• halaman terakhir.

212 25 1
                                    

"Kalian bertengkar?"

Yuna dan Ryujin saling lempar tatapan sebelum teralih ke Isa yang membuang muka.

Yuna tersenyum simpul, menepuk bahu sahabatnya, "biasalah, wanita."

Ryujin merotasi bola matanya jengah, "lalu kau apa? Lelaki?"

Yuna tertawa ringan, tawanya perlahan terdengar sendu, dia masih tetap tersenyum, "aku putus dengan Isa."

"...apa kalian pernah coba menyelesaikannya?" Yuna bersandar pada kursi, menghela nafasnya.

"Ya, bagaimana ya?"

Tatapannya redup itu membuat Ryujin terdiam seribu bahasa. "Aku tidak memaksanya kembali untuk mencintaiku."

"Meskipun aku mencintainya, namun hubungan dalam kebohongan itu, aku harus melepaskannya."

Ryujin tahu, Yuna paling benci orang yang telah membohonginya.

Juga paling benci jika terlibat dalam hubungan.

Isa menghela nafas berat, setelah kepergian sang mantan kekasihnya.

"Aku minta maaf soal sahabatku, dia pasti akan memaafkan mu."

"Bukan salahmu, jelas ini salahku, aku tidak bisa mengungkapkannya," sesal Isa.

"Apa kamu selingkuh?"

Isa menaikkan pandangan, apakah dirinya begitu murah di depan Ryujin?

Isa berdecak, "mana mungkin aku berselingkuh dengannya, aku sangat menyayanginya."

Isa memandang gelasnya dengan tatapan kosong, tersenyum pilu, "andaikan saja perasaanku masih sama, kami tidak akan seperti ini."

Isa tersenyum getir melihat sosok berseberangan dengannya yang memasang telinganya, "aku gagal, Jin-ah."

"Aku sudah tidak ada rasa apapun terhadapnya."

Sejak itu, Ryujin mencoba memahami perasaan Isa dan Yuna.

Satu mencintainya dengan keadaan menyiksanya.

Satu lagi mencoba mencari rasa cintanya terhadapnya dengan keadaan sekarang.

Semuanya berlaku begitu saja, tiada batas waktu untuk memutarkan waktu dan memperbaiki semuanya.

Begitu Ryujin berpikir, apakah kencan hari ini berjalan lancar sesuai dengan dugaannya.

Apakah dia berakhir seperti Isa?

Atau Yuna?

Tiada siapa yang akan tahu, tapi perasaannya tidak enak.

- s e n y u m a n m u -

Hari yang sangat pas untuk berkencan dengan orang yang ia sukai.

Apalagi sosok itu masih terus mengembangkan senyumnya, menunggu sosok yang ia kencani.

Dengan bunga berada di genggamnya, begitu dengan pakaian cukup rapi untuk berkencan.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya dia dapat merasakannya.

Chaeryeong:
Maafkan aku, aku tidak bisa berkencan karena keluargaku mendesak ku untuk merawat kakakku sedang sakit.

Ryujin cuma hanya bisa membalasnya dengan senyuman, senyuman yang tulus.

Jari-jari tangan kaku hendak membalas apa, akhirnya memutuskan menutup benda pipih itu lalu memasukkannya dalam saku celana.

Dia mendongak menatap langit membiru dengan awan berjalan amat lambat, "tidak apa, lain kali aku bisa berkencan dengannya."

Besoknya, kencan pun tidak berhasil.

senyuman mu • ryuryeong [✔️]Where stories live. Discover now