Bagian 22

1K 152 33
                                    

Yaku termenung sesaat "Ini?" Jantung nya hampir terhenti, ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi pada laki-laki itu "Kau bohong kan?"

Sugawara lagi-lagi diam, kepala gadis itu sedikit di miringkan pertanda bingung

"Ruang Jenazah?! apa maksudmu!"

"He?!" Lengan sugawara terulur menggeser tubuh teman nya "Sebelah sini" Ucap nya seraya menunjukkan ruangan tepat di sebelah ruangan keramat itu

Jantung yaku yang sebelumnya terasa pindah ke perut kembali normal seperti biasanya "Bisakah kau tidak berekspresi seakan-akan kuroo-san sudah mati"

"Siapa yang berekspresi seperti itu? kau saja yang terlalu berlebihan" Sangkal sugawara "Lagi pula sudah ku bilang dia baik-baik saja"

Yaku menggerutu sendiri, sungguh siapa yang memilih ruangan ini, ia akan mengutuknya.

Tidak ada kah ruangan lain yang bisa di jadikan tempat rawat inap, kenapa harus tepat di samping kamar jenazah?

Tak mau meladeni sugawara yang kini lebih memilih menunggu di luar, lengan yaku mendorong pelan pintu ruangan tersebut, tubuhnya tanpa sadar berlari masuk tak kalah mendapatkan seorang laki-laki tengah duduk di atas ranjang dengan mata yang menatap ke luar jendela

Kuroo tersentak saat merasakan tubuhnya di peluk oleh seseorang secara tiba-tiba "Yaku?" Tak ada perlawanan, tangan si surai hitam terulur, mengusap lembut punggung gadis yang lebih muda dari nya "Apa yang terjadi?"

"Bodoh!" Yaku melepas pelukan itu "Aku pikir kau sudah mati"

"Hei, aku tak selemah itu"

Keadaan kuroo memang tidak jauh lebih baik dari keadaan yaku, laki-laki itu terpaksa tidak bisa berjalan untuk beberapa minggu, dokter memintanya tetap di tempat tidur dan keluar mengunakan kursi roda

Kedua kaki kuroo mengalami patah tulang ringan, sebenarnya tidak ada yang parah hanya saja ia memang tidak bisa menggerakkan kaki nya secara normal sampai beberapa minggu kedepan

"Lagi pula siapa yang mengatur ruang mu!"

"Kenapa?" Kuroo sedikit tertawa saat menatap wajah dokter muda yang seperti nya benar-benar menghawatirkan dirinya

"Di samping kamar mayat!"

"He?!" Jujur kuroo tidak tau kamar nya di samping kamar mayat "Benarkah? bagaimana bisa?"

"Mana aku tau."

Seketika kuroo di buat merinding, jadi semalam dia tidur di samping mayat-mayat, oh ya ampun.

"Duduk lah" Tangan kanan yaku di tarik pelan, tanpa mengatakan apapun si surai madu duduk di tepi ranjang "Syukurlah daisho tidak melukai mu" Lanjut kuroo

"Aku juga sudah melihat kenma semalam, dia tidak papa, aku menyuruh bokuto membawa kenma bersama nya"

Yaku mengangguk seraya tersenyum tipis

"Soal ular sialan itu, daichi sudah mengurus semuanya dia ada di tangan polisi, kau tidak perlu khawatir"

Lihat, kecelakaan terjadi semalam, keadaan nya jauh lebih parah, tapi yaku tak habis pikir kenapa laki-laki di depan nya bisa dengan mudah menyelesaikan semuanya bahkan sebelum ia bertanya

"Bagaimana dengan ibu kenma? daisho itu mengatakan semuanya saat di mobil aku pikir dia tidak bersalah"

Kuroo terlihat berpikir sejenak "Bagaimana menurut mu?"

"Bebaskan dia dari tuntutan, biarkan kenma bertemu dengan nya, aku yakin dia tidak punya niat jahat sedikit pun, lagi pula kenma sudah jauh lebih baik dari sebelumnya" Lagi-lagi yaku melempar senyum sesaat setelah mendapat kan anggukan pelan dari kuroo

Kenma Need Mom [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang