Jisoo tidak perna keluar setelah kejadian itu. Melewatir satu hari tidak makan membuatnya lapar. Jisoo berjalan dengan perlahan hingga didepanya ada segrombolan pria yang datang menghadangnya.

Jisoo menghentikan langkanya dan menatap beberapa orang itu. "Mau apa kalian?" Tanya jisoo. Ia mundur untuk berlari dari orang-orang itu tapi ketika ia balik badan ternyata dibelakangnya ada orang lagi.

"Ikut saja dulu nona pencuri," ujar salah satu dari mereka yang membuat jisoo terkejut. Dari mana mereka tahu jika dia komplotan pencuri.

"Tunggu dulu, kalian siapa, jika kalian ingin membawah saya? Ijinkan saya makan dulu," ujar jisoo yang membuat mereka tertawa hambar.

"Kamu memang sang pelawak professional ya nona jisoo? Bahkan ketika mau diculikpun anda minta makan," ujar salah satu dari mereka yang tertawa hambar. Jisoo hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Sih anjir saya belum makan seharian, kalau Mau bunuh saya sekarang, saya ijinkan kok, ga akan ngelawan, tapi setidaknya biarin saya makan dulu dong," triak jisoo yang mampu membuat orang orang ituu diam tanpa ada suara.

"Udah?" Tanya Salah satu dari mereka. Jisoo mengelengkan kepalanya secara perlahan, Ia hendak melontarkan sebuah Kata Kata lagi, namun.

Mulut jisoo tiba tiba saja dibekap dengan sapu tangan yang Sudah dihiasih beberapa minyak wangi.

"SuhOoo..." lrihnya pelan.

**

Disisi lain, disaat yang bersamaan Suho tidak sengaja membuat foto jiso terjatuh. Perasaanya benar benar tidak karuan saat ini. "Kenapa aku khawatir denganya?" Tanya suho yang melihat gumpalan kaca dihiasi foto jiso.

Suho langsung menghubungi beberapa sahabatnya untuk menayakan keberadaan jisoo tapi alhasil mereka tidak ada yang tahu keberadaan jisoo.

Ketikan pintu diruangan itu bergemuru. "Kak suho," triak jennie yang masuk kedalam ruangan itu.

"Kak, aku tidak sengaja menemukan beberapa barang kak jisoo digang melati tadi," ujar jennie yang memberikan beberapa barang belanjaan dan dompet milik jiso.

Suho menerimanya, ia khawatir dengan jisoo. Gimana keadanya saat ini, ia benar benar tidak tahu keadaan jisoo saat ini karena setelah ia berantem kemarin, gadis itu mengurung dirinya didalam kamar.

Suho langsung menghubungi beberapa orang termasuk sahabat sahabtanya untuk kemari.

"Hallo do kumpulkan beberapa orang untuk mencari keberadaan jisoo," ujar suho yang berbicara kepada do dari telfonya.

"Jiso kenapa?"

"Jiso hilang," ujar suho yang mematikan telfonya kemudia ia bergegas pergi kemarkasnya untuk memerintahkan beberapa orang untuk mencari keberadaan jiso.

***

Disisi lain. Jisoo telah di-ikat disalah satu kursi. ia menangis, takut dan lapar. Jiso melihat kearah pintu itu karena ada seseorang yang datang didalam gudang itu.

Wanita itu tersenyum sinis disaat melihat air mata jisoo begitu jernihnya. Ia membuka lakban dari mulut jisoo. "Kamu penganguran ya, makanya kamua culik saya, " ejek jisoo kepada wanita yang bernama sana.

"Ngapain juga kamu culik saya?" Tanya jisoo yang mampu membuat wanita itu tersenyum sinis.

"Kamu bilang Kenapa? " Tanya sana dengan tertawa hambar. "Kamu telah rebut suho dari saya, apakah kamu benar benar tidak merasa bersalah?" ujar sana sambil memegang dagu jisoo kasar.

"Jika saya tidak bisa memilikinya, Maka kamu juga tidak berhak nona jeon jisoo," ujar sana yang menghempaskan dahu jisoo kesamping dengan kasar.

Jisoo tersenyun remeh. "Saya tidak akan mati. Saya akan membuat suho menjadi milik saya, hanya milik saya."

Plak. Sebuah tamparan mulus dipipi jisoo, Ia meringis kesakitan ketika pipinya memerah karena sebuah tamparan.

"Hey jangan keterlaluan," ujar seorang lelaki yang membuat jisoo terkejut.

"Taehyun?" Ujar jisoo tidak percaya ketika taehyung berada diruangan itu.

"Hay jisoo, sakit gak," ujar taehyun yang melihat pipi kanan jisoo dengan lembut.

"Lepas," bentak jisoo yang membuat taehyung tersenyum sinis.

"Kau keluar," suruh tae yang melihat kearah sana tajam.

Setelah sana keluar meninggalkan tempat itu. Tae mengambil air dingin untuk mengompres luka tamparan dipipi jisoo.

Jisoo heran, kenapa tae begitu baik pa padanya padahalkan tae juga ikutan menculikanya.

"Kamu belum makankan?" Tanya tae yang membawahkan sebungkus nasi untuk jisoo makan.

Jisoo mengangku bagaikan anak kucing yang baru lahir. Tae tertawa ketika ia melihat betapa imutnya jisoo. "Aaa," ujan ujan deres ar tae yang menyuapi jisoo dengan makanan yang ia beli diam diam. Jisoo melihat kearah Headphon tae yang terjatuh dan mengesernya kearah baju baju yang dilantai.

Setelah selesai tae pergi dari situ. Jisoo berusaha melepaskan ikatan dari bangku itu. Setelah iktana itu terlepas. Jisoo mengambil headphon tadi yang sempat dia sembunyikan dibawah baju. Jisoo mengangkat jari jemarinya untuk menelfon nomor seseorang.

'Maaf nomor yang anda tuju tidak bisa menerima panggilan'

Jiso berdecek kesal ketika sujo tidak merima panggilanya. "Angkat dong," ujar jiso yang menelfon kembali nomor suho.

Jisoo berjalan kekanan dan kekiri dengan harapan suho mengangkat telfonya. Seketika telfon itu terangkat. "Ada apa, aku lagi sibuk," bentak suho tiba tiba yang menbuat jiso kaget.

"Ini aku jiso," bisik jiso dari telfon yang membuat suho terkejut.

"Kamu dimana? Kamu tidak papakan? Tidak ada yang Luka?" Tanya suho bertubih tubih dengan khawatir.

"Aku baik baik saja, Aku akan mengirimkan lokasinya," ujar jisoo yang mengirimkan lokasi dari headphon milik tae. Setelah itu jisoo menghapus semua datang panggilan dan pesanya.

Selang beberapa menit, lagi lagi sana datang keruangan itu yang membuat jisoo memutar bola matanya malas. "Ada apa?" Tanya jiso yang membuat sana tersenyum manks.

"Kau cukup pergi keluar negri, maka akan aku lepaskan kau dari sini," ujar sana yang membuat jusoo tersenyum remeh.

"Kenapa? Ingin mejauhkan saya dengan suho? Mimpi aja terus," ujar jisoo yang membuat sana kesal. Sana mengambil benda dari kantongnya yang membuat jisoo mengangkat tanganya.

"San, turunkan senjatahmu," ujar jisoo yang tiba tiba saja berdiri karena takut.

Sana tersenyum remeh. "Jika kau mati bukankah lebih baik?"

Bersambung....

My Boss || [End√]Where stories live. Discover now