{2} •Rumor

83 11 0
                                    

Selama Lyra berjalan, dia selalu menjadi tatapan mata karyawan hotel, mereka saling berbicara dengan mata yang tertuju pada Lyra, tentu itu membuat Lyra tidak percaya diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selama Lyra berjalan, dia selalu menjadi tatapan mata karyawan hotel, mereka saling berbicara dengan mata yang tertuju pada Lyra, tentu itu membuat Lyra tidak percaya diri.

Saat di pertengahan jalan tiba-tiba seorang gadis cantik berambut pirang menghampiri Lyra dengan mimik wajah khawatir.

"Lyra! Kemana aja lo?" tanya gadis itu pada Lyra. "Kenapa lo berantakan gini? Lo gapapa?" khawatir gadis itu setelah melihat kondisi sahabatnya, ditambah lagi mendengar rumor tentangnya pagi ini.

Tidak menjawab, Lyra malah memeluk Chessy dengan berlinang air mata. Sungguh air mata ini tak bisa dibendung lagi ketika seseorang bertanya bagaimana kabarnya hari ini.

Melihat reaksi Lyra yang tak biasa membuat Chessy semakin yakin bahwa ini bukan masalah sepele. Chessy menenangkan sahabatnya terlebih dahulu dengan menepuk-nepuk punggung Lyra.

"Cerita sama gue setelah lo tenang." kata gadis itu pada Lyra yang tengah ia peluk. Setelah lebih tenang Chessy mengajak Lyra ke suatu tempat untuknya bercerita.

Lyra dan Chessy kini berada di ruang loker, di situlah Lyra mulai bercerita dari pertama 2 laki-laki itu memesan kamar, dan temannya yang meminta bantuan untuk mengantarkan obat pengar, hingga kejadian tak terduga itu. Sejak awal Lyra bercerita, Chessy sudah geram mendengar itu. Tapi masih bisa ditahan oleh Chessy.

"Terus gimana?" tanya Chessy meminta kelanjutan ceritanya.

"Cowok itu bilang mau kasih berapapun yang gue minta, asal gue lupain kejadian ini." ujar Lyra sesuai dengan yang dikatakan Galen padanya.

"Gak mau tanggung jawab?!" syok Chessy dengan nada tinggi. Lyra menggeleng lemas. "Wahh.. Bener-bener udah gila tu orang! Gak bisa gue diemin nih!" Chessy bangkit dari duduknya, ingin menghampiri laki-laki itu dan ingin mencabik-cabik wajahnya yang tak tahu malu itu.

Saat Chessy hendak melangkah tiba-tiba seorang gadis menghampiri mereka. "Ra, lo dipanggil manajer. Suruh ke ruangannya sekarang." ucap orang itu kepada Lyra dengan nada ketus dan tatapan tajam yang memandang Lyra dari bawah ke atas.

Lyra menatap Chessy sebagai teman satu-satunya yang dia miliki. Chessy yang seperti mengerti dengan tatapan itu langsung memberi Lyra ketenangan. "Gapapa, gue temenin." Chessy merangkul Lyra dengan senyum menenangkan.

Tepat di depan kantor manajer, Lyra ragu-ragu untuk menemui manajernya, jantungnya berdebar kencang dengan keringat dingin yang dia rasakan. Namun Chessy kembali menenangkan Lyra, gadis itu menepuk pundak Lyra dan berkata. "Gue yakin lo bisa!" katanya memberi semangat.

Lyra menghela napas dalam-dalam, setelah merasa nyalinya cukup besar, barulah Lyra masuk. Dan Chessy tetap berada di luar kantor untuk menemani sahabatnya.

"Ada apa, bu, manggil saya?" tanya Lyra ragu-ragu.

"Duduk." singkat ibu manajer.

"Semalam kamu dimana? Kenapa sampe ninggalin resepsionis semalaman?" tanya ibu menajer terus terang.

Accidental ErrorWhere stories live. Discover now