16. Gimme Yours

231 103 84
                                    

"Ish, padahal lebih enak mancing di Akuarium. Pasti cepet dapatnya," gumam seorang remaja bersurai abu-abu sembari memanggul kail dari batang singkong dan tali rafia yang dikaitkan pada mata pancingnya.

Dari kejauhan, ia melihat seorang gadis bersurai blonde tergeletak di pinggir danau, yang tak lain adalah Lon. Ia pun segera memeriksa keadaan gadis itu.

"Nadinya masih berdenyut, pelan banget. Tapi kenapa dia di pinggir danau. Apa ini duyung?!"

Pemuda itu pun segera pulang ke rumahnya sembari membawa Lon yang masih tak sadarkan diri.

"EVE!!!!!" teriaknya dari luar rumah estetik berbentuk seperti jamur dalam game Plants vs Zombies.

"Sou? Kok cepet-"

Eve terkejut saat melihat pemuda bernama Sou itu bukannya pulang membawa ikan tetapi malah membawa gadis.

"Kenapa kok malah-"

"Ev! Cepet tolongin nih! Dia sekarat! Sou nemu di pinggir danau!" jelasnya sembari membaringkan Lon di atas sofa mereka.

Eve yang sedang asik memarut dengan giginya itu segera menghentikan pekerjaannya dan memeriksa keadaan Lon.

"Badannya dingin banget," gumam Eve. "Sou, aku mau ambil selimut sama peralatanku dulu, kamu tolong masak air ya."

"Biar mateng."

"Bukan pantun, dasar jamur."

"Kamu jamur juga kali', Ev."

"Nggak sopan memang. Cepet masak air."

"Biar mateng."

"SOU!!!" Eve melempar Sou dengan batok kelapa di sebelahnya. Namun dengan lincah Sou dapat menghindar. "Cepat... dia butuh kehangatan," kata Eve.

"Sou... juga butuh kehangatan."

"Iya nanti aku kasih kehangatan buat Sou. Udah cepet sana masak air."

"Biar-"

"Ngomong 'biar mateng' sekali lagi kubuang kamu, Sou."

"Eheheheh."

Eve menghela napasnya, adiknya itu memang suka sekali memancing. Mancing kesabaran.

Eve menyelimuti gadis yang masih tak sadarkan diri itu lalu memeriksa termometernya. "33 derajat celcius? Untung aja Sou cepat bawa kesini. Pasti udah agak lama orang ini di dalam air."

Ketika seseorang tenggelam dalam suhu air yang dingin, ada kemungkinan terjadi hipotermia. Kondisi tersebut disebabkan oleh suhu tubuh yang berkurang di bawah 35 derajat celsius.

Menurut Detikhealth (2017), Pada situasi itu kemungkinan seseorang untuk selamat dari tenggelam justru bisa meningkat. Alasannya karena di dalam suhu yang dingin metabolisme tubuh akan melambat sehingga kecepatan kematian sel akibat kekurangan oksigen juga berkurang.

Eve menatap gadis yang tak sadarkan diri itu. "Kenapa... aku familiar sama wajahnya ya. Apa dia... artis?"






.
.

🍄

"Ini... bukan salah gue kan...?" monolog Mafu. Ia menatap kosong aliran air yang deras di bawah jembatan itu. "Bukan salah gue... kan...?" Ia meyakinkan dirinya sekali lagi.

"M-Mafu? Lo ngapain disini?!" panggil seseorang saat melihat Mafu sedang duduk bersimpuh di pinggir jembatan.

"S-Soraru? Gimana... lo bisa nyampe sini?" tanya Mafu sembari memasukkan CD-nya ke dalam outer. "Bukannya lo-"

Pemuda bersurai raven itu menarik Mafu dari pinggir jembatan. "Lo ngapain?! Mau bunuh diri lagi?!"

"Gue-"

"Jangan begini lagi, Maf. Hargai hidup lo." Soraru memakaikan mantel bulunya kepada Mafu.

Mafu tersenyum tipis. Iris matanya menatap Soraru. Ia merasa senang karena pemuda bersurai raven itu masih mengkhawatirkannya.

Tiba-tiba Soraru teringat, ia bisa sampai ke tempat ini karena mendengar panggilan Lon di tengah kesibukannya menahan kantuk saat menghadiri acara seminar kiat-kiat Belajar menjadi Golbok.

"Maf! Lo... lihat Lon?! Gue nggak bisa nemuin dia. Padahal tadi gue bisa ngerasain keberadaannya."

Khawatir, sedih dan takut tersirat di wajah Soraru. Mafu terkejut, bagaimana mungkin Soraru yang dingin bisa memasang wajah seperti itu? Apa karena Lon sudah menjadi istimewa baginya?

Senyum Mafu memudar. Ia menarik napas lalu mengalihkan pandangannya. "G-gue... nggak lihat."

Tiba-tiba pemuda bersurai raven di hadapan Mafu itu jatuh berlutut sembari memegang dada kirinya. Ia merogoh sakunya, mencari sapu tangan penahan rasa sakitnya namun tak ketemu. Sapu tangan itu, terjatuh di suatu tempat.

Mafu berlutut, merangkul pundak Soraru lalu mendongak, menatap langit yang mulai gelap. "Bulan... purnama...."

Soraru mengerang kesakitan. Ia mencengkram erat lengan baju Mafu sampai kusut. Pemuda bersurai putih itu pun membawa Soraru masuk ke mobilnya.

"S-Soraru?"

"Maf! Lo kunci gue di dalam mobil ini sampe dini hari besok-"

Lagi-lagi Soraru mengerang kesakitan. Taringnya mulai mencuat keluar. Ia mencengkram dada kirinya dengan kukunya yang tajam. Napasnya bergerak cepat. Lekukan urat di pelipisnya pun mulai nampak.

"Maf!!! Cepet lo kunci gue dan lo, keluar! Sebelum gue-"

"Kenapa?! Lo nggak mau darah gue?! Lo cuma mau darah Lon?" tanya Mafu, ia menatap iris mata blue saphire Soraru yang mulai memerah.

"Maf... plis...." Soraru mendorong Mafu dengan tangannya yang lemah agar Mafu keluar dari mobil.

Mafu menepis tangan Soraru dan menatapnya dengan sayu. Ia menggigit jemarinya sampai berdarah dan menunjukkannya tepat di wajah vampir yang haus darahnya sedang memuncak itu.

"Lo... beneran nggak mau, Soraru?"

Dengan mata yang mulai memerah, pupil Soraru melebar saat melihat darah segar Mafu menetes di hadapannya.

Dengan mata yang mulai memerah, pupil Soraru melebar saat melihat darah segar Mafu menetes di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be Continued

16/7/21

➌ 『𝕿𝖍𝖊 𝕮𝖍𝖔𝖎𝖈𝖊』 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang