o n e

123 28 2
                                    

"Kak, hari ini gak usah sekolah dulu ya,"

Kalimat pembuka datang dari sang ibu ketika Yoshi baru saja hendak mengoleskan selai di rotinya.

"Loh, kenapa?" Gerakannya langsung terhenti di udara saat kalimat itu dilayangkan kepadanya.

"Nenek mau kesini. Kasihan 'kan, kalau nenek udah jauh-jauh kesini tapi gak ada siapa-siapa."

"Tapi Ma–"

"Kali ini aja, ya? Kamu gak kasihan?"

Helaan napas panjang sontak mengudara. "Oke."

.

Setengah jam sudah berlalu, ketika seseorang yang kerap Yoshi panggil 'nenek' datang dan ia terus memaksa senyumannya untuk hadir di bibirnya.

Bukannya Yoshi membenci sosok tersebut atau apa. Yoshi hanya—

"Yoshi masih punya kutukan itu?"

Hyera tersenyum menanggapi kalimat yang dilontarkan oleh orang yang telah melahirkannya sebagai jawaban.

"Emang harusnya kamu gak menikah sama Kanemoto."

—tidak suka saat topik itu terus diungkit agar keluarganya dapat kembali dipojokkan.

"Sudah hidupnya susah, bawa sial lagi."

Lagi dan lagi, Yoshi hanya bisa mengepalkan kedua tangannya di bawah meja.

"Coba kamu dengerin kata ibu waktu itu buat nikah sama dia. Pasti sekarang hidup kamu enak. Harta banyak, dan yang paling penting, gak jadi orang tua tunggal." Maniknya bertemu dengan sang cucu, Yoshi yang menatapnya dengan tatapan penuh arti. "Karena setahu ibu, dia bukan orang yang ceroboh yang bisa ninggalin keluarganya cuma karena gak bisa menerima keadaan dirinya sendiri."

Kalimat demi kalimat pedas terus terlontar begitu saja tanpa memperhatikan perasaan sang lawan bicara.

Yoshi melirik kecil ibunya. Cukup! Ia tidak tahan lagi. Mulutnya akan sulit dikendalikan jika sang nenek masih di sini.

Beruntung Aeri sedang berada di sekolah saat ini. Yoshi hanya tidak mau Aeri mendengar semua kata-kata menyakitkan keluar dari bibirnya. Awalnya berdua bersaudara itu memang dilarang ibunya untuk pergi ke sekolah. Namun tadi Aeri kekeh ingin pergi dengan alibi terdapat ulangan hari ini. Jadi mau tidak mau, Hyera, sang ibu mengijinkan.

"Nenek gak tau apa-apa tentang ayah."

Nenek Yoshi memasang raut terkejut dengan dua tangan yang menutupi bagian mulutnya. "Gak tau apa-apa?"

Yoshi memilih untuk menutup mulutnya rapat-rapat. Menghiraukan sang nenek sebelum mengoceh ini itu. Namun maniknya seketika membulat saat kalimat itu terucap.

"Bukannya dulu kamu yang bilang semuanya ke nenek, cucuku?"

TBC


t

elat lagi..
hehe maaf ya
kmrn itu rencananya aku mau rombak alur, sekalian mau benerin plot hole

ehhh malah keterusan ga up😌

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 08, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[iii] maldición: see deathWhere stories live. Discover now