CHAPTER 02

2 0 0
                                    

"Aduh lelah saya, kenapa harus ada tugas kelompok segala sih?" gerutu Rafeyfa, ia kesal karena akhir-akhir ini ia mendapat banyak tugas kelompok, belum lagi tugas individu yang diberikan tak terkira.

"Setidaknya kita selalu sekelompok" ujar Helena, setiap mendapat tugas kelompok, mereka memang selalu satu kelompok.

"Yaudah deh, yang penting kita bareng, tapi ngerjainnya kapan kapan ya, jangan hari ini atau besok" sahut Rafeyfa.

"Kenapa?"

"Pinggangku sakit, kebanyakan mengerjakan tugas"

"Itusih, kau saja yang jompo, kau kan remaja jompo" Rafeyfa langsung menoleh ke sumber suara, ia mendapati Diego yang sedang berjalan di sampingnya. Lelaki itu seperti jelangkung, datang tak diundang, pulang tak diantar.

"Diem deh, jangan memancing emosiku kali ini!" geram Rafeyfa, kini mereka (tadinya bertiga) berempat sedang berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang.

Diego menyengir lebar. "Memang benar kan kau remaja jompo, usia remaja kok fisik jompo" ledeknya.
Rafeyfa memutar bola matanya kesal, moodnya yang buruk semakin buruk karena adanya Diego. Rasanya ia ingin menendang Diego agar tidak menganggunya lagi.

"Bagaimana kalau kita mengerjakannya di perpustakaan kota? Disana banyak refrensi untuk tugas kita" usul Helena.

"Boleh sih, hari apa? Dan naik apa? Bareng atau tidak?" tanya Rafeyfa beruntun.

"Hari jumat, jam satu siang, untuk kendaraannya aku kurang tahu, bagaimana denganmu jul?" Helena menyikut Julian yang kebetulan berada di sampingnya.

"Same at you, kita bisa pergi barengan agar tidak ada yang ngaret" sahut Julian.

"Kau menyindirku jul? menyebalkan" gerutu Rafeyfa.
"Kau sendiri yang tersinggung" sahut Julian.

"Okay kalau begitu, hari jumat ya, kita berkumpul di rumah Rafeyfa" ujar Helena.

"Aku ikut dooong" celetuk Diego. "Aku mau melihat remaja jompo ini mengerjakan tugas" imbuhnya seraya merangkul Rafeyfa.

"Idih! Kau itu ga diajak, sadar diri deh" sahut Rafeyfa, ia melepaskan rangkulan Diego dengan paksa.

"Kami ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas, bukan untuk bermain-main" ujar Julian, menatap lurus kearah Diego.

"Baik, baik, aku hanya bercanda" sahut Diego, jika sudah berurusan dengan Julian, ia tidak lagi melanjutkan aksinya.

Rafeyfa hanya menghela napasnya, ia memutuskan untuk pulang duluan karena ingin mengebut tugasnya, mumpung ia sedang good mood, selain itu ia ingin memuaskan dirinya dengan mendengar lagu cover dari Key untuk menghiasi sisa harinya.

Rutinitas sehari-harinya hanya seputar sekolah, membersihkan seisi rumah, mengerjakan tugas, dan mendengar lagu cover dari Key. Ia lebih sering mendengar daripada menonton, karena Key menutup dirinya dengan hoddie dan masker hitam jika sedang bernyanyi. Tapi itu bukan masalah besar baginya, ia tidak peduli dengan penampilan, ia hanya ingin mendengar suara berat nan halusnya.

Rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah, tinggal menaiki angkutan umum selama sepuluh menit dan berjalan sekitar lima menit dan sampai di rumahnya.

Rumah Rafeyfa tidak terlalu besar atau megah, hanya rumah dengan tingkat dua dan halaman yang berisi tanaman dan berbagai jenis bunga, serta pagar hitam yang menjulang tinggi sebagai pembatas antara rumahnya dengan jalanan umum. Ia pun memasuki rumahnya yang disebut home, tapi ia hanya menyebutnya house.

Ia tinggal bersama paman dan bibinya, namun mereka berdua biasa disebut dengan nyonya Zefanya dan tuan Zevano di depan umum. Mereka berdua bekerja sebagai saintis di salah satu lab di pusat kota, mereka jarang pulang saking sibuknya.

My Love IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang