O7.

13 5 5
                                    

"Kita tutup evaluasi malam ini, jangan lupa istirahat yang banyak. Selamat malam semua" ucap gadis di depanku pada laptop yang menyorot wajahnya.

Nara baru saja drop dan sekarang ia sedang dirawat di rumah sakit. Dengan kondisi seperti itu ia masih memaksakan untuk mengikuti evaluasi acara, walau saat ini di ruangan ini terdapat keluarganya dengan lengkap, kecuali Rio.

Dan kejutan lainnya datang karena aku baru tahu jika orang tuanya bekerja di rumah sakit langgananku. Tau begitu aku pulang saja dari tadi.

"Sudah selesai? Mama mau balik ruangan, makan malamnya jangan lupa dihabiskan" ucap Mama Nara. "Dim, nitip Nara sama Kara sampai Rio dateng dulu, ya? Ingetin makan juga" lanjut papanya.

"Iya om, santai saja" jawabku dengan senyuman tergambar di wajahku.

Mereka berdua pun keluar kamar dan meninggalkanku bertiga dengan Nara dan juga Kara yang sudah tertidur.

"Sakit apa tadi kata dokter?" tanyaku.

"Udah berjam jam nemenin, tapi baru tanya sekarang" jawabnya tanpa menengok padaku.

"Ya memangnya kamu mau saya tanya tanya waktu lagi sekarat?"

"Apa, sih, nyebelin"

"Sakit apa, Nayara"

"GERD doang, kak" aku menatapnya heran. "GERD doang katamu? Masih untung malaikat gak nafsu nyabut nyawamu, Nar" sahutku.

Kulihat Nara hanya meringis kecil sambil menggaruk kepalanya yang aku yakin tidak gatal. Aku beralih menonton kartun yang terputar di TV kamar ini.

Baru saja aku merasakan keheningan dan ketenangan di ruang ini, tiba tiba saja pintu kamar kembali terbuka. Aku refleks menegakkan tubuhku melihat siapa lagi yang datang.

"Saya tadi dengar kamu datang, saya kira kamu kontrol tau taunya kambuh" ucap dokter yang masuk dalam ruangan sambil membawa dua susu kotak. Dan dokter itu tak lain dan tak bukan adalah dokter Chandra.

"Lah, dok?" sahutku.

"Loh, Dim? Jadi ini pacar barunya toh?" ucapnya lagi pada Nara sambil menunjukku.

"Bukan"

"Bukan" balas kami kompak.

"Widih, santai dong" balasnya lagi yang lalu oa melempar satu susu kotak lagi padaku. "Kok bisa kenal? Kenal di mana?"

"Kampus, dok. Baru baru ini juga ketemunya" jelasku.

"Masuk akal, masuk akal. Kamu kan mahasiswa kupu-kupu ya, Dim"

"Iya, tapi pulangnya ke RS bukan ke rumah"

"Seenggaknya sekarang kan cuma tiga bulan sekali, Dim" godanya. "Kalian berdua ini langganan ke RS udah kaya langganan beli cilok, sampai denah RS aja kayanya kalian lebih tau" sambungnya.

"Kita?" tanya Nara dengan alisnya yang tertekuk.

"Iya kalian, sama sama sering kambuh gak jelas, cuma beda spesialis aja" kami berdua tak bisa menjawab apapun kecuali meringis kecil serasa habis terkangkap basah oleh polisi.

"Gimana skripsi, Dim?" tanya dokter Chandra lagi.

"Aman, sih. Tinggal sidang aja, harusnya bulan depan udah kelar"

"Asik, traktiran boleh lah yaa. Ya gak, Nar?"

"Harus banget sih, hitung hitung bayar hasil kerja keras gue bikin rundown tapi yang dipakai malah rundown awal" skak Nara. Aku hanya tersenyum sarkas padanya.

"Tuh, lihat dok, Nara dipelototin loh"

"Iya iyaa, saya traktir nanti habis wisuda" jawabku pasrah. Dua orang di depanku ini juga malah melakukan tos dengan bangganya.

HELIOPHILIA | Doyoung x Sejeong Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz