"ITU COWOK NGESELIN, ANJIR! SEMUAAAA CEWEK DIA EMBAT!"

"IYA, HARUSNYA LO TAU 'KAN, RA?!"

"INTINYA GAK BOLEH, SIH, KITA BERDUA GAK SETUJU. INGET, YA! RESTU BESTIE ITU LEBIH PENTING!"

Adara menghela napasnya, kedua sahabatnya ini sudah mengamuk, apa yang bisa ia lakukan?

"Gue juga gak mau, tapi Papa maksa."

"Gue harus ngomong sama bokap lo." putus Yaya.

"HEH! BOKAP GUE GALAK JUGA!"

"POKOKNYA GUE HARUS NGOMONG SAMA BOKAP LO!"

"Lo bertiga kenapa, sih?"

Ketiga perempuan ini menoleh ke arah orang yang bertanya pada mereka. Ketika tahu siapa orangnya, Yaya dan Ying langsung berlari ke arahnya.

"El, lo tau gak? Dara mau dijodohin sama Taufan!"

"HAH? J-JADI, YANG KEMARIN LO CERITA MAU DIJODOHIN ITU SAMA SI TOPAN?!" sentak Elvara, orang yang baru memasuki kelas.

Adara pun mengangguk dengan menutup matanya. Ia yakin, akan ada tiga orang yang berteriak tidak menyetujui perjodohan itu.

"APA?! GAK, POKOKNYA GAK BOLEH! KITA HARUS NGOMONG SAMA BOKAPNYA DARA!"

"TUH, 'KAN, GUE BILANG JUGA APA!" sahut Yaya.

"ATUR JADWAL KAPAN KITA HARUS DEMO KE OM SURYA!" usul Ying.

Adara memijat pelipisnya, "Emang harusnya gue gak cerita aja, ya?"

"Permisi para ahli kubur." Solar tiba-tiba masuk dengan membawa serencengan permen berbentuk kaki.

Yaya, Ying, dan Elvara menatap tajam pada Solar, membuat laki-laki itu bungkam dan lebih memilih untuk mendekati Adara.

Ia menyodorkan permen itu, "Mau?" tawarnya.

"Gue lagi makan bakso, Lar. Lo yang benar aja." ucap Adara dengan datar.

Solar mengedikkan kedua bahunya, lalu membuka satu bungkus permen dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Itu anak bertiga kenapa?" Solar bertanya sembari memperhatikan Yaya, Ying, dan Elvara yang sedang berdebat. Bahkan Ying sampai menarik rambut Elvara.

"Nggak tau." jawab Adara, padahal dialah yang jadi sumber permasalahan.

Mereka berdua menjadi hening, membuat Solar menjadi resah. Laki-laki itu melirik Adara yang sedang memakan baksonya sambil bermain ponsel. Tiba-tiba sudut bibirnya tertarik, membentuk sebuah senyuman tipis.

Apa yang Ice bilang emang benar, dia judes kalo dilihat dari samping. batinnya. Ia pun mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit kelas.

Apa gue bisa dapatin dia? Apa gue.. layak?

.
.
.

"Pssst, Dar, Dadar!"

CLETUK!

"Akh, sakit, anjir!"

Dannia meringis sembari mengusap keningnya yang mendapat jitakan kasih sayang dari Adara.

"Makanya, manggil orang yang benar!" kata Adara, "ada apa?!"

EnchantedWhere stories live. Discover now