"Ja-jangan digigit," cicit Jeno dengan suara lirih bergetar, meremat pundak Jaemin yang melayangkan gigitan kecil main-main di titik feromonnya.

"Akh! Nghh ... " pekik Jeno merasakan sesuatu memasuki lubangnya dan menggerakkannya acak.

"Rileks, ini hanya jari."

Jeno menggelengkan kepala, matanya berkaca-kaca menatap Jaemin dengan sayu. Bukan itu yang ia mau. "I-ingin penismu."

Sedetik kemudian Jeno merutuki ucapannya barusan, wajahnya terasa panas dan nafasnya kian memburu, bagaimana bisa ia berbicara begitu? Ia merasa sesuatu yang lain mengambil alih dirinya-kewarasannya.

Jaemin mengeluarkan miliknya, melepaskan seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya yang bermandikan keringat, membuat sang omega meneguk ludah kasar melihat otot perut yang tercetak begitu jelas, menggoda.

Tangannya terulur menyentuh otot perut Jaemin, membuat sang pemilik tersenyum sambil terus memperhatikan raut wajah Jeno yang mendamba namun terkesan gugup dan malu-malu.

Tangan Jaemin menggenggam tangan sang omega, lalu menuntunnya terus kebawah mengelus tubuh sang alpha hingga berhenti di penisnya yang tengah tegak mengeras.

Ukuran besar dan panjang itu membuatnya kembali membayangkan jika benda ini yang tadi menusuknya di gudang sekolah? Pantas saja terasa sangat sakit ketika masuk. Ia tadinya tak sempat menyentuh apalagi melihatnya karena tak tahan dengan siksaan yang ada.

"Kau suka?" Tanya Jaemin menggigit ujung bibir menatap Jeno dengan tatapan menggoda yang terkesan genit.

Kini posisi Jeno duduk berhadapan dengan Jaemin yang tegak bertumpu pada lutut. Membuat tinggi mereka menjadi timpang. Jaemin harus menunduk agar bisa melihat wajah Jeno.

Namun, sayangnya Jeno enggan memandang wajah, apalagi bertemu tatap dengan sang alpha. Ia merasa sangat malu dan kecil, matanya terus fokus pada kejantanan Jaemin yang dielus, memberikan pijatan.

Ada keinginan kecil dalam benak Jeno untuk mencicipi, ia meneguk ludah lalu perlahan mendongak menatap Jaemin dengan mata puppy-nya. Seperti isyarat meminta persetujuan.

Setelah mendapat anggukan, dengan perlahan ia mendekatkan kepala dan mulai mengulum milik Jaemin didalam mulutnya. Ia tersentak bernafas tersendat, reflek mengelus kepala Jeno. Merekam dengan baik momen yang tengah terjadi.

....

Jaemin berjongkok disudut ruangan dengan pencahayaan remang, beberapa bagian ruangan, lampunya mati hanya cahaya oranye redup dari lampu dapur yang menjadi penerang satu-satunya.

Kedua tangannya meremas rambut dengan kepala tertunduk. Jam menunjukkan pukul 4 subuh dan ia masih terjaga, meninggalkan Jeno seorang diri didalam kamar yang berantakan dengan keadaan kacau juga pulas tertidur.

Ia memilih keluar menenangkan pikirannya yang masih tak menyangka, kenapa Jeno? Jadi selama ini yang dinantinya berada didepan mata?!

Jaemin mengusap kasar wajahnya, belum lagi hatinya terasa tercubit mengingat ia pernah menyakiti sang omega. Ada banyak pertanyaan di dalam benak yang membuatnya sulit merangkai kalimat untuk di lontarkan.

Tapi dari semua kerumitan yang ada, yang paling mengganjal ialah Jeno itu sendiri. Setelah apa yang pernah ia lakukan, tak mungkinkan jika si omega akan menolaknya.

[End] Unexpected - JaemjenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora