"A-aksa, k-kita dimana?"

"Ini rumah Aksa, ibu ngapain kesini?"

"R-rumah?"

Aksa mengangguk. Semyuman di bibirnya masih terpatri. Mona semakin di buat heran. Apa maksud dari ucapan Aksa? Bukankah dirinya dan juga Aksa tinggal bersama?

"Bukan Aksa, ini bukan rumah kita. Ayok pulang, ayah, bang Arya dan bang Arka sudah menunggu."

"Tidak ibu, ini sungguh-sungguh rumah Aksa. Hanya Aksa, tidak ada ibu, ayah dan Abang. Aksa senang disini ibu, Aksa tidak sakit-sakitan lagi, Aksa tidak merasa lapar. Ini rumah Aksa, ibu pulang saja, ayah sama Abang pasti sedang menunggu ibu."

"Kita pulang sama-sama Aksa," Mona berusaha meraih tangan Aksa, namun tidak bisa. Mona menatap Aksa, kenapa tubuh Anaknya tidak bisa di sentuh sama sekali?

"A-aksa, kenapa ibu tidak bisa menyentuh kamu nak?"

Aksa tersenyum, "karena kita sudah beda ibu, ibu pulang lah, ini bukan tempat ibu."

Mona menggeleng, air mata jatuh dari pelupuk matanya. "Enggak Aksa, ibu gak mau pulang kalau gak sama kamu . Biarin ibu disini temani kamu."

"Ibu pergilah, ini bukan tempat ibu."

"Ibu mau disini, sama anak ibu. Ibu gak mau kamu sendirian, izinkan ibu disini nak. "

"Aksa tidak sendirian, ada saya yang menemani."

Mona mengalihkan pandangan, disana ada sosok ibunya, yang sudah lama pergi.

Sarah.

"I-ibu?"

Sarah tak menanggapi, dirinya malah melangkah, berjalan menghampiri Aksa.

"Sudah waktunya sayang," ucap Sarah seraya mengelus puncak kepala Aksa. Membuat Mona yang melihatnya mengernyitkan kedua alisnya.

Bukankah tadi tubuh Aksa tidak bisa di sentuh? Kenapa dengan Sarah tubuh Aksa bisa di sentuh?

"Ayok sayang, kita pergi. Biarkan ibumu disini."

Aksa mengangguk, ia menggenggam lengan Sarah lembut.

"Ayok, Oma. Aksa udah gak sabar melihat surga."

Mona mendelik, apa katanya tadi? Surga? Mona menggeleng ribut.

"T-tidak, ibu, jangan bawa Aksa, aku mohon."

Sarah tak menanggapi. Ia malah tersenyum menatap Aksa.

"Ayok sayang,"

Sarah dan Aksa berbalik, meninggalkan Mona.

"Enggak ibu, jangan bawa anakku." Mona berusaha menggapai lengan Aksa tapi tidak bisa, selalu saja tembus. Mona terisak, ia menjatuhkan dirinya. Menatap kepergian Sarah dan Aksa. Hendak mengejar, tapi seolah kakinya terasa di ikat kencang oleh rantai.

"Aksa, jangan sayang. Kembali sama ibu nak ayok."

"AKSA..." Mona berteriak histeris, saat melihat tubuh Aksa dan Sarah menghilang di telan cahaya.

******

"Aksaaa..."

Mona melenguh panjang, nafasnya ngos-ngosan, keringatnya bercucuran. Pertanda apa ini? Kenapa bisa, ia memimpikan Aksa?

"Sayang? Kamu kenapa?" teriakan Mona tadi, berhasil membangunkan Raffa.

"T-tidak kok mas, hanya sedikit mimpi buruk."

HELP [Tamat]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin