9. Tragedi Setelah Tragedi

24 2 1
                                    


Dua bulan telah berlalu sejak mereka menginjak kelas dua SMA. Bagi Yaotome bersaudara, sudah melewati bulan ketiga tanpa adanya gangguan dari penagih hutang ayah mereka. Sahabatnya, Kei benar-benar menanggung semuanya. Bahkan ucapan terima kasih pun tidak seberapa untuk membalas budi atas tindakan Kei tersebut.

Semuanya benar-benar kembali seperti dulu. Gosip mengenai Mizuki hilang seperti di telan bumi. Ia tidak perlu khawatir akan hari esok. Ia tidak perlu khawatir jika bel pulang sekolah berbunyi. Ia tidak perlu khawatir jika mereka datang lagi.

Semuanya sudah selesai. Berkat Kei.

Itu yang Yabu yakini sebelum ia mendapatkan panggilan tidak terjawab dari Kei. Dahinya mengerut saat ia selesai mandi dan mengecek ponselnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Tidak biasanya, Kei meneleponnya hampir larut malam seperti ini. Ia kenal betul seorang Inoo Kei lebih suka mengetik langsung di chat jika ada yang ingin disampaikan. Bukan tipikal orang yang menelepon duluan.

Yabu berinisiatif menelepon balik ke nomor Kei. Berharap bahwa ini bukan sesuatu yang darurat atau hal yang membuatnya cemas. Ia yakin sahabatnya itu baik-baik saja.

"Moshi-moshi."

"Kei, ada apa meneleponku?"

"Mengganggu, ya? Bukan apa-apa, kok."

Dari sambungan telepon, ia bisa mendengar suara bising seperti suara kendaraan bermotor dan angin yang berhembus. Apakah ia sedang diluar? Di musim gugur yang dingin ini?

"Kei, kau sedang dimana?"

"Aku lagi di taman dekat bioskop."

"Baiklah, aku akan kesana."

Dengan cepat, Yabu segera memakai jaketnya dan membawa jaket tambahan jika memang sahabatnya hanya memakai kaos oblong di taman seorang diri. Entahlah, firasatnya mengatakan bahwa ia harus kesana.

Jarak antara taman itu dengan rumahnya tidak begitu jauh. Tetapi, ia tetap tidak ingin membuang waktu lama di jalan sehingga pilihannya adalah dengan menggunakan motornya. Dari luar taman, Yabu bisa melihat seseorang sedang duduk sendirian di bangku.

Saat kakinya melangkah mendekati sosok itu, ia menyadari bahwa memang benar itu adalah Kei. Tangannya melambai menyapa sosok Kei yang sedang duduk. Kei juga menyapanya dengan senyuman.

Senyuman yang hangat.

Yabu harap bisa melindungi senyuman itu agar tidak pudar.

Yabu ingin melangkah untuk duduk disampingnya. Namun, kakinya seketika kaku. Di belakang Kei, ada beberapa orang yang juga mendekati sosok sahabatnya itu. Menyadari ekspresi tegang yang Yabu tunjukkan, Kei juga menoleh ke belakang.

Kejadian itu benar-benar terjadi begitu cepat. Yabu menyaksikan sendiri bagaimana sahabatnya digotong oleh beberapa orang memasuki mobil milik mereka. Tanah di sekitar bangku itu terpercik cairan merah milik Kei.

Kepala Kei dipukul menggunakan balok kayu.

Yabu menyaksikan semuanya. Melihat bagaimana tubuhnya terkapar, masih dalam keadaan sadar.

Namun, Yabu tidak melakukan apapun. Ia hanya menyaksikan semua itu. Berdiri dengan diam.

Kenapa? Kenapa ia dilahirkan sebagai orang yang pengecut?

Harusnya ia bisa mencegah mereka sebelum menyakiti Kei. Biar Kei tidak tersakiti sendirian. Atau jika memang dari awal tujuannya adalah untuk menculik Kei. Setidaknya, ia bisa ikut dibawa oleh mereka, karena telah menjadi saksi penculikan mereka.

Unknown BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang