Tepat Waktu

5 0 0
                                    

16 April 2022

Pagi ini, aku membuka kembali akun instagramku setelah sekian lama tidak membukanya. Bagian profil terbuka. Tebersit pemikiran, "kalau dulu kejadiannya tidak seperti itu, akan jadi apa aku sekarang?" Kemudian seperti ada suara lain di dalam diriku, "semua terjadi karena ada alasan, jika memang dulu tidak terjadi seperti itu, mungkin aku akan lebih baik. Tapi tidak ada jaminan pula kalau ternyata malah hidupku semakin hancur."  Hmmm betul juga.
Kebanyakan foto yang kuunggah adalah foto bersama teman-temanku atau keluarga di momen tertentu yang cukup penting seperti reuni, makan bersama satu kelas, lomba pertama, malam keakraban, praktik pertama dan terakhir, bakti sosial. Aku selalu suka membagikan moment seperti itu, terasa hangat dan penuh makna. Mungkin tidak sebagus selebgram atau orang lain, tapi aku merasa nyaman dengan itu. Foto terakhir yang aku unggah di sana, yang berarti dua tahun lalu, adalah fotoku bersama Ayah tujuh tahun lalu, saat Ayah masih sangat sehat, saat Ayah dan kami masih sangat bahagia, saat Tuhan masih memberi nikmat tak berkesudahan hingga membuat kami terkadang lalai. Foto itu kuunggah untuk mengenang Ayah yang sudah tiada tiga bulan sebelumnya. Saat melihat foto itu, entah kenapa aku merasa semua hal terjadi tepat pada waktunya. Kilas balik terus berdatangan mengisi memori di kepalaku. Coba saja Ayah pergi di waktu berdekatan dengan waktu foto itu diambil. Apa jadinya diriku? Sehancur apa aku? Aku yang waktu itu terlalu keras kepala, ambisius, egois, sulit menerima kegagalan, seremuk apa aku jadinya jika kehilangan navigatornya?
Ayah pergi di saat aku sudah sedikit paham apa itu kegagalan, paham untuk melihat dan mengerti orang lain, paham bahwa tidak semua yang kita inginkan dapat menjadi kenyataan dan milik kita. Ayah selalu berpesan "bahwa di atas langit masih ada langit". Dan itu selalu kupegang hingga saat ini. Untuk tidak selalu terpuruk dalam kegagalan. Mungkin hari ini kita menang, kita berhasil, kita bahagia. Namun, siapa yang tahu seperti apa esok hari. Jangankan esok hari, satu jam, satu menit bahkan satu detik kemudian kita tidak pernah tahu. Bisa saja nanti kita bersedih, kita kalah, kita gagal entah sebesar apapun usaha yang sudah kita kerahkan. Seperti kutipan favoritku dari Kazuo Murakami dalam bukunya Misteri DNA "Jika berusaha 10-20% sisa 80-90%-nya akan diselesaikan oleh Sesuatu yang Agung". Kita masih memiliki Sesuatu yang Agung atau apapun kalian menyebutnya yang akan selalu campur tangan dalam kehidupan kita.
Kembali ke foto-foto di akun Instagramku. Ku-scroll foto lain yang kuunggah, fotoku bersama teman-temanku. Dulu, aku terlambat untuk memasuki dunia perkuliahan. Sering tebersit pemikiran, seandainya aku tidak terlambat mungkin aku sudah sukses sekarang. Namun, aku kembali tersadar karena foto-foto itu. Seandainya aku tidak terlambat kuliah, apakah aku akan bertemu mereka? Mereka, orang-orang hebat dengan pengalaman dan pemikiran unik, pribadi-pribadi luar biasa yang bisa mengajariku banyak hal baru. Seandainya aku kuliah tepat waktu, apakah aku akan belajar untuk bisa menerima dan menghadapi kegagalan? Seandainya aku sudah sukses sekarang apakah aku akan menjadi pribadi yang akan memahami, menghargai, dan sensitif terhadap pemikiran orang lain? Tentu tidak ada jaminan untuk itu semua.
Dan mulai sekarang aku selalu percaya bahwa apapun yang terjadi pada diri kita, sudah dipersiapkan oleh Tuhan dan akan diberikan di waktu yang sangat tepat.

Coretan Si SagitariusWhere stories live. Discover now