Jeno tersenyum menanggapi perkataan Haechan. Ia yang sudah siap, berdiri dari duduknya lalu menepuk pundak Haechan beberapa kali sebagai salam perpisahan.

Haechan menghela nafas melihat kepergian Jeno yang tengah dirangkul posesif oleh Jaemin dari belakang.

.

.

.

.

"Kita mau kemana?" Tanya Jeno begitu keduanya tengah berada dalam mobil Porsche hitam milik Jaemin yang kini berjalan di padatnya jalan raya.

Jaemin tersenyum, sebelah tangan menyetir mobil sedangkan sebelahnya lagi menggenggam tangan Jeno, memberi elusan pada punggung tangan, sesekali menoleh kesamping dengan senyuman misterius, membuat Jeno mengerutkan kening terheran-heran.

"Jangan tersenyum begitu, itu menyeramkan." Jeno melihat ke jalanan sekitar yang tampak asing. "Kita gak ke hotel seperti biasa?" Tanyanya.

Sejak kejadian yang merubah hubungan mereka menjadi lebih dekat, Jaemin memang menyewa hotel untuk dijadikan tempat singgah sementara sebelum pulang untuk saling berpadu kasih dengan alasan 'rindu' padahal nyatanya itu hanya modus.

Nyatanya mereka sering bertemu dan selalu terhubung melalui ponsel diwaktu senggang.

"Kau akan tau." Hanya itu jawaban Jaemin yang membuat rasa penasaran Jeno tak terpuaskan.

Tibalah mobil Porsche milik Jaemin berhenti di kediaman mewah. Jeno sedari tadi terperangah melihat luas dan indahnya halaman depan, ada taman kecil dengan beberapa gazebo serta air mancur berbentuk bundaran.

Jaemin tersenyum senang, ia berjalan menghampiri sang belahan jiwa lalu memeluk dari belakang. "Ayo masuk," ajaknya setelah memberikan beberapa kecupan pada daun telinga Jeno.

Keluarga Jaemin memang kaya raya, rumahnya saja begitu besar dan luas. Begitu masuk ada penjaga berbadan besar berotot dan beberapa pelayan pria maupun wanita dengan pakaian putih navy yang menyambut.

Jeno digiring menaiki tangga yang berkelok menuju lantai atas, dimana kamar Jaemin berada. Begitu telah sampai di dalam kamar, Jeno masih asik saja mengagumi apa yang terlihat. Meskipun kamar milik Jeno tak kalah besar dari milik Jaemin, tapi interiornya jelas berbeda. Nuansa kamar milik pemuda Na terkesan lebih kelam, hampir semua yang ada di kamar berwarna merah marun dan hitam, banyak peralatan elektronik di beberapa bagian dan jendela kaca yang lebar dan besar terhubung dengan balkon.

Pelukan dari arah belakang membuat Jeno tersentak kaget, ia menoleh ke arah samping, dimana kini Jaemin meletakkan dagu di bahunya sambil tersenyum lebar. "Kangen ...," ungkap pemuda Na dengan sejuta makna.

Wajah Jeno memerah begitu paham maksud dari sang alpha. Tangannya menahan gerakan tangan Jaemin yang mulai melepaskan kancing seragamnya. "Bagaimana jika ada yang masuk," gumam Jeno menutupi rasa gugup, ia menggigit bibir bawah dengan wajah yang semakin merona begitu Jaemin melepaskan seragam atasnya hingga tanggal.

Meski sering melakukannya, tetap saja rasa malu tak kunjung hilang. Jaemin membalik tubuh omeganya lalu mendaratkan ciuman pada area bahu dan dada sebelum memulai mengulum puting Jeno.

"Tu-tunggu dulu ... "

Jeno menangkup pipi Jaemin, menjauhkan dari dadanya, sontak hal itu membuat Jaemin cemberut lucu menatapnya. "Kenapa?"

"Pintunya ... "

Jaemin menghela nafas, ia menegakkan tubuh, menoleh ke arah pintu yang tak tertutup rapat, ada sedikit celah terbuka.

Ia menarik tangan Jeno, membawanya ke ranjang lalu mendudukkannya. Pemuda Lee hanya diam mengikuti apa yang sang alpha lakukan.

Jaemin berjalan kearah pintu, menutupnya rapat lalu mengunci. Setelah itu ia berbalik kembali berjalan kearah Jeno ambil membuka kancing seragamnya sendiri. "Sudah kan?"

Jeno mengulum bibir bawah. Dagunya disentuh lalu di dongakkan keatas, kedua labium itu saling bersentuhan lalu melumat. Jeno maupun Jaemin sama-sama memejamkan mata, dengan perlahan Jaemin membuat Jeno semakin terbaring diatas kasurnya tanpa menghentikan ciuman.

Decapan ciuman mereka terdengar menggema di ruangan itu, Jaemin beralih mencium dagu Jeno lalu semakin turun ke leher. Dengan spontan Jeno mendongak memberi akses, nafasnya memburu dengan mulut yang sedikit terbuka menerima cumbuan pada tubuhnya.

"Jaemin ... " panggil Jeno lirih membuat sang pemilik nama kini beralih menatapnya. Tangan Jeno terulur menyentuh rahang Jaemin, memberi elusan lembut yang membuat sang alpha memejam terlena.

Tangan yang mengelus itu diraih lalu dibubuhi diciuman, Jeno suka perlakuan manis Jaemin padanya.

Tangan Jaemin beralih pada pengait celana Jeno, ia nampak kesulitan karena terlihat tak sabaran dan Jeno dengan senang hati membantu melepaskan.

Setelah penutup bawah terlepas dengan perlahan Jaemin turun dan mulai memainkan milik omeganya. Jeno tersentak begitu penisnya mendapat hisapan kuat, wajahnya memerah dengan punggung tangan kanan yang menutupi mulut, satunya lagi meremat seprai.

Tubuhnya menggeliat gelisah saat Jaemin semakin menjadi dibawah sana. "Jaem! Akhh! Hngg~" tangan Jeno menarik rematan seprai sampai kusut saat lubangnya ikut jadi sasaran permainan jari sang alpha.

"Please... please... Jaemin, please~"

Ia merengek tak tahan, puncak klimaksnya akan sampai. Sialnya Jaemin malah berhenti, membuatnya mendesah frustasi, kakinya bergerak gelisah dan acak sebagai bentuk ketidakpuasan.

Jeno menoleh kebawah, dimana kini Jaemein berdiri untuk melepaskan celananya sendiri. Karena tidak sabar, Jeno duduk dan ikut membantu melepaskan celana Jaemin.

"Aw! Slowly, baby." Jaemin mengelus kepala Jeno yang nampak tak sabaran--lebih parah daripada dia tadi--sampai celananya terlepas ditarik kebawah oleh Jeno.

Jaemin kembali dibuat terkejut oleh tarikan Jeno yang membuatnya terbaring di ranjang. Tanpa banyak basa-basi Jeno menaiki tubuh Jaemin, menempatkan penis itu didepan lubangnya lalu turun perlahan.

"Jeno. Oh astaga!" Jaemin memegangi pinggul Jeno, sekalian melihat penisnya yang perlahan memasuki milik sang omega.

"Jaemin~" Jeno mendaratkan bibirnya pada bibir Jaemin lalu melumatnya bersamaan dengan tubuhnya yang bergerak naik turun.

Sisi liar Jeno seperti ini tak pernah diduga, dan sialnya Jaemin begitu suka. Ia membiarkan Jeno menguasai tubuhnya, bergerak liar mencari kepuasan.

Tangan Alpha itu tak henti menggerayangi tubuh atas Jeno; meremas dadanya, memberikan elusan pada perut dan paha lalu juga pada pipi dan bibir. Mengagumi apa yang melekat pada diri Jeno.

[]

*** Unexpected ***



Note :

Jiakh gantung, ahaha ....
tetap seterong guys, besok update lagi kok.

Sebenarnya ini masih satu bagian sama part sebelumnya, lalu part selanjutnya nanti. Karena terlalu panjang, jadi dipotong biar gak bosen.

Sekalian memperbanyak part sih, hihi. Terimakasih atas support-nya 💚

30-06-2022

Salam dari Samoyed_J

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Salam dari Samoyed_J

[End] Unexpected - JaemjenWhere stories live. Discover now