"Liat, ada orang gila."
Ojan menunjuk Gibran dengan dagu, membuat Kevin mau tak mau mengalihkan perhatiannya dari tempe mendoan hangat di tangan. Keduanya lantas kompak mengamati Gibran dan gelagatnya yang aneh itu. Kedua sudut bibir yang terus terangkat tanpa sebab, apa namanya kalau bukan aneh? Gila mungkin ya.
"Gak ada revisi kali?" tebak Kevin, mengingat Gibran baru saja selesai bimbingan.
"Hiiyyy," Ojan bergidik ngeri sambil memetik gitarnya asal.
Belum sadar kalau dia sedang jadi bahan omongan, Gibran terus mengaduk es jeruknya, masih dengan senyum yang tak kunjung luntur. Cairan berwarna kekuningan itu terus membentuk pusara, membuat butiran gula di dasar gelas larut sempurna.
Memangnya Gibran lagi kenapa sih? Ya kenapa lagi kalau bukan karena Yasmin?
Insiden pertemuan tak terduga tempo hari ternyata berefek dahsyat dan membekas di benak Gibran. Yeay, payday! pekikan itu terdengar lucu, ditambah ekspresi wajah Yasmin yang berseri. Rasa malasnya siang itu langsung sirna begitu melihat senyum cerah si gadis.
"Aduk teroosss!"
Gibran tersentak kaget dan hampir menumpahkan es jeruknya yang masih utuh di dalam gelas. Ojan tertawa puas lalu berujar, "Kalau gak mau buat gue aja."
"Gak!" Gibran buru-buru menarik gelasnya menjauh, lalu meneguknya sampai tersisa setengah.
"Lo lagi kenapa sih, Gib? Senyam-senyum gak jelas," tanya Kevin.
"Cacingan," sahut Ojan.
"Senyum apa? Orang gue diem aja," jawab Gibran.
Ojan mencibir, sedangkan Kevin malah tertawa.
"Gib, lo lagi jatuh cinta ya?" tembak Kevin di sela tawanya. Sorot matanya seolah meledek Gibran, Ketauan lu. Wajah nggak bisa bohong!
Alih-alih menjawab, Gibran malah menundukkan wajah ke gelas demi menghindari tatapan Kevin.
"Oalah bocaaahh," sahut Ojan. Pemuda itu memajukan tubuhnya ke arah Kevin. "Lo tau gak, Vin? Kapan hari gue mergokin dia stalking profil LinkedIn cewek!"
Kevin kaget, "Dari sekian banyak akun medsos, you chose LinkedIn?"
"Bukan," Gibran langsung membela diri.
"Nama ceweknya Yasmin. Gue inget banget!"
Gandeng sia, Ojan! Gibran melayangkan tatapan tajam ke arah pemuda yang sedang memangku gitar itu. Bukannya ciut, Ojan malah balas menunjuknya dengan jari. "Liat kan, langsung mingkem!"
"Bukan gitu," ujar Gibran sekali lagi.
"Teruuuusss?" ledek Kevin.
"Gue kan jemput si Kal di tempat lesnya, yang di Mall itu. Ternyata gurunya seumuran sama kita, masih kuliah, satu perumahan juga," Gibran berusaha menjelaskan kronologi yang sebenarnya, walaupun dipangkas separuh.
"Intinya penasaran aja sih. Kampusnya dimana, jurusan apa..."
Ojan dan Kevin mengangguk dengan ekspresi menyebalkan. Halah, mau menyanggah sampai mulutnya berbusa juga mereka nggak akan percaya. Sudah lah, Gibran itu nggak pandai berbohong. Hidungnya yang kembang kempis dan telinganya yang semerah buah delima itu mustahil untuk ditutupi.
"Kerja jadi tutor Bahasa Inggris kira-kira possible nggak dia kuliah Teknik Mesin?" respon Kevin.
"Atau Sastra Arab," timpal Ojan.
Duh, aing mah. Salah deui wae.
Lagi-lagi Gibran menundukkan wajahnya karena salah tingkah. Tangannya mulai mengaduk isi gelas tanpa alasan.
YOU ARE READING
The Day I Met You
FanfictionIt was all started on the day I met you. -•- A romantic-comedy fictional works made by yours truly, Dongvely✨
