05. Unexpected

Mulai dari awal
                                        

Disisi lain, Mark dan Jaemin yang tengah berjalan dengan setumpuk buku paket di gendongan mereka melewati lapangan Outdoor.

Jaemin berhenti melihat anak kelas lain yang tengah olahraga panas-panasan, matanya tertuju pada pemuda yang duduk seorang diri, seperti terasingi dari murid lain. Pancaran sinar matahari yang mengenai kulit putih Jeno membuatnya seperti bersinar diantara yang lain dimata Jaemin.

Seperti malaikat.

"Woy, Jaemin! lo ngapain berdiri disitu! buruan, berat tau!!"

Suara nyaring Mark membuatnya tersadar, Jaemin mengedipkan mata beberapa kali. Apa-apaan barusan! ia segera mengejar Mark yang sudah lumayan jauh meninggalkannya di depan.

"Jangan dilihat, jangan dilihat," monolognya lirih mewanti diri agar tak lagi menoleh kearah lapangan.

...

Jam istirahat berbunyi, beberapa siswa dari kelas Jeno telah pergi ke kantin, termasuk Haechan yang di jemput oleh Jaehyun seperti biasa.

Jeno sendiri menghabiskan waktu membaca buku di mejanya yang berada di barisan depan pojok dekat pintu, ia selalu membawa bekal dari sang ibu jadi tak perlu repot-repot ke kantin. Kegiatannya terganggu saat tempat sampah diletakkan seseorang di atas mejanya.

Jeno mendongak melihat tiga siswa sekelas dengannya berdiri disamping meja sambil bersedekap dada.

"Tempat sampah penuh, buang gih," suruh salah satu dari tiga siswa yang sering mengganggunya saat dikelas.

Jeno tentu saja menolak, ini bukan gilirannya piket jadi ia tak ada kewajiban untuk melakukan itu, lagian ia tengah sibuk membaca materi untuk pelajaran nanti. "Maaf, tapi--"

Omongan Jeno terhenti saat mencium feromon dari mereka yang mengelilinginya dengan kuat, Jeno merasa tercekik dan tubuhnya mulai bergetar takut. Selalu seperti ini, ia hanya bisa meringkuk takut tanpa bisa melawan. Kakinya terlalu lemas untuk berdiri dan melarikan diri.

Ia memang sering mendapat perundungan secara verbal begini dari beberapa Alpha dan Beta.

"Lihatlah omega bodoh ini, entah kenapa pihak sekolah mau saja menerimanya sekolah disini."

"Matenya pasti akan sedih lalu mereject begitu tau dia tidak memiliki feromon dan sangat lemah, penyakitan."

"Siapa yang mau dengan omega cacat? mereka tak ada gunanya, lebih pantas mati atau tidak jadi alat pemuas--"

BRAK!

Mereka terkejut tiba-tiba seseorang menendang pintu dengan kuat di dekat mereka. Beberapa orang menatap kearah si pelaku dengan bingung.

Huang Renjun masuk dengan raut marah dan feromon pekat mengintimidasi seisi kelas, ia mencengkram kerah baju siswa yang berkata terakhir hingga siswa itu terbatuk saking kuatnya cengkraman Renjun.

"Lo pikir lo sempurna, hah! Mereka yang cacat juga pantas hidup layak dan diperlakukan baik." Renjun berkata penuh penekanan, matanya memancarkan ludakan emosi yang tertahan, ia cukup sadar tak ingin membuat keributan yang akan merugikan diri sendiri.

Tapi omongan yang tak sengaja ia dengar membuatnya tersulut emosi, apalagi mengingat sang adik. Renjun mendorong siswa yang dicengkramnya sampai jatuh menabrak meja.

Renjun pergi dengan membawa Jeno yang bergetar ketakutan dalam rangkulannya.

Renjun membawa Jeno ke halaman samping sekolah yang sepi guna menenangkan Jeno sekaligus mengeluarkan feromonnya, tak lupa menepuk pundak Jeno beberapa kali.

"Merasa lebih baik?" tanya Renjun setelah dirasa tubuh Jeno tidak lagi bergetar.

Jeno mengangguk. "Terima kasih," lirihnya menarik nafas dan mencium feromon Renjun yang memenuhi indra penciumannya, rasa takut perlahan hilang tergantikan dengan rasa nyaman dan aman.

Jeno suka aroma citrus dari feromon Renjun. Meskipun rasanya feromon Pinus milik Jaemin yang terasa lebih candu.

Sedangkan pria Huang tersenyum lalu mengambil kacamata Jeno yang mengembun, dengan ujung baju seragam yang terkeluar ia mengelap lensa kacamata lalu mencoba melihat Jeno melalui kacamata itu.

"Lo ketergantungan benda ini?" tanya Renjun.

Jeno menggeleng. "Hanya saat berada disekolah, itu kacamata khusus baca," Jelas Jeno yang mendapat anggukan dari Renjun.

Jeno merasa canggung dan kikuk saat Renjun terus menatapnya, padahal kini pria disampingnya tengah melamun memikirkan adiknya. Entah kenapa melihat Jeno jadi ia teringat sang adik yang memiliki kekurangan, Renjun begitu sensitif dengan kata 'cacat'.

Dari arah lain Mark dan Jaemin tengah mencari keberadaan Renjun yang tak kembali.

Mark berhenti dan menghentikan langkah Jaemin tiba-tiba, membuat pria Na menoleh dan ingin mengomel.

"Tuh lihat!" Mark menunjuk Renjun dari kejauhan yang duduk di kursi panjang dekat pohon besar yang menaungi dari panas sinar matahari di siang hari.

Jaemin ikut melihat kearah tunjukan Mark, matanya menyipit begitu melihat sosok asing di samping Renjun.

"Cih."

Tanpa sadar Jaemin berdecih begitu mengetahui jika yang disamping Renjun adalah Jeno, belum lagi dua orang itu saling lempar senyuman dan Renjun memasangkan kacamata pada Jeno.

Mark yang berada di samping Jaemin menoleh begitu mencium feromon tak mengenakan yang Jaemin keluarkan tanpa sadar.

"Lo kesal Renjun mendekati Jeno atau Jeno didekati Renjun?" ujar Mark berniat menggoda Jaemin yang tiba-tiba terlihat kesal tanpa sebab.

"Bodoh, omongan lo sama aja!" Jaemin pergi meninggalkan Mark dengan langkah besarnya.

"Tapi maksud gue beda," ucap Mark ngomong entah sama siapa sebelum memutuskan mendekati Renjun dan Jeno. "Hoi! Ngapain?"

[]

Note :

Jika ada yang ditanyakan, silahkan komen ya ....

Terimakasih atas support-nya.

Minggu, 05-06-2022

Salam dari Samoyed_J

Si tukang 'tabrak' kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si tukang 'tabrak' kita

[End] Unexpected - JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang