Pria itu berdiri di tepi ranjang, jemarinya terangkat ke wajah Kattie yang tertunduk, menyentuh pipinya yang memerah, jari telunjuknya menyusuri tulang rahang hingga ke bawah ke lekukan leher. Jemari Grant membuka di tengkuk Kattie, menengadahkan kepala Kattie. Matanya menatap Kattie dengan tatapan possesif, bibirnya bahkan tidak tersenyum.

Mengapa harus pria ini? Umpat Kattie dalam hatinya. Pria dingin tidak berperasaan yang telah merenggut kesucian nya.

Cengkraman jemari Grant di tengkuk Kattie mengencang, rambutnya tertarik kebelakang. Kattie mengerang tertahan.

Jemari tangan Grant yang lain terangkat menyusuri bahu telanjang Kattie hingga ke lekukan leher dan berakhir di daun telinga yang memerah. Pria itu merendahkan kepala dan berkata seraya menyentuhkan ujung bibirnya di telinga Kattie. "Dont tell them about us and what happen between us."

Jantungnya berdetak kencang seperti sedang naik roller coster berputar naik turun, tatapan Mr.Grant menjungkir balikan dunia nya. Tatapan dingin Mr.Grant berubah drastis dari sikapnya beberapa jam yang lalu.

Kattie lemah dibawah dominasi seorang Eric Grant. Ia mengangguk patuh. "Semua yang terjadi semalam, kuanggap tidak pernah terjadi."

"Aku tidak mengatakan diantara kita telah berakhir, Miss Becket." Grant melepaskan jemarinya dari kepala Kattie dan mundur selangkah. Tatapan mata Grant tajam menghunjam Kattie hingga lututnya lemas.

Grant berjalan ke tempat pakaian Kattie yang berserakan, diambilnya pakaian itu kemudian dilempar nya ke pangkuan Kattie. "Rapikan riasanmu dan tunggu dibawah, supir akan mengantarmu ke kantor."

"Mr.Grant..."

Suara pintu dibanting menandai kepergian Eric Grant. Beberapa saat kemudian seorang pelayan wanita membawakan pakaian ganti untuknya. Ia merasa lega tidak harus mengenakan pakaian kemarin untuk pergi kerja hari ini. Kattie bergegas merapikan pakaian dan riasannya sebelum turun melewati tangga besar beralas permadani mewah. Kediaman Eric Grant adalah sebuah Mansion, bahan bangunan berkualitas tinggi dan perabotan mewah memenuhi setiap ruangan yang dilewati Kattie. Nuansa abu-abu dan warna kayu mendominasi setiap ruangan, sesuram karakter penghuninya yang dingin dan tidak ramah.

Kattie tiba dibawah dan menemui supir yang menunggunya di luar mobil. Pria sudah berumur yang mengenakan seragam lengkap itu mengangkat topinya dan tersenyum ramah ketika membuka pintu penumpang. "Selamat pagi, Miss. Saya yang akan mengantar Anda pagi ini ke kantor."

Kattie merasa lega setidaknya ada yang bersikap baik di rumah ini. Ia tersenyum balik. "Thank you, Sir."

"Dimana Mr.Grant?" Tanya Kattie ketika sudah di perjalanan.

Pak supir menjawab tanpa menatapnya, masih fokus dengan jalan raya yang cukup padat. "Tuan mengendarai mobil sendiri hari ini karena saya harus mengantar Miss."

Mungkin Kattie harus mengucapkan terima kasih kepada Mr.Grant. Terima kasih atas seks yang indah dan telah mengantarkanku ke kantor.
Konyol!Pikir Kattie tertawa dalam hati.

Setibanya di kantor, Ia diturunkan di lobi depan. Masih terlalu pagi dan terlalu sedikit orang yang datang. Perutnya mulai keroncongan, setidaknya secangkir kopi cukup mengisi perut. Langkah kakinya dengan anggun menuju ke area restoran yang berada di lantai 3 gedung. Tidak berlama-lama menikmati sarapan nya, Kattie kembali ke ruangan kerja.

Mary dan Amber berseru menyambutnya, kedua teman nya memeluk dengan perasaan lega.

"Aku merasa bersalah melibatkanmu dalam rencana ini." Ujar Mary seraya menggenggam kedua tangan Kattie. "Mr.Grant tidak melakukan sesuatu kan? Kami melihat kalian berdua menghilang."

Kedua mata Kattie mengerjap gugup. Ia tertawa pelan menutupi kegelisahannya. "Tenang saja, tidak terjadi sesuatu." Kattie tertawa sedih. "Kami malah berpisah sebelum aku menemukan keganjalan padanya, maaf teman-teman."

Amber menghela nafas lega. "Kami lebih menghawatirkanmu, Kath."

"Percaya padaku, semua aman." Dusta Kattie.

"Hei, setelan ini tampak mahal." Ucap Amber terpana melihat pakaian yang dikenakan Kattie. "Seperti gaya desainer."

"Tentu saja ini palsu, aku membelinya secara online." Kattie berkilah dan dengan cepat mengganti topik pembicaraan. "Apa Mr.Grant sudah tiba? Ada laporan yang harus didiskusikan."

"Pagi sekali dia sudah datang, mood nya kurang bagus pagi ini. Jangan terlalu lama berada di ruangan nya, Kath." Amber berkata dengan suara berbisik.

Kattie mengangguk tanda mengerti. Tangan nya memberi isyarat OK. "Terima kasih."

Memang ada laporan yang harus ia tanyakan pada Mr.Grant, tapi haruskan ditunda besok?

**********
Dengan perlahan Kattie mengetuk pintu ruangan sang CEO.

"Masuklah." Suara pria itu terdengar dari balik pintu yang tidak tertutup rapat.

Kattie melangkah perlahan membawa setumpuk berkas di tangan nya. Matanya terus melihat ke lantai ruangan yang berbalut karpet mewah. Menjaga jarak dari tempat duduk Mr.Grant, Kattie menaikkan sedikit pandangannya. Pria itu sangat tampan sama seperti hari hari sebelumnya, namun Kattie baru menyadari bahwa aroma tubuh Mr.Grant seakan masih melekat di tubuhnya.

"Saya ingin melaporkan rencana promosi tentang bekerja sama dengan salah satu chef ternama." Kattie berusaha merangkai kata berusaha mengabaikan gugupnya ia dibawah tatapan Eric Grant.

"Kathleen."

"Ya, Mr.Grant"

"Tinggalkan saja proposalnya di meja." Pria itu berkata singkat sebelum kembali fokus pada iPad yang berada di atas meja.

Akhirnya, ia merasa lega tidak harus berlama lama menikmati aroma tubuh Grant yang masih melekat merasuki jiwanya. "Saya permisi."

Pria itu bahkan tidak menjawabnya. Kattie merasa setengah lega setengah sedih karena setelah semua yang terjadi diantara mereka, pria itu tetap mengabaikannya.

**********








ONE NIGHT STAND WITH MY CEOWhere stories live. Discover now