1. PROLOG

238 24 2
                                        

Kelas Seni lukis baru saja selesai, namun Sky belum mau beranjak pulang karena dia harus lekas menuntaskan lukisan yang sebelumnya dia lukis di taman belakang sekolah.

Karena sketsa lukisan itu hilang, Sky jadi kesulitan untuk melukiskannya ke kanvas dan mau tak mau dia harus mencari inspirasi baru.

Deadline kompetisi melukis yang ingin Sky ikuti sebentar lagi akan berakhir dan Sky harus lekas membuat lukisan yang sesuai dengan tema kompetisi, agar dia bisa ikut kompetisi lukisan bergengsi itu.

"Sky, lo nggak pulang?" Tanya salah satu mahasiswi anggota seni lukis.

"Aku belum selesai," jawab Sky seadanya.

"Okelah kalau gitu, gue pulang duluan ya? Nanti jangan lupa kunci pintunya, terus kasih kuncinya ke Pak Jun."

"Ya, taruh saja di meja kuncinya."

Hari semakin sore dan senja mulai tenggelam, namun Sky belum juga selesai dengan lukisannya.

Dari arah pintu ruang seni lukis terlihat seseorang masuk dan menutup pintu perlahan dari dalam.

Seseorang itu berjalan mendekat ke arah Sky yang sedang fokus melukis.

"Lukisanmu bagus sekali, Sky," pujinya tiba-tiba.

Mendengar suara itu, Sky sangat terkejut hingga dia menjatuhkan kuas di tangannya.

Menoleh ke belakang dan mendapati Pak Vicky, selaku dosen bahasa inggrisnya di kampus tengah berdiri dengan jarak mereka yang cukup dekat.

"Pak Vicky?" Gumam Sky dengan segelintir perasaan was-was, mengingat keberadaan mereka saat itu hanya berdua di dalam ruang seni lukis yang besar itu.

Terlebih hari yang mulai gelap dan pastinya keadaan kampus sudah sepi. Hanya saja, yang jadi pertanyaan, kenapa Pak Vicky belum pulang?

"Apa kedatangan Bapak ke sini untuk mencari saya?" Tanya Sky dengan kepala yang menunduk. Gadis itu mulai dilanda rasa takut berlebih.

"Oh nggak. Saya cuma kebetulan lewat dan melihat pintu ruang seni masih terbuka. Saya pikir Pak Jun lupa menguncinya, ternyata masih ada orang di sini," ucap Pak Vicky yang semakin mengikis jaraknya dengan Sky.

Hingga setelahnya, apa yang ditakuti Sky pun terjadi.

Kedua tangan Sky meremas kuat ujung cardigan yang dia kenakan saat kedua tangan Pak Vicky meremas kedua bahunya dari belakang. Tubuh lelaki itu sudah menempel sempurna dengan tubuh Sky, bahkan Sky bisa merasakan jika Pak Vicky sengaja menekan tubuh bagian bawahnya ke arah punggung gadis itu.

Jantung Sky kian berdebar kencang saat tangan kurang ajar Pak Vicky mulai menelusuri area tengkuk leher dan belakang telinganya.

Lelaki paruh baya berkepala botak itu membungkuk, menghirup dalam-dalam aroma rambut Sky yang harum dan panjang tergerai. Ekspresi lelaki itu berubah seperti seekor hewan pemangsa yang buas.

"Jangan Pak, jangan lakukan itu..." Gumam Sky yang hampir menangis, tanpa mampu melawan.

Sky mengutuk dirinya yang terlalu lemah dan penakut.

"DIAM! Nikmati saja, Sky. Kamu tau kan apa resikonya jika sampai berani melawan saya?" bisik Pak Vicky dengan kedua tangannya yang kini sudah masuk ke dalam pakaian depan Sky, hendak meraih dua gundukan kenyal di balik bra yang Sky kenakan.

BAD BOY KAMPUS VS GADIS INTROVERT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang