• halaman keempat.

136 21 0
                                    

Adegan yang sempat menyita perhatian orang-orang di sana mampu memberikan efek dari luar ekspresi.

Yuna yang terjatuh di lantai begitu merasakan cairan hangat keluar dari bibirnya.

“Hei, apa terjadi!” Pekik salah satu rakan sekelas dengan gadis kini membantunya hapus sisa darah di lantai.

Yuna mengulirkan matanya ke arah Ryujin melihatnya penuh dengan marah.

Yuna mendesis pelan dan beranjak dari duduknya, memandangi wajah Ryujin penuh kesal, “ada apa?”

Suasana yang heboh tadinya sebelum ada kedatangannya telah sepi.

Apalagi mendengar nada Yuna terdengar cetus dan dingin, begitupun sebaliknya.

“Aku ingin berbicara denganmu,” ujar Ryujin menatapnya.

Yuna tersungging seringainya sesaat, menatap tajam kearah gadis itu, “katakan sekarang, tepat di hadapan semua orang.”

Kepalan tangan Ryujin mengerat, dia berdecak lidah, “cepat, aku tiada waktu untuk bermain-main!”

“Kau berpikir aku bermain-main dengan kataku?” Yuna membalasnya sesegera mendekati ia.

Lalu, luar dugaan Ryujin — mengira dirinya mendapatkan pukulan yang sama seperti ia lakukan pada Yuna justeru ia ditarik keluar dari kelas.

Tujuannya belum pasti hendak kemana.

Apalagi cengkeramannya di pergelangan tangannya tidaklah kasar, Ryujin merasa bersalah.

Rasa bersalah karena telah memukulnya.

Rasa bersalah karena nyaris menghancurkan persahabatan mereka.

Rasa bersalah karena dia terlanjur cinta pada Chaeryeong.

“Maaf, pasti kamu marah besar padaku,” Yuna mengusap tengkuknya pelan, memalingkan wajahnya, “karena aku meminta Chaeryeong menjauh dariku.”

“Kau— aku berhak untuk dimarahi, karena aku telah melukainya.”

Ryujin cuma mendengus dingin.

“Aku memang marah padamu karena itu, dan atas dasar apa dan siapa dirimu menghalangi orang yang mencintaimu?”

Yuna mengedipkan matanya berkali-kali, coba mencerna pengucapannya.

“Ya, aku tau tapi aku dan Isa saling suka dan Chaeryeong, dia tidak pantas menjadi orang ketika antara kami.”

“Dia hanya mencintaimu bukan untuk memisahkan kalian,” Ryujin berkata perlahan.

“Tapi caramu akan melukai perasaanmu secara perlahan, Jin,” ujarnya lembut.

“Aku tau maksud dari kata-katamu tapi dengan mengorbankan perasaanmu bukanlah pilihan yang terbaik.”

Nada lembut dari pengucapan Yuna membuat hatinya terasa berat, setiap kata-katanya sangat mengusik pikirannya.

“Katamu, semua orang berhak bahagia dan lantas bagaimana denganmu? Kau juga harus mendapatkan kebahagiaan itu dengan caramu sendiri bukan menyakiti dirimu.”

Ryujin menarik kerahnya, menarik Yuna mendekat, dengan wajah penuh sayu itu menatapnya.

“Kau tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini,” desah Ryujin, “kau hanya omong kosong!”

Yuna terpaling samping setelah Ryujin mendarat tangannya guna memukul rahangnya.

Sama-sama terdiam.

Ryujin menatap wajah Yuna penuh sesal.

“Aku—”

“Sayang!” Isa bergegas menuju ke arah kekasihnya kini tersenyum tipis dan mengangkat tangannya; meminta kekasihnya berhenti menghampirinya.

senyuman mu • ryuryeong [✔️]Where stories live. Discover now