9. Tragedi Setelah Tragedi

Start from the beginning
                                    

Tapi, kenyataannya tidak seperti itu. Kei sudah dibawa pergi.

Padahal, ia baru saja berharap agar bisa melindungi senyumannya. Sekarang, bukan lagi senyumannya yang pudar, tapi senyumannya yang Yabu sendiri tidak yakin bisa melihatnya lagi.

Dadanya terasa membeku oleh malam musim gugur yang dingin. Sesak. Yabu memeluk jaket yang harusnya ia pinjamkan ke Kei. Membenamkan wajahnya yang sudah basah oleh air matanya.

Ia berteriak keras, meskipun teredam oleh jaket yang dipeluknya.

Kini, ia harus membawa penyesalan itu kemanapun dirinya pergi.

~ 💚 ~

"Yabu-kun, kau hari ini kenapa, sih?"

Yang dipanggil hanya menggeleng dan melahap makanannya dengan sangat tidak bergairah. Kini, mereka sedang memakan bentonya masing-masing di atap sekolah.

Mizuki menghembuskan napasnya malas, "Kei juga gak masuk. Orang-orang pada kenapa sih hari ini!?"

"Kei yang membuatku seperti ini," celetuknya dengan suara yang sangat pelan, namun masih dapat didengar oleh kedua sahabatnya.

"Kei? Apa jangan-jangan kau tau alasan kenapa dia gak masuk hari ini?" Duga Hikaru yang dijawab dengan anggukan oleh Yabu.

"Kenapa? Ada apa dengan Kei?"

Yabu menutup matanya, berusaha untuk menetralkan dirinya untuk tidak berteriak atau menangis lagi. Ia sudah lelah, karena semalaman tidak tidur dan hanya melakukan dua hal tersebut.

"K-kei, dia-"

Tangannya yang memegang sendok bergetar hebat. Kejadian itu benar-benar membuatnya trauma dan takut setengah mati. Ia bahkan tidak tau apakah sanggup menceritakan hal ini kepada Mizuki dan Hikaru. Meskipun, memang mereka harus tau.

Hikaru meraih tangan Yabu yang gemetaran, "Tidak apa-apa. Pelan-pelan saja."

Yabu menetralkan napasnya yang menggebu-gebu. Ia mulai menceritakan semuanya mengenai kejadian semalam. Meskipun pada akhirnya, air matanya lolos juga. Ia berusaha tenang, meski bahunya naik turun tidak beraturan.

"Kei... Apa dia berbohong kepada kita?"

"Dia tidak benar-benar melunasi semua hutangnya sehingga harus sampai seperti ini... Kenapa?"

"NE! YABU-KUN! KENAPA DIA SAMPAI HARUS SEPERTI INI!? KENAPA!?" Mizuki menggoyangkan tubuh Yabu yang masih terisak. Ia putus asa, sama putus asanya dengan Yabu dan Hikaru.

"Semuanya juga salahku. Dari awal, harusnya aku bisa mencegah orang-orang itu untuk tidak membawa Kei. Aku terlalu pengecut, Mizuki!"

"Kalian berdua, tolong berhenti menyalahkan diri kalian sendiri! Kalian begini terus, gak akan buat Kei kembali! Kumohon berhentilah!"

Hikaru benar-benar frustasi dengan kelakuan adiknya dan sahabatnya itu. Ia juga sangat menyesal, tapi ia juga tau dengan saling menyalahkan seperti itu malah membuat situasi semakin memburuk.

Setelah teguran dari Hikaru, suasana menjadi lebih hening. Mereka mulai merenungkannya dalam pikiran dan hati masing-masing. Terus terhanyut bersama angin musim gugur yang membelai anak-anak rambut mereka. Memperbaiki penampilan sebelum bel masuk berbunyi dan kembali masuk ke kelas seolah tidak ada sesuatu hal yang terjadi kepada mereka sebelumnya.

Mereka pikir mereka bisa bersikap seperti biasa setelah ini. Namun, ketika sekelompok pria dewasa mulai memasuki kelas mereka, pertahanan mereka runtuh. Bagi teman sekelas lain, mungkin mereka tidak mengetahui siapa sekelompok pria dewasa ini. Yabu ingat salah dua dari pria itu. Pria yang pernah mengganggu kehidupan Mizuki, mereka disini.

Disaat Yabu berpikiran seperti itu, speaker kelasnya berbunyi statis dengan sangat nyaring dan memekakkan telinga. Ia kemudian menyadari salah satu pria yang Yabu ingat berjalan mendekati meja Mizuki yang tidak jauh dari mejanya.

"Mizuki-chan, dimana meja Inoo Kei?"

Tubuh Mizuki gemetaran dan perlahan menunjuk ke arah bangku kosong yang terletak di belakang. Pria itu tersenyum dan berjalan menuju meja yang ditunjuk. Matanya mengisyaratkan kepada pria dewasa yang lain untuk menghampirinya, sementara suara di speaker itu terus berbicara.

"Mungkin kalian sudah muak dengan ocehan bertele-tele dari pria tua ini. Baiklah, akan kusampaikan tujuan kami. Sebenarnya, kita cuma mau memberi nasihat kepada seluruh penghuni di sekolah ini untuk jangan bersikap sok jagoan, kalau kau sendiri tidak mampu. Kami hanya memperingatkan kalian untuk tidak jatuh ke lubang yang sama."

Yabu sangat mengerti maksud dari pria di speaker itu dan karena dia paham, ia menjadi sangat kesal. Mereka seolah sengaja membuat Kei di posisi yang bersalah. Yabu ingin protes, tapi nyatanya ia hanya terdiam di bangkunya.

"Salah satu murid di sekolah ini pernah bersikap layaknya sosok hero yang ia pikir ia bisa menanggungnya. Tapi, ia bahkan tidak lebih dari seekor kutu. Dari cerita ini, aku harap kalian tidak bertindak melebihi kemampuan kalian. Mungkin hanya segitu wejangan dari kami."

"Wejangan apa sialan!" Hikaru mengumpat membuat seluruh mata menatap ke arahnya.

Beberapa pria dewasa itu sudah meninggalkan kelasnya dengan mengangkut bersama meja dan kursi milik Inoo Kei sehingga Hikaru berani mengumpat seperti itu. Yabu sendiri juga tidak mengerti tujuan mereka menggotong meja dan kursi milik Kei untuk apa dan mau dibawa kemana. Namun, hal itu malah semakin membuat firasatnya tidak enak.

"Sebagai ucapan penutup, kami harap kalian tidak perlu mencaritahu dan menganggap seorang bernama Inoo Kei pernah bersekolah disini. Terima kasih sudah mendengarkan nasihat kami dan jangan lupa untuk melihat oleh-oleh dari kami. Selamat melanjutkan pembelajaran hari ini!"

Oleh-oleh. Apa jangan-jangan...

Hikaru dan Mizuki mulai berlari meninggalkan kelas. Yabu juga mengikuti mereka berlari di belakang. Dari kaca jendela bisa terlihat sebuah asap membumbung dari lapangan sekolah. Dadanya bergerumuh tidak karuan.

Apakah mereka harus melakukan hal sekejam ini? Kenapa jadi seperti ini?

Sesampainya di lapangan, kakinya seketika lemas. Meja dan kursi milik Kei sudah hangus dilalap kobaran api. Mizuki menangis tidak karuan dan berusaha mendekati kobaran api tersebut. Hikaru juga hanya bisa menangis sembari menenangkan Mizuki.

Kejadian ini begitu mengerikan bagi kami dan seluruh penghuni sekolah. Mereka bertiga tidak pernah memikirkan bahwa pihak mereka akan seserius itu untuk datang ke sekolah dan membakar fasilitas sekolah begitu saja.

Semua penghuni sekolah benar-benar dibuat takut oleh mereka. Terutama Yabu, Mizuki, dan Hikaru. Sampai akhir hayat pun, mereka tidak akan pernah bisa melupakan kejadian ini.

Sampai kapanpun.

Flashback end

.

.

.

-Tbc

Unknown BoyWhere stories live. Discover now