Jalan-jalan tanpa Beril

13 4 0
                                    

     Jalan-jalan pagi memang menyenangkan, apalagi jika matahari masih belum terbit sempurna. Udaranya masih sangat segar, dan tentunya masih sepi.

Sangat cocok untuk buang hajat, sekaligus menangkap serangga-serangga kecil, atau mencari ranting kayu yang cocok untuk bermain lempar tangkap.

Sayangnya, pagi ini Beril tidak ikut. Dia tidak mau bangun walaupun aku menjilat wajahnya dan mengencingi tempat tidurnya. Apa boleh buat, aku sebagai anjing yang mandiri lebih baik pergi sendiri saja.

Walaupun memang agak sepi, biasanya Beril mengoceh tentang udara yang terlalu dingin atau aku yang terlalu lama buang air. Padahal aku melakukannya dengan sengaja supaya bisa melihat tupai-tupai yang baru bangun.

"Hey, Miki! Kenapa kau sendirian hari ini, bukannya pemilikmu akan khawatir?" Seekor labrador berwarna hitam, yang namanya Poppy itu mendekat padaku.

Pemiliknya yang seorang wanita gemuk memegang tali anjingnya di sebelah kanan, dan tangan kirinya memegang kopi hitam besar sebesar tubuhnya.

"Beril tidak bisa kubangunkan, dia sepertinya kelelahan. Lagipula jangan khawatir, aku sudah mengencingi tempat tidurnya, dan dia tahu aku keluar sendirian karena tidak bisa menahan panggilan alam," kataku.

Aku mendongak ke atas, menatap pemilik Poppy yang menguap sangat lebar walaupun sudah minum kopi hitam super jumbo.

"Begitu, ya sudah. Aku harus pergi, pemilikku bilang akan membelikanku tempat tidur baru. Sampai berjumpa lagi, Miki!"

Kemudian pemilik Poppy menariknya pergi, masuk ke halaman rumahnya dan tidak lupa juga Poppy menendang satu pot bunga pemiliknya.

Aku kenal Poppy dari tahun lalu, dia anjing labrador jantan tapi diberi nama Poppy. Aku juga tidak mengerti mengapa, tapi Poppy bilang dia suka namanya, jadi aku tidak bisa apa-apa.

Matahari semakin meninggi dan semakin hangat, musim semi memang paling indah!

Aku tengah mengendus jalanan yang baunya seperti anjing lain, ban terbakar, serta bau aneh lainnya. Lalu, ada yang mendesis di belakangku. Aku melihat asal suara desisan itu.

Oh tidak, itu kucing berwarna oranye! Aku harus cepat-cepat lari sebelum dia mencakari wajahku, seperti yang dia lakukan pada anjing-anjing lain.

Dia sangat cepat, tapi kakiku yang sudah terlatih melarikan diri dari Beril yang marah karena aku melumuri jemurannya dengan tanah, tidak ada apa-apanya.

Rumahku sudah terlihat, kucing oranye itu juga semakin jauh dariku. Tapi sialnya diriku, aku menabrak sesuatu yang keras dan padat.

Aku sedikit mendongak ke depan, dan yang kutemui adalah seekor anjing tinggi berwarna hitam, telinganya menjulang tegak, dan ekornya nyaris tidak ada, wajahnya ... menakutkan. Dia seekor doberman, aku belum pernah melihat ada doberman di lingkungan ini, sepertinya dia masih baru.

"Berani-beraninya kau!" Doberman itu menggeram padaku, wajahnya menakutkan.

"Ya ampun, ya ampun. Lihatlah golden retriever lucu ini, siapa namamu, siapa namamu, hm?" Pemilik doberman itu menghampiriku, memegang kepalaku kemudian melihat kalung yang bertuliskan namaku.

Dia lumayan ramah, tapi tidak dengan doberman itu. Pada dasarnya, doberman memang tidak ramah pada kenalan baru sepertiku.

"Enyah kau!" Doberman itu menggeram lagi padaku saat pemiliknya masih mengelus kepalaku, sepertinya dia iri.

"Wow, wow, tenanglah Bombom. Jangan menggonggong padanya begitu, baiklah, baiklah kita pergi sekarang." Kemudian, si doberman yang sepertinya bernama Bombom itu pergi.

Tampangnya saja seram, tapi namanya bombom. Aku sudahi untuk bersantai, Beril sepertinya sudah menunggu lama.

Aku kemudian masuk ke rumah lewat pintu kecil yang dipasang Beril khusus untukku.

Aku menggonggong sekali saat tidak melihat Beril di ruang tamu. Kemudian langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar, itu pasti Beril.

"Astaga, Miki. Maafkan aku, aku bangun kesiangan dan tidak sempat membawamu jalan-jalan," kata Beril.

Aku menggong sekali lagi padanya, aku bilang tidak apa-apa. Beril kan tidak mengerti bahasa anjing.

Beril menciumku dan menepuk-nepuk kepalaku. Aku melompat-lompat padanya dan menggoyangkan ekorku seolah aku tidak melihat Beril selama bertahun-tahun lamanya.

Begitulah, aku selalu senang ketika melihat Beril walaupun aku tidak melihatnya semenit saja.

Beril yang sangat aku sayangi. Aku sering mendengar orang-orang berkaya bahwa Beril itu manusia yang kikuk dan membosankan. Tapi aku sama sekali tidak setuju.

Bagiku, Beril itu manusia yang paling menyenangkan dan yang paling penyanyang. Beril itu duniaku.

_o0o_

TBC.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 03, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BERIL AND IWhere stories live. Discover now