25. Black Water

238 97 397
                                    

"Om Sorar! Cepatlah turun!" teriak Lon sambil mendongak.

"Om!? Asal kamu tau. Aku nih sering dikira masih SMA loh. Bebi feis."

Lon hanya menyinyir lalu menjulurkan tangannya ke atas.

"Cepat lompat lah. Apa perlu aku tangkap dari bawah?"

Soraru, dia terjebak di atas pohon. Menolong seekor kucing garong yang sempat menyangkut di sana. Ia tidak tahu bagaimana tadi bisa naik dan sekarang bingung caranya turun.

"Lompat?! Nanti kakiku bisa keseleo, bodoh."

"Kamu kan vampir! Nolongin aku jatoh dari ketinggian waktu itu aja bisa."

"Oh, ya juga."

Soraru melompat dari atas pohon dan mendarat dengan sempurna. Ia memperbaiki bajunya sambil berdeham, mengalihkan pandangan dari Lon, menyembunyikan bajunya yang sedikit sobek karena tersangkut ranting.

Lon mendorong punggung Soraru sampai pemuda itu hampir terjatuh. "Apa mungkin, Mafu ada di sana?" tunjuknya pada bangunan tua di bawah kaki gunung.

Bangunan itu nampak kuno dan kumuh. Di pekarangannya ada peternakan babi, ayam dan domba yang dijaga oleh seekor anjing berwarna kuning kecoklatan memakai topi biru.

Rahang Soraru mengeras. Ia ingat sekali dengan tempat itu. Kastil vampir. Tempat yang dipakai Luz untuk menyekap putri kerajaan Rayuan Pulau Kelapa beberapa waktu silam.

"Lon, makasih udah nemenin aku. Tapi cukup sampai di sini aja. Pulang lah. Setelahnya biar aku yang urus."

"Eh? Tapi...."

Soraru segera menuruni bukit sampai terpeleset dan menggelinding menuju kastil vampir sedangkan Lon masih bergeming, memandang kepergian Soraru dengan khawatir. Saat hendak pergi, Lon menangkap sebuah kilatan benda tak jauh darinya.

Sedikit dari permukaan benda itu mendapatkan pantulan cahaya bulan sedangkan bagian lainnya terkubur. Lon menggali tanah dan mengambilnya. Sebuah mahkota dengan hiasan kristal  Rose Quarts berbentuk lopelope.

"Ini... bukan yang biasa dijual paklek mainan. Berliannya asli."

Lon menyorot mahkota itu dengan senter ponselnya. Terdapat ukiran berupa kalimat singkat yang ditulis sangat kecil.

Membaca tulisan itu membuat tenggorokan Lon tercekat dan mendekap mahkotanya dengan buliran air yang mengumpul di sudut matanya.

Sekali lagi, ia membaca guratan samar di mahkota itu. Terlihat tremor kecil di tangannya.

"J—jadi... Soraru itu sebenarnya...."

◆◇◆◇◆◇◆◇

Bak bola bowling bergulir, Soraru yang menggelinding itu tepat sekali mendarat di depan pintu masuk kastil.

Soraru bangun sambil memegang kepalanya yang pening. Ia mendongak  pada pintu besar dan tinggi yang menjulang di depannya. Sempat dibuat salah fokus dengan bangkai cicak terjepit di engsel pintunya.

Terlihat ada bercak darah di depan pintu, mengarah ke dalam kastil. "Dia beneran ada di dalam."

Dengan kekuatan penuh, Soraru mendobrak pintu itu dan seketika terbuka lebar dan terlepas. Maklum, namanya juga kastil tua. Selama ini pintu itu juga cuma diganjal pakai asbak.

"Selamat datang, Soraru."

Di atas singgasana yang disirami cahaya bulan karena atap di atasnya jebol, duduk seorang pemuda bersurai  salju menyambut tamu yang sedari tadi ditunggunya.

Di atas singgasana yang disirami cahaya bulan karena atap di atasnya jebol, duduk seorang pemuda bersurai  salju menyambut tamu yang sedari tadi ditunggunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➌ 『𝕿𝖍𝖊 𝕮𝖍𝖔𝖎𝖈𝖊』 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang