[7] Pura-Pura Bukan Manusia

1K 117 23
                                    

"Demi Tuhan. Aarav Bagaskara, maju lo!"

Nawala baru membuka pintu rumah Jero ketika telinganya menangkap suara laki-laki itu menggelegar meneriaki Bagas. Bangunan berbentuk dua lantai milik kediaman keluarga Jero tampak nyaman. Seluruh perabotannya ditata rapi dan aroma vanila dari pengharum ruangan mengumbar ke segala arah. Semuanya tampak baik-baik saja, kecuali bagian tengah meja tamu.

Uno dan Remi—nama kucing Jero—tengah menyantap dry food yang bertebaran di lantai. Kotak penyimpanan makanan entah di mana, tapi kedua kucing gembul itu tampak menikmati momen menyantap seluruh dry food yang bertebaran di lantai. Di samping Uno dan Remi, Bagas tampak puas sementara Jero menatapnya dengan pandangan nyalang.

"Uno sama Remi lo apainnnn?"

"Mereka lagi mukbang, Jer."

"Demi ...."

"IYA, AMPUUUNNN!"

Kaki Bagas kontan berlari dengan kecepatan kilat ketika Jero di belakangnya tampak bertekad bessar untuk menangkap laki-laki Gemini itu. Mereka mengitari ruang tamu tiga kali, sampai akhirnya Jero berhasil menarik kerah baju Bagas dan mencubit paha Bagas. Sebagai penonton, Rasi yang duduk di sofa depan tertawa keras.

"IYAAA JERO, GUE MINTA MAAFFF."

"Seperti biasa, Jero selalu menang," komentar Rasi.

"Kudanil kalau udah jatuh di suatu lubang, enggak bakal mau jatuh ke tempat yang sama lagi, Gas. Lah, lo yang manusia malah ngulang kesalahan yang sama terus." Nawala ikut berdecak.

Mata Bagas memicing menatap kedua temannya. Mendumel karena tidak ada satu pun orang yang memihaknya.

Setelah berhasil mengamankan Uno dan Remi serta memerintah Bagas untuk membereskan sisa makanan di lantai seorang diri, Jero mengambil posisi duduk di depan Rasi. Remi berada di pangkuannya, tampak nyaman dengan elusan tangan Jero di kepala.

"Lo ngelus kepala kucing mulu, ya, Jer. Coba sesekali elus kepala cewek gitu."

Nawala tertawa. "Lo pernah emang, Si?"

"Ya, pernah! Emang gue Jero yang pacarannya sama kucing?"

Orang yang mereka bicarakan tampak tak peduli. Senyum lebar Jero masih menghiasi wajahnya sampai kedua matanya tenggelam ketika Remi semakin manja dalam pangkuannya.

Sadar bahwa dia tidak punya banyak waktu, Nawala mengambil kameranya yang dia titipkan di Jero tadi pagi. "Gue langsung cabut, ya."

"Idiiihh, bantuin gue dulu sini!" rengek Bagas dengan wajah memelas. Tangannya melempar makanan kucing sampai ke bawah meja—yang dihadiahi pelototan tajam Jero. Dan Nawala tentu saja tidak merasa perlu repot-repot membantu.

"Mau ke mana, Na?"

"Fikom."

"Lo beneran, yaaaa?" Jero mengalihkan tatapannya pada Nawala, menatap laki-laki itu curiga. "Udah, deh. Jangan denial mulu."

"Kagaaa anjir."

"Ada apa, woiii? Gue kok nggak tauuu?" Tubuh Rafa maju ke depan, penasaran dengan obrolan asing ini. "Kenapa Nawala dengan Fikom?"

"Kemarin waktu gue ke Sabuga sama Nawala, dia katanya mau foto-foto pas Tulus lagi nyanyi. Tapi pas gue datengin, dia malah ...."

"Malah apaaaaa?!!!!!" Rafa semakin gemas karena Jero sengaja menggantungkan ucapannya.

"Malah nonton bareng anak Fikom yang waktu itu ngirimin banyak makanan pas Nawala lagi sakit. Tapi Nawala keukeuh katanya bukan gebetan dia."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kaki BumiWhere stories live. Discover now