Prolog

4.6K 393 4
                                    

"Pak, ini laporan kegiatan produksi kemarin."

Sosok berkacamata menghampiri pria yang tengah duduk di kursi putar. Pria itu mendongak mengambil map yang di sodorkan, "Lalu gimana situasinya, Flo?"

Flo, gadis cantik itu membenarkan kacamatanya, "Persediaan bahan di gudang mulai menipis. Kalau tidak secepatnya di selesaikan, saya khawatir proses produksi tidak akan bisa dilanjut."

Pria itu mengangguk melihat map di tangannya sambil mendengarkan ucapan Flo, "Kalau begitu untuk sementara, hubungi manajer untuk menghentikan produksi. Besok kita adakan rapat untuk mendiskusikan masalah ini, kamu boleh keluar."

Flo mengangguk dan meninggalkan ruangan berpintu kaca buram itu. Lalu menuju ke ruangannya yang juga memiliki pintu kaca yang sama. Ia duduk di kursi putar seraya meregangkan tulang-tulangnya yang terasa pegal.

"Memang sih jadi salah satu Direktur itu enak karena gajinya lumayan," di helanya nafas kasar kala melihat tumpukkan kertas di pojok meja kantor, "..tapi tanggung jawabnya juga sepadan sama gaji."

Flo menyandarkan punggung ke kursi dan memejamkan mata, tangannya memijat pelan keningnya, "Hah.. gue butuh refreshing."

Ting!
Ting!
Ting!

Bunyi notifikasi muncul berurutan membangunkan Flo yang hampir terlelap. Thanks God karena jika tidak, mungkin ia akan benar benar tertidur disana lalu mengabaikan tumpukan kertas di pojok meja yang sudah menunggu untuk diperiksa.

Tangannya dengan malas meraih ponsel di atas meja, menyalakannya lalu terlihat pop-up pesan di layar kunci.

Woy
• Jangan lupa dateng ke acara reuni nanti sore!
• Gak dateng lagi gue san..

"..tet," ucapnya lirih, ia berdecak kesal dan menaruh kembali ponselnya di atas meja.

Dia lupa kalau nanti malam akan ada reuni SMA yang ke-4. Sebenarnya ia hendak menolak untuk datang, tapi sebelum dirinya menolak, sudah ada entah siapa yang koar-koar di grup angkatan kalau dirinya akan datang.

Tak heran kalau mereka seperti itu, karena ia sudah tak menghadiri tiga reuni. Tak ada alasan spesial sih, ia hanya malas dan juga terlalu sibuk dengan pekerjaannya yang tak bisa ditinggal.

Sejak lulus SMA, ia tak melanjutkan ke perguruan tinggi melainkan langsung mencari pekerjaan. Setelah dapat yang cocok dengan gaji lumayan, ia menjadi orang yang gila kerja disaat teman seangkatannya sedang kuliah.

Setelah dua tahun menjadi gila kerja, Ketua Direksi menaikkan jabatannya menjadi Direktur Operasional.

Memang banyak pro dan kontra saat itu, banyak yang iri karena dirinya bisa naik posisi hanya dalam dua tahun bekerja, apalagi saat itu umurnya baru 21 tahun. Bahkan ada rumor tentang dirinya yang menjual tubuh ke Ketua Direksi supaya bisa naik jabatan.

Ya.. tapi itu cerita lama sih, sekarang rumor itu sudah hilang walaupun ada beberapa orang yang masih nyinyir.

Sekarang umurnya sudah 23 tahun, sudah empat tahun ia bekerja disana.

🍁🍁🍁

Sosok cantik berambut panjang berdiri di depan cermin, pantulannya menampilkan gadis cantik dengan balutan baju kasual. Sweater rajut oversize model turtleneck berwarna coklat muda dengan celana kain putih membalut tubuh rampingnya.

Saat melihat dirinya sendiri di cermin, kepalanya mendadak sakit entah kenapa dan selalu seperti ini. Ia memejamkan mata sambil menepuk nepuk kepalanya, "Jangan lagi.."

Setelah beberapa menit sakit itu berangsur menghilang, Flo menghela nafas lega dan mengentikan tangannya yang memukul kepala.

Flo membuka ponselnya, mengirimi temannya pesan sambil melangkah keluar dari kamar setelah melihat titik posisi taxi online nya sudah dekat.

Ia keluar dari rumah dan mengunci pintu serta gerbang. Menunggu dengan sabar di depan gerbang sambil sesekali melihat ponsel.

Saat ia tengah memeriksa posisi jemputannya, tiba tiba suara teriakan dan pekikan memasuki telinga. Ia mendongak kesamping, lalu melihat seorang pria gila berlari tak tentu arah sambil menodongkan pisau.

Memang, ada RSJ tak jauh dari kawasan rumahnya, namun belum pernah sekalipun ada kasus pasien yang melarikan diri. Penjagaan disana sangatlah ketat mengingat posisinya dekat pemukiman warga.

Flo terbelalak tentu secara naluriah mundur dan hendak mencari tempat bersembunyi. Dilihatnya orang orang berlarian menghindari si pria gila itu, bahkan ada warga yang hampir tertusuk pisau jika saja tidak melawan.

Panik, tangannya segera membuka tas mengambil kunci gerbang. Dengan gemetar berusaha memasukkan kunci ke lubang kunci, keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya.

Ia sesekali menengok ke arah pria gila itu untuk memastikan jarak mereka masih jauh. Namun sepertinya ia sedang sial, mereka justru berkontak mata!

Sial sial sial!

Jantung Flo berdebar takut kala melihat mata pria itu, mengerikan! Matanya merah dengan lingkaran hitam di bawah mata, seperti orang yang tidak tidur berhari hari.

Ia memutus kontak mata melihat kunci di tangannya, gotcha! Kunci gerbangnya terbuka, ia tersenyum senang dan segera melepas gembok yang terpasang..

Jleb!

Flo tertegun, mulutnya terperangah, itu terlalu tiba tiba. Ia merasakan sakit di punggungnya, gembok di tangannya jatuh, matanya bergulir ke bawah melihat ada ujung pisau yang menembus dadanya tepat di letak jantung.

Ia terbatuk mengeluarkan darah, bau amis menusuk kerongkongannya.

"Sial.."

Pisau itu tercabut, dan tubuhnya limbung ke tanah, nafasnya terasa semakin berat dan matanya mulai mengantuk, ditambah rasa amis darah di mulutnya.

Teriakan minta tolong dan ambulan perlahan terdengar samar, perlahan matanya buram lalu akhirnya menjadi gelap gulita.

Hal terakhir yang ia lihat adalah pria gila yang sudah di pegang petugas RSJ dan orang-orang yang mengelilinginya.












Deg

"Eh, Lo gak papa?" suara laki-laki dari arah kanannya.

Flo tersentak linglung, menatap sekeliling sebelum ia mengerutkan kening samar. Ada orang-orang berseragam sekolah duduk berjejer lurus dengan dirinya menjadi pusat di ujung.

Situasi macam apa ini?

"Flo, kok diem?" kini gadis di kirinya bersuara sambil menepuk pelan bahunya.

Flo naluriah menoleh, matanya sedikit bergetar, "iya, gue gak papa kok."

Gadis itu menatapnya skeptis, "Serius? Kalo Lo lagi gak enak badan, mending rapat OSIS nya di lanjut besok aja. Masa anggotanya rapat, ketuanya lagi gak fokus."

Flo sontak terkejut.

Apa?

Rapat OSIS dia bilang?

Hah?

Prolog end

Flo the ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang