8. Maid

24 9 0
                                    


“ Chisa kau kan bukan anggota tim basket kenapa ada disini,” ucap Seo sambil membawa bola basket.

“Aku mengantikan Arisa yang dipanggil ke ruang guru.”

“Apa tidak ada pengganti lain.” Liza berkata dengan wajah murung.

“Bisa tidak aku diganti oleh siapa saja, jika Chisa masuk ke lapangan yang ada malah perang bola.” Sora yang tadinya duduk kini berdiri sambil menguncir rambutnya.

Memangnya apa yang akan terjadi jika Chisa mengantikan Arisa, kalo diliat-liat sepertinya Chisa bisa bermain basket.”

Pritt..

Permainan antar kelas pun dimulai. Pada masa sekolah dulu aku juga ikut klub olahraga, yah bisa dikatakan aku unggul dalam bidang olahraga, sementara Ziro ikut klub memanah. Ziro dan aku hanya berbeda dua tahun, dia adalah senior ku waktu sekolah dulu. Karena satu kejadian pahit kami jadi terikat dan menyatu oleh takdir, berkat takdir pun kami berpisah. Terimakasih takdir karena sudah menghancurkan hidupku.

“Chisa aku yang teman satu timmu! Kenapa kau memberi bola ke lawan!” jerit Sora.

“Ah begitu yah,” balas Chisa sambil mendribbling bola menuju ke arah Seo.

“Kapten terima bolaku ini,” lanjutnya dengan melempar bola sekuat tenaga.

Dugh..

Bukan malah diterima baik oleh Seo, bola berwarna oranye itu menghantam kepala gadis tampan tersebut.

“Aw! Chisa biasa saja melemparnya kenapa memakai tenaga sekuat itu!” teriak Seo sambil memegangi kepalanya.

Dugh..

Bughh..

Baik tim lawan maupun tim sendiri babak belur karena permainan Chisa yang membabi buta. Hidungku sampai mimisan karena beberapa kali terkena serangan Chisa, pantas saja orang-orang tidak mau jika Chisa masuk ke lapangan.

“Hohoho. Kalian lemah sekali para gadis.”

“Berhenti bicara enyah kau dari sini!”

Bye,bye” Chisa pergi berlalu sambil melambaikan tangan ke arah kami.

Kepalaku yang tiba-tiba pusing membuat langkah ini tanpa sadar masuk ke ruang UKS, seketika aku ingin berbaring meluruskan pinggang. Tapi, apa-apaan bocah yang sedang duduk di atas bed tanpa memaki baju dan dengan santainya membaca novel.

“Bocah cabul sedang apa kau disini? Pakai kembali bajumu, bukankah sebentar lagi timmu akan bermain.”

“Aku berniat untuk mendinginkan tubuh disini, tapi pendinginnya rusak mangkanya aku lepas baju.”

Sekilas aku melirik judul novel yang ia taruh di atas meja “Enaknya menyentuh bokong senior” sudah tidak diragukan lagi jika Ries benar-benar bocah mesum tingkat atas.

“Yasudahlah terserah kau saja.”

“Senior mau ena-ena denganku tidak.”

“Ku harap umurmu cuma sampai dua hari lagi.

Loh, loh apa yang akan Ries lakukan. Dia berjalan ke arah ku dan menyudutkan posisiku ke dinding.

“Ap.apa yang mau kau lakukan.”

Cup.

Si brengsek ini berani-beraninya dia mencium bibirku, kesucian bibirku sudah direnggut olehnya. Refleks aku mendorong tubuh tinggi Ries. Waw aku baru melihat dengan jelas otot perut abs'nya, tanpa sadar aku mengeluarkan air liur.

Bocah cabul itu kembali duduk di atas bed tanpa rasa bersalah sedikitpun telah menodai bibirku ini.

“Ka..kau apa yang kau lakukan barusan!”

“Mencium senior memangnya apa lagi. Senior bagaimana kalo nanti malam kita berkencan.”

Aku hanya menatap Ries datar dan membalikan tubuh untuk bergegas keluar dari ruang UKS. Jangankan berjalan ke arah pintu, tubuhku bahkan terbaring pasrah di atas bed saat Ries menarik paksa tanganku. Apa-apaan posisi yang tubuhnya di atas tubuhku ini.

“Apa senior menolak ajakan ku lagi.”

Lagi? Memangnya kapan dia mengajakku kencan.”

Wajahnya begitu dekat denganku, membuat aku bingung harus melakukan apa, jika ada yang melihat pasti akan mengira kalo ibunda ratu di sekolah ini adalah gadis jalang.

“Aku ingin berkencan dengan senior dan membuat senior menangis lalu pergi meninggalkan senior.”

Dia mengajaku kencan apa ingin membuat hidupku sengsara.”

Dugh..

Aku menendang bagian yang tidak boleh disebutkan untuk meloloskan diri dari posisi yang tidak senonoh.

“Berhentilah menggangguku brengsek!”

“Aku hanya ingin melihat senior menangis, sebab yang aku tau senior tidak pernah menangis.”

“Lalu apa urusannya denganmu.”

“Jika senior menangis, aku yang akan menjadi orang pertama mendekap tubuh senior dan menjilat air mata senior yang pastinya terasa asin.”

“Percakapan kita cukup sampai disini, aku benar-benar menyesal karena telah mendengarkan omongan gila mu!”

Saat aku membuka pintu, Ries yang sekarang berdiri di belakangku berkata, “Aku menyukai senior.”

Anggap saja aku tidak mendengar bisikan iblis tadi.

^^^

“Ibunda ratu, tolong aku.”

Aduh apalagi si aku hanya ingin hidup tenang di dunia ini dan saat ini badanku benar-benar terasa remuk, aku ingin segera pulang lalu tidur sampai besok.

Siapa gadis cantik yang memakai pakaian maid itu? Apa dia murid sekolah lain?”

“Ibunda ratu, tolong aku.” Gadis tersebut berlari mengejar ku yang berdiri di depan gerbang sekolah.

Jadi yang berteriak minta tolong tadi dia.”

“Ma..maaf  kau mengenalku?”

“Aku Honey.”

“Kenapa kau bisa jadi gadis maid seperti ini dan apa-apaan wig panjang mu yang terurai itu.”

“Hiks. Ini semua perbuatan Chisa, Nao, Seo meski Aerial tak banyak berperan namun ia memakaikan ku lipstik berwarna merah merona.” curhat Honey sambil menangis.

“Memalukan!” ujar bocah lelaki yang aku tidak tau dia siapa. Setelah mengucapkan kebenaran itu ia berlalu pergi. Sementara Honey terduduk lemas sambil menangis kencang.

“Hiks..hiks... Kenapa adikku harus melihat aku yang seperti ini.

“Bocah tadi adikmu Honey?”

“Ibunda tolong aku,” lirihnya sambil memeluk kedua kakiku.

“Iya, iya tenang dulu. Sekarang berdirilah, jangan membuat kita jadi pusat perhatian.”

“Wah ternyata ibunda ratu di sekolah ini punya kenalan maid.” Bisa-bisanya Ramon bicara seperti itu tentang teman sekelasnya sendiri.

“Jangan salah paham, dia Honey,” jelas ku.

“Yah aku sudah tau.”

Sialan! Jika sudah tau mengapa ia berbicara seolah-olah tidak tau.”

“Pergi sana, pulang ke mansion mu dasar anak konglomerat.”

Ramon tersenyum tipis dan pergi berlalu.

















Tinggalkan jejak yah..











AKU DIPAKSA BEREINKARNASI!Where stories live. Discover now