Hanya Kamu

169 28 1
                                    

Disinilah mereka bertemu kembali. Kedua minuman yang mengepul tak bisa mengalihkan diantara kedua mata orang itu. pikiran mereka penuh dengan berbagai pertanyaan yang ingin dikeluarkan.  

Mereka mencoba terfokus akan sesuatu dihadapannya saat ini. Suasana cafe yang ramai tak bisa memecahkan keheningan yang terjadi di meja itu. Dua orang yang sudah lama tak bertemu.

Perpisahan terakhir mereka bukanlah hal yang bagus untuk di ceritakan. Sang wanita kemudian merubah posisi duduknya dengan meletakan kedua tanganya di atas meja.
"Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Well sebebarnya tak ada" ucap sang pria mencoba mengatur segala perasan yang ingin dikeluarkan

"Bukankah ini sedikit membuang waktu" 

"Ya sedikit, tapi mungkin aku perlu memberikan kebebasan diriku sejenak"

 "Aku bukan orang yang penting hingga kau perlu mengorbakan waktu luangmu" ucap sanga wanita dengan segala pengharapan bahwa obrolan mereka segera selesai

"Aku rasa aku perlu memberikan waktu diriku denganmu untuk membicarakan masa lalu, mungkin" ucap sang pria santai

Kedua tangan sang wanita mulai mengeratkan cengkraman pada gelas miliknya berpikir bahwa minuman miliknya dapat memberikan keberanian. "Aku tidak ingin membicarakannya. Itu sudah 2 tahun yang lalu dan-"

"Aku ditipu" 

Sang wanita hanya bisa terdiam ketika ucapannya terpotong.

"Aku telah di bohongi dan entah mengapa aku memilihmu untuk semuanya. Kau tau kekayaan keluarg Finch tak bisa terbayangkan apalagi hingga jatuh ketangan orang lain" 

"Apa maksudmu?" sang wanita masih bingung arah pembicaraan yang dilontarkan pria itu

"Sara menipuku bahwa aku mandul. Ia melakukan itu agar ia bisa dengan laki-laki lain tapi tetap memerasku"

"Aku menyurihmu melakukan perjanjian 6 bulan itu agar kakek menemukanmu dan berpikir aku telah bersamamu. Dan setelah perjanjian itu selelsai aku akan mengadopsi anak seolah semuanya pas, kekayaan Finch tentu akan jatuh padaku" 

Meja kembali sunyi tak ada tanggapan dari sang wanita. Semua permasalahan masalalu seolah terjawab. 

"Aku jadi teringat ketika perjanjian itu hampir selelsai kau mengatakan bahwa kau hamil. Jadi perkiraan anak ku telah tumbuh" ucap sang pria tegas

Sang wanita merasa kan ketetgangan yang menguras seluruh tubuhnya. Tak ada yang bisa keluar dari muluh sang wanita. Ia memilih meninggalkan meja. Sebelum sampai memanggil taksi. Tanganya sudah di tarik paksa berbalik kebelakang. 

Pria itu bisa melihat mata indah yang menangis. "Kenapa?"

Pria itu adalah Dryan dan wanita yang ada dicengkramannya itu adalah Megi. mereka kembali bertemu setelah 2 tahun lamanya tak bertemu. entah sebuah kesengajaan atau bukan, yang jelas mereka telah bertemu di cafe yang tadi mereka tempati. 

"A..ku ak-" Megi tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia langsung merosot menutup wajahnya.

Dryan tidak peduli jika semua orang melihat yang terjadi saat ini diantara mereka 

"Dia pergi Dryan. Dia telah pergi. Aku menghilangkannya. Aku telah membunuhnya Dryan" 

Dryan seolah kehilangan kata-kata ia menendangn ban mobil yang ada dihadapannya seolah ia ingin menghancurkanya. "Brengsek!" 

Secara perlahan Dryan menarik Megi berdiri dan memilih memeluk Megi dan tangisan pun kembali pecah. Pelukan Dryan terus mengerat berharap rasa sedih yang di derita Megi dapat berpindah pada dirinya. 

"Setelah kau mengusirku aku berjalan memcari tempat tinggal. Tidur dalam kedinginan dan aku tidak makan dengan baik, pikiranku tidak bisa memikirkan yang lain. Hingga aku membunuh dia yang bahkan belum pernah kulahirkan."

Dryan mengelurkan air mata, keegoisannya telah melukai sang wanita pujaanya dan menghilangkan anaknya. 

"Jadi aku mohon padamu Dryan lepaskan aku" ucap Megi masih dalam tangisan. 

Dryan melepaskan pelukannya dari Megi. Megi pun memilih langsung memanggil taksi yang ada disekitar. Dryan yang melihatnya tak bisa mencegah kepergian Megi. mengehentikannya sama saja dengan melukai Megi kembali. 

__#_#__

4 Bulan kemudian

Megi melihat sebuah surat tanpa pengirimnnya. Megi pun membukanny adan membaca surat yang ia terima. 

Kepada mrs finch atau nona Megi

Aku tau memberikan surat ini terlalu klise di zaman modern ini. tapi aku tau jika menemui langsung hanya akan membuatmu lari dari saya atau pun memberikan pesan padamu yang aku yakini tak akan pernah kau baca. 

Sebenarnya aku sangat ingin menamparmu atau mencekikmu secara langsung, karena kau telah membuat cucuku koma selama 2 bulan. tapi menyakitimu sama saja dengan menyakiti cucuku lagi. nona Megi bagi cucuku yang bodoh itu kau sangatlah berharga baginya. aku tak memintamu untuk kembali bersamanya karena aku tau hatimu terlalu terluka karena kehilangan anakmu oleh cucuku. tapi cucuku terluka juga karena ditinggalkan olehmu.

Saat ini aku sedang sekarat bolehkah aku meminta permintaan terakhirku. permintaan yang aku rasa kau akan menolaknya. datanglah kerumah dan tinggalah bersamaku hingga mautku. temanilah cucuku ketika pemakamanku, temani dia hingga kondisinya setabil setelah itu kau boleh pergi. Aku berharap kau mau memenuhi permintaan terakhirku, karena aku tau aku akan pergi ketika melihat cucuku tenang

Salam Ares Finch,S

Megi ragu tapi ia tak bisa menolak permintaan kakek Dryan yang sedang sekarat. Otaknya mengatakan jangan tapi hatinya mengatakan sebaliknya. 

Tanpa sadar Megi telah memasukan beberapa bajunya kedalam koper dan setelah siap ia memesan Taksi menuju rumah yang ia tuju. 

Sesampainya disana ia disambut pelayan.
"Silahkan Nona tuan besar sedang dikamar, Koper anda akan saya bawa kekamar anda" ucap sanga pelayan sopan

Megi hanya mengangguk atas ucapan sang pelayan dan kakinya mulai melangkah kekamarnya Arse. Setelah membuka pintu kamar Arse matanya melihat berbagai peralatan medis tengah terpasang dengan banyak. 

Seorang suster yang melihat keberadaan Megi langsung pamit untuk mempersilahkan Megi. 

Megi mendekati ranjang Arse. Keheningan tengah terjadi didalam kamar. Megi mengusap perlahan tangan Arse. Hingga Megi terkaget mendengar suara Arse. 

"Terimakasih Megi" ucap Arse lemah 

Megi hanya mengangguk atas ucapaan Arse. 

cukup lama Megi berada di kamar Arse hingga suster kembali masuk dan memberikan obat. Megi membiarkan Arse istirahat. 

__

Megi memasuki kamar tamu tapi ia tak menemukan koper miliknya. ia pun bertanya pada pelayan yang mengambil kopernya tadi. 

"Koper anda ada dikamar bawah nona" ucapnya

jelas Megi tau yang di lantai satu hanya ada kamar Arse dan Dryan. tapi Megi berharap Dryan tidak sedang ada disini. 

Megi memasuki kamar Dryan dan melihat kopernya yang ada di samping ranjang. 

Belum sempat Megi menggapai koper miliknya, terdengar pintu yang dibuka dan suara yang ia kenal. 

"Aku akan makan nanti tak perlu di kamar"

Megi merasa bisa mematung, badannya tak bisa bergerak. 

"Kau tak mendengar kataku, aku tidak akan makan dikam-. Megi apakah itu benar dirimu?" ucap Dryan tersadar

Megi mencoba mengeratkan tangannya pada koper dan berjalan keluar kamar Dryan tanpa menjawab pertanyaan Dryan. 

Dryan mengikuti Megi keluar kamar. 

"Sedang apa kau disini?" 

Megi berhenti dan menoleh kearah Dryan "aku akan tinggal sementara disini"

Mereka berdua saling menatap dalam diam tanpa berniat berbicara panjang lebar. 



One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang