Jaemin menggelengkan kepala. "Memangnya siapa dia yang berani menolak!" Jaemin merasa percaya diri tidak akan ditolak dan ikut juga menyalahkan Jeno atas apa yang ia lakukan.

Namun, seperkian detik kemudian ....

"Ah sialan! Gimana kalau dia gak mau sama gue?!"

Criekk ...

Bunyi pintu dibuka terdengar perlahan, Jaemin meluruskan pandangan melihat ke arah pintu kamar yang terbuka, ada sosok Jeno dengan siluet cahaya dari belakang perlahan keluar dari kamar yang begitu terang, berbanding terbalik dengan kondisi ruangan yang saat ini tengah ditempatinya.

"Jaemin ... ?"

Suara Jeno terdengar lirih memanggil Jaemin, suasana sepi dan gelap membuat Jeno semakin ragu jika Jaemin masih berada di tempat ini.

Jeno terbangun ketika mendapati ranjang sampingnya kosong, entah mengapa ia ingin Jaemin ada disampingnya menemani tidur, ingin dipeluk dan dielus.

Ketidakadaan Jaemin membuatnya merasa sedih, hampa dan merasa dibuang.

Perasaan dan keinginan aneh itu memang seharusnya tidak ada, ia sendiri kadang malu dan bertanya ada apa dengan dirinya? Mungkin ini semua efek karena mereka baru saja melakukan hubungan intim (?).

Jeno menghela nafas gusar, dengan lemas berjalan menuju pantry mengambil segelas air putih. Ia hanya mengenakan jubah mandi sebagai penutup tubuhnya.

Begitu air putih mengalir dalam organ pencernaan, pikirannya kini lebih cerah dan terbuka. Bagaimana ia akan menghadapi Jaemin nantinya? Ia tau jika ini semua tak lagi sama, bagaimana jika Jaemin marah dan memukulinya karena mengira Jeno sengaja menyembunyikan feromon. Atau ... kemungkinan lainnya.

Dengan refleks Jeno mengelus kepalanya mengingat Jaemin sering menjambak-nya. Hanya Jaemin satu-satunya orang yang berbuat demikian. Meskipun ayahnya pernah melayangkan pukulan tapi tidak seekstrim Jaemin merundungnya.

Jeno menegang ditempat saat sekelebat aroma Pinus menyapa penciuman dengan cepat kepalanya menoleh ke sudut ruangan, menatap horor, mendapati Jaemin yang duduk di pojokan menatapnya tanpa ekspresi.

Meskipun sudah tahu karena mencium feromon, tetap saja Jeno terkejut atas kehadiran Jaemin. "Sejak kapan disana?"

"Sejak kau tidur," balas Jaemin.

Jarak mereka hanya satu meter, tapi salah satu dari mereka merasa enggan untuk saling mendekatkan diri. Ada kecanggungan yang begitu kentara, terlebih Jeno kini yang memainkan jari jempolnya mengingat penutup tubuhnya hanya kain jubah ini.

Wajahnya jadi memerah mengingat permainan panas mereka tadi. Ternyata garang-garang begitu, Jaemin akan bersikap manis saat diatas ranjang, terus memuji dengan perkataan yang menyanjung. Terlebih ketika sang Alpha mulai menghentakkan-

"Tidak ingin menjelaskan sesuatu?" Suara Jaemin membuat Jeno tersadar dari pikiran cabul yang tiba-tiba menghampiri.

"Ya... " Jeno menggaruk kepalanya, ia menunduk dan menatap Jaemin ragu-ragu. "Sebelum itu, bisakah kita makan sesuatu?"

Jeno terlalu gugup dan bingung bagaimana bisa lepas dari rasa kecanggungan ini, mungkin dengan makan semua bisa teratasi secara perlahan. Termasuk bunyi memalukan dari perutnya yang kosong keroncongan.

[End] Unexpected - JaemjenWhere stories live. Discover now