainya ia di apartemen. Ia bergegas menganti baju dan membuat teh chamomile
Wangi chamomile menyerebam memenuhi indra penciumannya tatapannya pada langit yang semakin menggelap, biasanya ia akan bersandar dan memainkan jari Jaehyun hyung
Tapi kini... Ia hanyalah sendirian didalam apartemen miliknya
Ting....
Bunyi notifikasi terdengar dari ipad yang masih ia letakkan dalam tas, ia bergegas mengambil ipad miliknya dan membuka email
From : Jeffery Jung
Jantungnya berdetak dengan cepat, ia mulai membaca kata per kata dari email itu. Ia mendesah lega setalah tau jika Jaehyun hyung berencana untuk datang ke pamerannya
Senyum lebar tak bisa lepas dari bibir Renjun, ia masuk kedalam ruangan yang khusus ia gunakan untuk meletakkan lukisannya
Tumpukkan lukisan siluet seseorang memenuhi ruangan, Renjun langsung memilih nyaris semua lukisan yang berada di ruangan itu
Ia langsung mengirim pesan pada penanggung jawab pamerannya untuk mengambil lukisan yang akan ia letakkan pada special section
Hingga ia sampai pada sebuah lukisan yang selalu tertutup oleh kain, lukisan yang sedari lama ingin ia persembahkan pada seseorang yang berarti dalam hidupnya
Tanganya mulai bergetar membuka kain penutup lukisan itu, masih segar dalam memorinya lukisan yang berada di balik penutup itu. Karena ia lah orang yang menutup lukisan itu
Lukisan yang menjadi pemicu akan lukanya yang seolah enggan untuk menutup
Lukisan yang selama ini ia janjikan untuk Jeno, bahkan judul lukisan itu adalah judul yang ia pikirkan sedari lama
Perlahan kain penutup itu terbuka, menampilkan wajah Jeno dengan mata bulan sabit yang tersenyum hangat. Semua memori terputar cepat dalam pikiran Renjun, mengingatkannya tentang kebersamaannya dengan Jeno
Renjun mengusap pelan bibgkai lukisannya, hingga ia tiba pada judul lukisan yang ia buat timbul tepat dibawah tandatangannya
Renjun tersenyum tipis, kali ini ia tak ada raut sendu ataupun tangis yang berusaha ia bendungm hanya senyum tipis dengan kelegaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya
"To my first" ucap Renjun membaca judul lukisannya
"Aku tak tau apakah cinta pertamaku itu engkau atau itu hanyalah perasaan sayang yang tak bisa dideskripsikan... Tapi bagaimanapun perasaan kita dulu, kau tetap yang pertama bagiku dalam berbagai hal"
Berdamai dengan masa lalu bukanlah hal yang mudah Terlebih manusia bisa memaafkan tapi tidak dengan melupakan Kenyataan tak selamanya indah ataupun pahit Bukankah akan membosankan jika hidup hanya tentang kebahagiaan ataupun kesedihan Karena pada akhirnya keberadaan seseorang akan terasa ketika kita kehilangannya