from the kitchen counter

Start from the beginning
                                    

'He's not here.'

"Bye, Jake-ssaem!"

Ia berbalik badan, melihat siapa yang barusan memanggilnya. "Oh bye, Jongseob! See you tomorrow." Ia melambaikan tangannya pada yang lebih kecil. Jake juga membungkuk sopan pada sang ibu yang berjalan di samping si anak.

Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat kalau jumlah anak-anak yang berada di lobi ternyata sudah jauh berkurang. Lobi yang luas kini terlihat lebih lapang karena di sana hanya ada beberapa murid saja, orang tua yang menunggu anaknya selesai bermain di taman, dan juga rekan gurunya. Ia menghela lega. Mungkin ia dan Sunoo bisa pulang lebih awal daripada perkiraannya.

Jake kembali bergerak, menjauh dari ruangan kelas, melintasi ruangan lobi, dan keluar menuju taman bermain. Tak butuh waktu lebih dari semenit baginya untuk menemukan Sunoo ketika ia sampai di sana. Anak itu hari ini mengenakan hoodie berwarna merah dan bucket hat berwarna putih, membuatnya menjadi salah satu anak dengan baju yang paling mencolok di sini.

"Sunoo," panggilnya ketika ia berdiri tak jauh dari sisi perosotan.

"Ya?" Ia kemudian meluncur dari atas, dan ketika sudah sampai di bagian bawah perosotan, ia menoleh pada Jake.

"Tadi Ayah telfon ssaem, katanya Om Jay ngga bisa jemput Sunoo. Ayah juga masih di tempat kerja. Jadi..." Ia memberi jeda sejenak, melihat ekspresi si kecil. Namun wajah Sunoo tidak terlihat seperti ia keberatan. "Yang nganterin Sunoo pulang nanti ssaem."

"Uh-hum," ia mengangguk.

"Tapi kalo kita pulangnya nungguin sampe temen-temen Sunoo dijemput semua gapapa kah?"

"Iya gapapa, Ddeonu masih pengen main di sini."

'Thank God.'

"Kalo gitu ssaem balik ke lobi dulu ya? Nanti ssaem ke sini lagi kalo semua temen-temen Sunoo udah pulang."

"Okay!"

───────────────────────

Matahari sudah mulai menunjukkan semburat jingga di langit ketika mereka berdiri di halte bus. Cahaya yang memantul dan mengenai jalanan membuat kota Seoul kini dibanjiri oleh warna keemasan, begitu selaras dengan warna kuning dedaunan di pohon.

"Ssaem," panggil Sunoo yang berdiri di sampingnya, tangan kecilnya menarik ujung jaket jeans yang Jake kenakan. "Bisa bikin cookies?"

Ia menoleh pada yang lebih muda lalu berpikir sebentar. "What kind of cookies?"

"You know..." Sunoo melepaskan pegangannya dan mulai membuat gerakan tak menentu dengan kedua tangannya. "Cookies yang biasanya ada di toko kalo lagi Halloween."

Ah.

Jake tahu kalau ini sudah memasuki akhir bulan Oktober. Ia juga menyadari banyak toko-toko di pusat perbelanjaan yang memajang barang koleksi spesial Halloween mereka, seperti kostum, dessert bertemakan Halloween, dan sebagainya. Namun jika yang Sunoo maksud adalah cookies dengan dekorasi lucu seperti yang ia lihat di televisi, Jake belum pernah mencoba membuatnya sama sekali.

"Sorry, buddy. I don't think I can make it," katanya. Bibir Sunoo mengerucut ketika mendengar jawaban Jake. Namun ia tidak marah ataupun protes pada si guru. "Tapi ssaem bisa bikin cupcake, kalo Sunoo suka?" Dan perkataan Jake kembali membuat si kecil sumringah.

"Ddeonu suka!" Ia melompat kecil. "Berarti ssaem bisa bikin Halloween cupcake?"

Jake meringis. Bisa bukanlah kata yang ingin ia pakai untuk mendeskripsikan kemampuannya dalam mendekorasi cupcake — apalagi yang bertemakan Halloween. Sejauh ini pun ia hanya pernah mendekorasi cupcake-nya dengan model frosting yang sederhana saja.

someone to take you home | HEEJAKEWhere stories live. Discover now