Wajahnya memerah seketika saat tak sengaja tangan pemuda tampan itu menyentuh punggung tangannya.

Sekilas, Indah tak sengaja bersitatap dengan Jodi. Pemuda itu tersenyum manis hingga ketampanannya naik seratus kali lipat dari biasanya.

Indah langsung tertunduk, menghindari tatapan lebih lama karena degup jantungnya yang begitu cepat saat ia melihat wajah Jodi.

'Sadar Indah ... sadar ...,' batinnya.

"Udah, Indah, kamu istirahat saja. Biar aku yang susun di rak," ucap Jodi seraya membawa keranjang gula ke rak gula yang tersisa beberapa bungkus saja.

Ia berjongkok dan menyusun satu persatu bungkusan gula dengan hati-hati.

Indah pun turut berjongkok di sebelahnya. Ia merasa sungkan karena Jodi begitu baik padanya.

"Jangan, Kak. Biar Indah saja," Indah meraih salah satu bungkusan gula, tapi dengan cepat Jodi menahannya, hingga tangan Indah tertahan.

Indah ingin menariknya, tapi Jodi dengan sigap menahannya. Rasanya jantung Indah ingin copot saking tak tahan dengan debaran yang bertalu-talu seperti genderang perang.

"Indah ...,"

"Jodi!"

Jadi menarik tangannya dan langsung berdiri saat terdengar suara memanggil namanya.

Sedang Indah menundukkan kepalanya dan menyentuh dadanya yang masih berdebar kencang.

"Iya, Pak. Sudah pulang?"

Indah mendengar Jodi menyebut Bapak. Itu berarti bapaknya yang datang. Indah semakin ketakutan, takut jika ia melihat apa yang baru saja Jodi lakukan padanya.

"Kamu lagi apa? Toko kok di biarkan kosong mlompong begini!"bentak Sudiro.

"Oh, tadi lagi bantuin Indah, Pak. Lagian sepi ga ada pembeli," Kodi beralasan.

Namun, seolah mencium hal yang mencurigakan, Sudiro melangkah mendekati Indah yang sedang menyusun bungkusan gula.

Menatap dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan pandangan mengintai.
Indah yang merasakan kehadiran Sudiro semakin menekuk kakinya takut.

"Jodi, kamu boleh pulang. Bapak yang akan jaga Toko hari ini," titah Sudiro dengan suara yang di tekan. Menandakan jika ia tak suka anaknya dekat dengan Indah.

"Tapi, Pak ...Jodi...,"

"Dah, pulang sana! Bapak ga suka di bantah!" sentaknya kesal.

Jodi yang mendengar sentakan dari Bapaknya meninggalkan Toko dengan hentakan di kakinya. Sudiro tau jika anaknya saat ini sedang marah padanya.

Batinnya berbicara jika ada sesuatu antara Jodi dan karyawan tokonya itu.  Ia melihat cara Jodi memperlakukan Indah itu berbeda dari teman-temannya. Seperti seseorang yang sedang jatuh cinta.

Setelah Jodi pergi, Indah yang sudah selesai menyusun bungkusan gula berdiri, melangkah pelan melewati Pak Sudiro yang menatapnya intens saat akan kembali ke gudang.

"Indah," panggilnya yang seketika membuat Indah menghentikan langkah.

"Iya, Pak," jawabnya dengan kepala tertunduk. Ia tak berani menatap wajah Pak Sudiro yang garang.

"Kamu jangan pernah berharap dengan Jodi. Aku tak bisa membayangkan Jodi bersama karyawan tokoku sendiri,"

"Bagaimana pun Jodi itu anak laki-lakiku satu-satunya. Aku sangat pemilih meskipun masih dalam tahap pacaran,"

Degh!

Ucapan Pak Sudiro yang menohok, membuat hati Indah hancur seketika. Susah payah ia menahan tangis. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan salah satu pengeroyok bapaknya itu.

Ya, Indah masih sangat ingat bagaimana orang itu datang dan meminta maaf pada ibunya tempo hari, meski sepertinya Sudiro lupa, tapi tidak bagi Indah. Ia memperhatikan Sudiro dari balik tirai di kamarnya.

Indah mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Pak Sudiro. Tatapannya tajam menghujam jantung Sudiro, hingga jantung lelaki tua itu berdebar sangat kencang.

Melihat tatapan Indah, terasa seperti melihat tatapan pocong yang sempat mengganggunya dulu. Ngeri.

"Bapak jangan takut, saya cukup tau diri siapa saya,"

"Harusnya Bapak tidak perlu memperingatkan diri saya, dan bapak tau jika saya tidak suka berbohong. Saya tidak akan mendekati anak Bapak,"

Indah berlalu begitu saja meninggalkan Sudiro yang menatapnya takut. Ucapan Indah tadi begitu menohok baginya. Ya, bukan Indah yang suka berbohong, karena dialah salah satu pengeroyok dan hanya Jodi yang belum tau. Ia berbohong pada anaknya sendiri. Karena ia tau, jika Jodi sampai tau perbuatannya, pasti ia dan Jodi...

Dendam Arwah BapakWhere stories live. Discover now