Chapter 5

27 9 2
                                    

Ian duduk di pinggiran kolam renang hotel room pada pukul dua dini hari. Rambutnya basah kuyup. Pandangannya tertuju ke bayangan wajahnya di air yang membentuk lingkaran-lingkaran saat dia menggoyangkan kakinya, berkecipak beberapa detik sebelum tenang. Pria itu menghabiskan waktu libur untuk melakukan kegiatan yang menurutnya cukup bagus untuk meningkatkan energi, tanpa balutan pakaian selain celana pendek yang juga basah, tidak lama dia mengelus perutnya yang membentuk kotak-kotak.

Pria itu mendongak ke langit-langit yang membentang, terhalang oleh kubah kaca raksasa hingga gemintang sedikit terlihat dari jauh. Bintang kecil, dia teringat ketika masih kecil sang Ibu kerapkali menyanyikan Mozart untuknya, dan kini lantunan itu dimainkan oleh seseorang melalui tekanan piano, berbunyi melalui ponsel yang dia mainkan semenjak kembali dari pertemuan sehari lalu.

Dia merasakan getar, juga kesenangan yang aneh. Seolah-olah lantunan itu menanyakan apa yang Ian inginkan ketika muda. Seorang pria dua puluh enam tahun yang kini sudah dikenali nyaris seisi dunia. Nyaris. Dengan berbagai pengalaman yang tentu saja layak untuk diperbincangan di berbagai platform.

Tidak lama, Ian bangkit dari duduknya, mengambil smartphone yang tetap membunyikan denting piano dan membuka kamera video. Dia berjalan tidak jauh dari ujung kolam, menyandarkan ponselnya dekat dinding dan berlari di tepi kolam hingga dia berhenti. Beberapa detik lanjutan, tubuhnya telah melayang ke udara, jatuh ke dalam air saat sebelumnya menunjukkan tubuh kekar yang diidam-idamkan oleh berbagai kalangan. Tubuh indah yang dipatenkan sebagai ciri khas seorang Jeon Ian, si muka imut. Bagaimana sebutannya saat itu ya, kalau tidak salah ini suatu sebutan yang didapat dari iklan susu anak-anak dan susu orang dewasa.

Dia menekan tubuhnya naik, wajah tampannya menyembul dari air. Kemudian tatapannya tertuju ke kamera, menampilkan senyuman dan kerlingan mata. Pria itu tahu bagaimana caranya bersikap seduktif. Jika dia mengunggahnya ke internet, 100 persen Namanya akan kembali menjadi bahan perbincangan di seluruh dunia. Para pria akan semakin membencinya, tetapi itu terbayarkan karena lipatan cinta yang dia dapatkan dari para wanita dan ibu-ibu. Ian, duduk kembali di tepian, mengambil ponsel dan mematikan kamera.

Ian memutuskan untuk kembali ke kamarnya dalam keadaan separuh telanjang. Membasuh tubuh di bawah shower hangat, kemudian duduk di depan televisi untuk menikmati acara variety yang cukup menyenangkan ditonton di akhir minggu. Lantas seorang pembawa acara menanyakan bocah berusia setidaknya di awal sepuluh tahunan mengenai cita-citanya ketika sudah dewasa, bocah itu dikenal sebagai penari dalam acara itu, wajahnya sangat manis dengan rambut panjang menutup sedikit bulu matanya, giginya gingsul. Pipinya gembul, tetapi tatapannya yang canggung berbanding terbalik dengan tariannya yang garang. Bibir Ian mendadak melebarkan senyuman, tanpa sengaja mengingat ketika dia masih seumuran anak itu.

Bocah Bernama Jinggo yang tadi ditanyai pun menjawab, "Aku akan menjadi seorang dancer professional! Seperti J black!"

Ian bertepuk tangan sebagai reflek dan tertawa gemas sampai matanya menyipit, kerut-kerut pada wajahnya menandakan betapa dia sangat menyukai jawaban bocah itu. Dia menghela napas kecil, kembali meneguk minumannya dan menyandar pada kursi. Sudah lama sekali dia tidak menikmati waktu menyenangkan sendiri seperti ini, biasanya dia menghabiskan waktu dengan teman-temannya dan tidak menyadari kalau waktu telah menunjukkan pukul enam pagi.

Bukannya tidur, Ian malah mengambil sepatu dan topi, mengenakan jaket dan memasang airbuds. Dia keluar dari areal hotel di mana matahari masih terlihat malu-malu untuk menunjukkan diri, tetapi beberapa orang sudah bergabung di jalanan. Beberapa orang membawa anjing yang diikat dengan tali pada lehernya supaya tidak kabur, sebagian lari membawa sepeda sembari bercengkerama, sisanya adalah berlari sepertinya. Minggu ini sangat ramai di taman, orang-orang berhenti di tengah jalan, berkumpul karena taman digunakan untuk syuting. Bagi mereka yang ingin melanjutkan lari diberitahukan untuk menunggu atau putar balik, dan Ian berhenti sebentar untuk melihat siapa artisnya, ternyata wanita itu adalah Sena yang tengah menangis dipeluk kekasihnya dalam drama terbaru.

Monokrom, Slow Update Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα