Window [MinChan] REQUESTED

Start from the beginning
                                        

"Nanti Chanie pakai baju tidur seperti bunda." Hyunjin mencium pipi Chan gemas, sedikit menyedot pipi kenyalnya dan ketika dia melepaskan ada tanda merah bulat dan basah oleh air liur "ih~!" Jeongin mengerut jijik melihat itu tapi Chan sendiri nampak tidak masalah dan tetap tersenyum lebar "ini basah!" Mengusap pipinya untuk menghapus noda liur Hyunjin yang terasa lengket dan setengah mengering di pipinya.

"Tapi Chanie selalu papa peluk dan cium, papa juga memandikan Chanie dan memasak untuk Chanie... " Minho menarik pelan tangan Chan yang bingung untuk mendekat sehingga dia bisa menggendong Chan untuk di letakan di pangkuannya "Apa Itu berarti Chanie sudah menikah dengan Papa?" Dia mencubit pipi putranya yang menatap dengan kebingungan lalu beralih sedih ketika menoleh pada teman-teman sebayanya "Chanie sudah menikah?!"

Minho berusaha menahan tawanya mendengar nada terkejut dari Chan tapi yang paling sulit membuatnya untuk menahan tawa adalah Hyunjin dan jeongin yang bertatapan sejenak seperti hendak menangis sebelum itu benar-benar terjadi ketika keduanya melihat Chan "Tidak paman Lee, tidak~" tawa Minho pecah ketika keduanya secara kompak memukul pundaknya, itu bahkan tidak terasa menyakitkan, bukan apa-apa selain seperti pijatan.

Chan di pangkuan dengan panik berusaha merelai, tidak suka melihat Papanya di pukuli tapi juga heran mengapa Minho malah tertawa dan bukan menangis.

"Tidak boleh paman!" Jeongin mengigit pundak Minho dan barulah saat itu Minho berteriak kesakitan sembari menjauhkan pundaknya dari jeongin, seperti melihat kesempatan Hyunjin menarik Chan untuk pergi "Chan lari ada monster!"

"Jeonginie ayo larii!" Minho menangkap perut anak itu lalu menggelitik sebelum dia bisa berlari kearah Chan dan Hyunjin yang bersembunyi di bawah selimut.

Ya, ini bukan hal serius.

Setidaknya itulah yang berusaha dia pikirkan pada dirinya sendiri. Sudah 5 tahun berlalu semenjak dia membawa bayi menerobos hujan, memulai kehidupan baru sebagai ayah tunggal bersama orang tuanya, Minho bersyukur mereka tidak mempermasalahkan siapa Chan ketika dia menceritakan yang sebenarnya, tentang mengapa dia membawa pulang bayi yang masih merah, benar-benar seperti baru beberapa jam dilahirkan.

Minho mengingat bagaimana kesulitannya menjadi orang tua tunggal meskipun orang tuannya banyak membantu karena saat itu juga dia masih kuliah, ada masa dimana dia hampir menyerah dan berniat membuang Chan ke panti asuhan tapi kedua orang tuanya meyakinkan dan Minho sendiri tidak bisa tega melepaskan bayi mungil itu setiap kali melihatnya membuka mata, berkedip lalu tersenyum lebar seakan-akan Minho adalah satu-satunya hal yang bisa membuatnya bahagia.

Bayi mungil, lemah dan tampan itu kini tumbuh dengan baik, lebih kuat dari anak sebayanya, sangat ramah hingga memiliki banyak teman karena betapa mudahnya Chan bergaul, tapi yang paling dekat dan tidak mau melepaskan Chan adalah dua iblis kecil bernama Hyunjin dan Jeongin, hingga tak jarang rumah Minho berubah menjadi taman bermain bagi Hyunjin dan Jeongin.  dia senang melihat Chan memiliki banyak orang yang menyayanginya, dia sangat senang tapi ada tahap dimana dia sendiri merasa cemburu pada kedekatan orang lain dengan bintang kecilnya.

Kecemburuan yang Minho sadari itu tidak berada di tahap ayah pada anak.

.
.
.

"Papa, kapan kita pergi ke rumah nenek?" Minho tersentak kaget, langsung menunduk untuk melihat puncak rambut Chan yang basah "Saat kamu libur, little Star." Dia menjulurkan tangan ke atas mengambil botol sampo beraroma Apel milik putranya dari rak, terkekeh pelan melihat Chan yang langsung menoleh semangat karena mencium wangi apel ketika dia membuka botol dan menuangkan sedikit ke telapak tangannya sebelum menggosok ke rambut Chan sebelum memberi pijatan pelan di selingi gelitikan di leher Chan yang membuat anak itu tertawa sembari memiringkan kepala hingga ke pundak, menjepit jarinya "Papa berhenti hihihihi tolong." Minho menarik jarinya, memeluk tubuh kecil telajang putranya dengan erat sebelum dia agak menyesal karena Chan masih terlalu banyak bergerak, sengaja atau tidak sengaja menggesek penisnya di bawah sana dengan pantat bayi.

[18]Window|[Bottom Chan]Where stories live. Discover now