Part 4

11 5 0
                                    

Aku sepertinya tertidur di dalam bis selama beberapa jam. Aku melihat keluar jendela bis, Kami masih dalam perjalanan menuju perkemahan. mungkin masih butuh 2 atau 3 jam lagi untuk sampai kesana. "Hey Adrian! Coba lihat ini!" Bima sedikit mengejutkanku. Dia menunjukan Hp nya ke hadapanku.

 "Video ini belakagan lagi viral. Katanya lokasinya di pegunungan."-Bima

 "Ooh...Video itu. Aku udah lihat Video itu kemaren. Video itu masuk Berita." -Adrian

"Katanya ini tempatnya di deket perkemahan kita. Apa bener ya?" -Bima

"Entahlah. Aku juga gak yakin. tapi..."-Adrian

Tiba-tiba percakapan kami dipotong oleh salah satu murid di kelas kami. "HEY SEMUANYA LIHAT KESINI!! Daripada Kita cuma duduk bosen gak jelas, kita KARAOKE-AN AJA YUK!!" Semuanya bersorak setuju untuk berkaraoke. Yang benar saja, Apa tidak ada hal lain selain karaoke? "Oke kalau gitu.... Siapa yang mau maju duluan??" Hening sejenak. Hanya terdengar suara bisik-bisik kecil. Kemudian seseorang berseru. "Aku yang akan maju duluan!" Semua orang menoleh ke arah datangnya suara. Itu adalah suara bendahara di kelas kami.  Arissa. 

Begitu Arissa maju ke depan, Bukan main. Dia langsung memilih lagu DANGDUT untuk dinyanyikan. Sudah begitu suaranya khas sekali seperti penyanyi dangdut asli. Tak pelak beberapa murid menari mengikuti alunan musik yang dinyanyikan oleh Arissa. Guru-guru hanya bisa tertawa melihat tingkah murid-muridnya yang NYELENEH luar biasa. Aku? haah...Aku gak terlalu suka sama lagu dangdut. Aku langsung memalingkan wajahku dari pemandangan super MEMBAGONGKAN di hadapanku. Rasanya pengen ku Ruqyah aja ini Anak-anak satu kelas. Tapi kenapa mesti ku ruqyah kalau di tubuhku sendiri ada arwah yang lagi numpang?

Beberapa saat kemudian, Hanya lagu-lagu SEDIH-ALAY-ALAY-JAMED yang dinyanyikan. Untungnya masih ada disisipi lagu-lagu Asing yang menurutku lebih bagus dan NORMAL jika dinyanyikan. Tiba-tiba kepalaku terasa sakit. Seperti tertusuk sesuatu yang tajam sekali. Aku tak bisa menahan rasa sakitku dan memegang kepalaku erat sekali, Berharap agar rasa sakitnya cepat hilang. Namun hal itu sia-sia. Kepalaku masih terasa sakit sekali. Bagi orang-orang yang melihat mungkin kelihatannya hanay seperti sakit kepala atau pusing biasa. Telingaku juga berdengung sesekali.

"Maafkan aku." Arya berbicara dalam batinku. "Maaf...pemulihanku...Agak terganggu karena suatu energi yang kuat. Itu seperinya juga berdampak padamu." Aku masih tetap memegangi kpalaku yang sakit. Tapi Aku tetap mendengarkan yang dikatakan oleh Arya. 

"Apa yang sebenarnya terjadi?"-Adrian

"Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba saja energi yang kuat datang dan mengganggu pemulihanku"-Arya

"Adrian! Kau baik-baik saja?!" Ujar Bima khawatir. Sepertinya dia baru sadar kalau kepalaku sedang sakit. "Umm.. tidak. Aku hanya sedikit pusing. Mungkin karena perjalanan ini. Aku...Akan istirahat. Kau bisa senyap sedikit kan? Disini agak bising jadi..." "Ahh..baiklah. Aku mengerti. Kau tidur saja. Aku tidak akan mengusikmu sampai kita tiba di perkemahan nanti." Jawab Bima ramah. Sepertinya dia paham apa yang akan kukatakan. "Baiklah. Aku akan tidur dulu." Ujarku pada Bima dan segera membuat posisi yang nyaman untuk tidur meskipun dengan duduk.


***


Beberapa jam kemudian, Bima membangunkanku dari tidurku. Kami sudah sampai di perkemahan. Dan sepertinya Kepalaku sudah membaik, Tidak sakit lagi. Aku melihat kesekelilingku. Murid-murid brerjalan menuju pintu keluar bis untuk segera keluar. "Kau sudah baikan? Kau bisa berdiri kan?" Tanya Bima. Aku langsung berdiri dan mengangguk tanda kalau Aku sudah merasa lebih baik. "Kepalamu masih sakit tidak? Mau Aku bawakan Tasmu? Atau kau mau istirahat dan Aku beri tahu Guru tentang kondisimu?" Aku menggeleng. Oh tuhan, Kenapa anak ini khawatir sekali? "Ahh...Baguslah. Aku pikir kau ingin istirahat lebih lama lagi. Kalau Aku tidak ada pasangannya bagaimana Aku akan melakukan semua kegiatan perkemahan itu sendirian nantinya? Bisa-bisa Aku kewalahan." Kami berdua tertawa. Jadi itu yang dia khawatirkan.

Si kecil berekor sembilanWhere stories live. Discover now