2

418 73 11
                                    

" AYO SEMANGAT!! KERAHKAN JIWA-JIWA MUDA KALIAN ANAK-ANAK!!  "

Sementara yang lain terbakar api semangat, si manis kita ini justru menghela nafas.

Moodnya sedang jatuh karena kembali di tinggal mama sama papanya untuk dinas.

Kembali menjadi babu dari abangnya yang tidak betah di rumah.

Kalau bukan perkara kuliah, tugas, so pasti kumpul dengan gengnya atau tidak ya ngebucin.

Kalau Kanza bisa bilang, hidup abangnya monoton. Bangun tidur, mandi-makan, kuliah trus tidak tau apa lagi lalu pulang, tidur. Begitu saja terus.

Kanza dan Kenzo bukannya tidak akrab. Seperti keadaan pada umumnya yang pasti akan berubah, merekapun sama. Kenzo yang mulai ambis untuk kelulusan SMA-nya hingga S2 yang kini ia tekuni bahkan mengatakan ingin lanjut S3 sebelum benar-benar memang perusahaan Argantara sedangkan si manis lebih tekun pada non akademik.

Juara pada bidang olahraga sana-sini dan ini-itu. Kanza tidak begitu memusingkan nilai akademiknya. Menurutnya selama tidak di bawah 7 tidak masalah. Toh meski suka membolos absensi miliknya tidak lebih 20% kotor.

Tapi di balik itu semua tentunya si kembar Argantara ini pasti akan memiliki quality time mereka sendiri. Entah di rumah ataupun di luar. Meski jarang bukan berarti tidak ada sama sekali.

" Lemes bestii.. Kenapa gerangan?? "

" Abang "

" Kenapa?? "

" Paling juga laundryan "

Dan benar saja karena Kanza mengangguk lesu.

" Tuhkan.. Problemnya duo Argantara ini kalau bukan laundry ya game "

" Bukannya di rumah kamu ada ART?? Dua lagi. Kemanaan?? "

" Satunya di liburin sama papa mama, soalnya udah lama di rumah mulu. Kasian kalau engga di kasih libur buat pulang kampung. Satunya lagi ijin sampai anaknya sembuh total "

" Oalah.. Jadi kamu yang beberes nih?? "

Kanza kembali mengangguk.

" Beberes doang kan?? "

Mendengar itu Kanza mendelik marah pada Fathur. " Bukan cuman beberes! Abang ninggalin pakaian kotornya yang segunung dan baru di keluarin sekarang! Hari ini! Aaarrgh stres banget cucian aku jadi banyak! "

" Kenapa engga di suruh cuci sendiri?? "

" Abang ijin pulang malem. Ngurus projek. Kaga tau projek apaan "

" Bawa ke tempat laundry aja sih kalau males "

" GA MAU "

" Terima resiko encok lah kalau gitu "

" Ga mungkin encok lah, Tur.. Kan nyuci pakai mesin dianya "

" Oiya.. "

" HOI ANAK-ANAK "

Fathur, Varel, Kanza dan anak lain yang tadi sibuk dengan pendinginan menoleh kepada bapak guru yang mengajar olahraga mereka pagi ini.

" Bapak ada keperluan mendadak. Maaf tidak bisa mengajar sampai akhir. Sebagai gantinya kalian boleh kembali ke kelas, ganti baju, tapi jangan sampai keluar kelas dan berbuat onar. Mengerti?! "

" YA PAK!! "

" BAGUS! TINGKATKAN SEMANGAT KALIAN!! "

" SIAP!!! "

Saat akan kembali ke kelas, salah satu teman Kanza menahan dirinya.

" Ka, lihat deh siapa yang lagi di hukum " katanya sambil menunjuk lapangan basket.

Mata Kanza membola begitu tau Raka lah yang tengah berlari disana.

" Aku kesana dulu, kalau ada guru bilang aja aku di toilet! " teriaknya saat sudah berlari cukup jauh.

Tapi Kanza tidak langsung menghampiri Raka.

Kanza memutar arah menuju ke kantin dahulu lalu kembali ke lapangan basket.

Dirinya melihat Raka yang duduk dengan memanjangkan kakinya sambil berteduh.

Ia mengakui kalau pagi ini mentari bersinar cukup terik padahal baru jam 9.

Kanza terkekeh melihat Raka yang terkejut karena pipinya yang ia tempeli botol yang masih dingin.

" Buat Raka "

Kanza ikut duduk di tribun di atas Raka. Ia memandang lurus pada gedung kelas yang nampak sepi meski di dalamnya ramai dengan anak-anak yang sedang belajar.

Ini pertama kalinya dirinya berlama-lama dengan Raka. Biasanya hanya sekilas atau mungkin hanya bertatap lalu sudah.

" Raka kenapa di hukum?? Tidak kerja tugas ya?? "

Raka menggeleng.

" Eh?? Emm.. Di marahi guru?? "

Raka kembali menggeleng.

" Aaa.. Raka pasti nakal di kelas, makanya di hukum "

Namun Raka menggeleng juga.

" Nyerah deh.. Tapi kalau aku, aku jamkos heheheheh... Tadi jam olahraga tapi ga jadi. Untung aja aku belum masuk kelas, kan jadi ga bisa ketemu Raka " cengir Kanza.

Dan untuk pertama kalinya Kanza melihat Raka tersenyum.

Raka mendekatkan duduknya pada Kanza. Menepuk pelan lutut Kanza.

" Hm? "

.
.
.

Kanza memasuki kelasnya setelah berganti seragam.

" Untung aja dateng tepat waktu, dikit lagi ganti mapel "

" Darimana?? "

" Ketemu Raka "

Fathur dan Varel menatap heran pada Kanza.

" Rel, Tur.. Rumor yang kalian tau soal Raka apa? "

Keduanya terdiam.

" Kalau boleh tolong kasih tau aku semuanya. Semua tentang Raka di sekolah ini "

Varel menggaruk tengkuknya dengan canggung.

" Yaa.. Gimana ya.. Sebenernya ga ada yang spesial sih.. "

" Cuman.."

Kanza menatap Fathur yang menggantung ucapannya.

Menunggu kalimat berikutnya yang akan dia keluarkan.

" Cuman katanya dia cacat "

Dan tubuh Kanza seketika kaku.

Apa yang matanya lihat saat lebih dekat dengan Raka kemarin tidak salah.

" Dia tuli dan bisu, Za "

Jadi..

" Apa kamu nyesel?? "

Ketika ingin menanyakan hal lain, anak-anak di kejutkan oleh teman mereka yang datang dengan nafas yang tersengal-senggal.

" Ada apa? "

" Ribut. Koridor atas lagi ribut! "

" Yang jelas ngomongnya jangan ngang-ngong! "

" Koridor atas lagi ribut karena si cacat di bully!! "

Brakk

Kanza mendorong temannya tersebut lalu berlari sekencang mungkin menuju lantai atas.

Si cacat..

Tidak mungkin kan?

Tapi mau berfikir sepositif apapun rasanya ia tak mengenali orang lain yang bisa di katakan cacat disini selain Raka.

Tbc!

R A K A !Where stories live. Discover now