03, Pelanggan Pertama

2.8K 191 45
                                    

"Wooiiii Cos! Mandinya cepet dong!" Tan menggedor-gedor pintu, "kamu cewek ya? Aku yang cewek asli aja mandinya lebih cepet"

"Iya, iya! Sabar napa"

"kuhitung sampe 10 kudobrak pintunya dan kita mandi bareng, satu... dua.... Sepuluh!!!"

"GWAAAA!!!"

Disudut ruangan itu satu orang sudah berpakaian rapih dan sedang termenung melihat saluran Televisi di depannya. Ia meminum tehnya pelan, berusaha tidak menghiraukan keributan kedua saudaranya di kamar mandi.

"Sudah makan Sin? Kalian mau kemana kok semangat banget?" Wanita paruh baya-Ibu mereka, datang menghampiri Sin sambil ikut nimbrung nonton Tv.

"Mau ke toko permennya Kak Marco" jawab Sin datar.

"Waah kalian udah ketemu? Dia cakep kan? Cakep kan? Rain memberi foto anaknya itu dan begitu dia bilang kalau anaknya, Marco, mau melanjutkan usaha kakeknya di sekitar sini aku langsung ambil tindakan. Ahh mungkin dia terlalu bagus kalau buat Nana tapi biarlah.., Aku... bahkan sebagai seorang ibu.. Aku ingin memilikinya!! Pria sebaik itu.. aku ingin memilikinya, makanya aku ingin sekali dia jadi menantuku!, bantu kakakmu ya, Sin"

"ah.. umm... baiklah, jadi ibu benar-benar berniat menjodohkan mereka?"

"Tentu saja, Rain bilang Marco tak pernah disentuh wanita manapun, dia pria yang sangat ideal bukan?!" sekilas Sin bias melihat kilatan di mata Ibunya.

"..., bagaimana kalau Kak Marco sudah punya seseorang yang dia sukai?"

"Kalau gitu hapus orang itu! pokoknya Marco harus menjadi milikku! Sebagai pria tertua diantara anak-anakku kau harus bantuNana ya Sin! Uhuk uhuk! Pokoknya-uhuk, ibu serahkan padamu"

Sin menepuk-nepuk pundak ibunya yang terbatuk karena saking berapi-apinya membicarakan hal barusan. Ya, ia selalu berfikir kadang wanita bisa menyeramkan. Dan bicara soal Rain, itu nama teman ibunya dulu, entahlah seperti apa karena ia belum pernah bertemu, sepertinya Rain ini menikah dan tinggal di luar negeri.

"Ah lihat, mereka sudah selesai mandi" Ibu langsung berdiri dari sofa dan pergi ke meja makan, "Cos, Tan, kalian belum sarapan, makan dulu atau nggak ibu izinkan pergi"

.

"Kami berangkaaatt!"

Tiga bocah-ah bukan, bagaimanapun anak kelas satu SMP sudah tak bisa dibilang bocah lagi. tiga remaja itu berjalan meninggalkan rumah, lengkap membawa tas mereka seperti akan pergi ke sekolah, katanya sih isinya barang-barang kalau ada keperluan darurat.

Sepanjang perjalanan beberapa orang melirik ke arah mereka bertiga. Dari dulu tiga bersaudara Phytagoras memang bukan orang biasa dan bisa dibilang menarik perhatian banyak orang. Di SD, walau beda kelas, tiga orang itu seperti kembar siam yang tak bisa dipisah, berangkat bareng, pulang bareng. Meskipun mereka punya beberapa teman lain tapi tetap ada dinding yang tak bisa ditembus siapapun, dinding yang membatasi dunia ketiga saudara itu dari orang lain.

Kalau dijelaskan satu-satu. Sin, si anak pertama seperti pengatur diantara mereka, meskipun ia tak terlalu suka berbicara, kedua saudaranya pasti akan mematuhi perintah Sin bila ia meminta. Kalau diibaratkan Sin seperti ahli strategi dalam kelompok itu. otaknya paling encer dan selalu juara satu di kelas dari dulu, mungkin karena ini banyak anak perempuan yang diam-diam menyukainya.

Lawannya Sin itu Cos, sifatnya mirip kucing. Emosinya terlihat jelas, cepat marah, cepet malu, sensitif, sering merengek dan protes kalau ia mendapati hal yang tidak beres. Satu hal yang bagus darinya cuma bakat olahraga yang ia punya.

Lalu Tan, satu-satunya cewek diantara mereka. Boleh dibilang ia pemimpinnya, selalu mengatur-ngatur kemanapun, kemampuannya dalam berbicara tak bisa diragukan, kata-katanya mungkin kadang keluar sembarangan tapi bisa juga menusuk. Contohnya sekarang, saat kira-kira sudah sepuluh menit mereka berjalan di trotoar.

Toko Permen di Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang