Bag 1

10.4K 689 44
                                    

-🐛🐜🐝-

Kaki mungil terbungkus kaus kaki hitam itu berlari menghindari tangkapan dari para abang abangnya. Dengan segala skill yang dimilikinya
Arkham melewati abang tertuanya dengan cara merangkak lewat bawah kaki jenjang sang abang.

Pagi pagi sekali rumah megah milik tuan Ardinata sudah di buat heboh dengan tingkah anak bungsunya yang sangat tidak bisa diam itu.

"Ayo abang kejal Alkham! Masa gitu aja nda bisa," ujar Arkham keras dengan maksud mengejek para abangnya yang belum juga berhasil menangkap tubuh buntalnya.

Dengan sorot mata tajam dan menusuk, Arlen mempercepat langkah kakinya guna menarik adik nya itu untuk berhenti berlari.

"Berhenti atau abang beri hadiah Arkham?"

Arkham dengan spontan menghentikan langkah kaki mungilnya. "Belhenti abang hehe,"

Jika sudah Arlen yang berbicara maka Arkham akan menurut. Karena hadiah yang di bilang sang abang akan membuat seorang Arkham melindungi dirinya sendiri. Cari aman.

"Nakal hm?" Ujar Arlen datar namun tangannya aktif mengusap rambut lebat milik adiknya.

Arkham menggeleng ribut, "Nda kok, Alkham hanya olahlaga saja, kata Bubu Alkham halus lajin olahlaga supaya Alkham sehat."

Arlen mengangguk saja menanggapi celotehan Arkham yang jika ditanya satu kata maka akan dijawab berpuluh-puluh kata.

"Abang, sudah salapan?" Tanya Arkham

"Hm?"

"Ih, sudah salapan belum abang? Masa gitu aja tidak dengal!" Seloroh Arkham geram dengan Arlen.

Arlen terkekeh, "Sudah, mengapa Arkham?"

Raut muka Arkham seketika berubah menjadi keruh mendengar Arlen sudah lebih dulu sarapan dari pada dirinya. Kan seharusnya menunggunya tidak mendahuluinya seperti ini. Arkham tak kawan bang Arlen.

"Siapa Suluh?" Cerca Arkham dengan mata melotot

Erza yang baru saja sampai mengusak gemas rambut lebat sang adik. "Gemees banget,"

"Tadi yang katanya suruh sarapan duluan karena sibuk bermain dengan Adul siapa kakak?" Tanya Arlen pada Erza yang sebenarnya sedang menyindir si bungsu

"Ertugrul Abang," sahut Erza.

"No! Stop panggil adek Eltuglul, adek tidak mau kakak, susahhh buat ngucapinnya tau."

Erza tertawa riang mendengar pekikan Arkham yang selalu tidak mau jika dipanggil dengan nama tengah nya.

"Iya-iya!"

***

Tangan mungil Arkham aktif mengelus pipi mulus ibundanya, "kenapa Bubu cantik?"

Syella mengulas senyumnya begitu lebar, terlampau gemas mendengar pertanyaan sang putra. "Benarkah Bubu cantik sayang," Arkham dengan semangat menganggukkan kepalanya.

"Betul sekali. Bubu cantik mengapa mau dengan Yayah jelek?" Seloroh Arkham yang membuat Syella terkikik geli. Untung saja suaminya itu sedang berada di kantor nya.

"Adek tidak boleh begitu,"

Arkham mendongak menatap polos manik bunda nya. "Tidak boleh? Mengapa Bubu,"

"Adek tau Yayah yang adek sebut jelek itu ayahnya adek. Jadi kalau ayah jelek berarti adek jelek dong? Really sayang? Dan adek nda boleh ngomong gitu kan Yayah, ayahnya adek. Yayah juga lebih tua dari adek." Jelas Syella

Arkham menunduk, kemudian mendongak kembali. "Telepon Yayah, Bubu."

"Why?,"

"Mau minta maaf sama Yayah!" Syella mengangguk mengambil ponselnya untuk menghubungi Nata-suaminya.

Saat panggilan terhubung Syella segera menyerahkan ponselnya pada Arkham.

"Hallo?"

"Yayah! Adek kangen Yayah!"

Nata tersenyum mendengar pekikan riang bungsunya. "Rindu hm?"

"Benal, adek lindu sekaliii sama Yayah!" Pekik Arkham keras

Nata tersenyum gemas mendengar teriakan bungsunya "Tunggu ya  sebentar lagi ayah pulang."

"Leally Yayah?" Antusias Arkham

Nata lagi lagi tak bisa untuk menahan gemas saat mendengar bungsunya yang masih belum bisa mengucap huruf 'R'. "Benar, adek tunggu sebentar lagi ya .."

"Siap Yayah! Oh iya adek mau bilang maaf," Setelah itu panggilan diputus sepihak oleh Arkham. Membuat Nata mengernyit heran maaf? Untuk apa pikir Nata.

Tanpa memikirkan kembali bagaimana nasib tumpukan berkasnya, Nata beranjak keluar untuk memenuhi panggilan si bungsu.

"Mau kemana pak? Sebentar lagi kita ada meeting dengan pak Subroto," peringat Ando sekertaris serta asisten pribadi Nata.

Nata tak menghiraukannya. Dengan langkah pasti dia melewati begitu saja Ando, membuat Ando mendengus melihat kelakuan bos nya itu.

"Pengin sekali saya menggeplak kepala pak Nata kalau tidak ingat dia itu bos besar di sini."

***

"Yayah!"

Kedatangan Nata disambut dengan ke antusiasan si bungsu. "Jangan berlari sayang," peringat Syella saat Arkham berlari dan melompat ke gendongan Nata.

"Adek linduuuu sekali dengan Yayah," ucap Arkham dengan tangannya yang aktif memainkan kancing kemeja milik Nata.

Nata tersenyum kemudian duduk disamping Syella, "Adek sudah tidur?"

"Belum,"

"Kenapa belum tidur hm?"

"Kan nunggu Yayah pulang, adek mau tidulnya sama Yayah."

Nata sekali lagi tidak bisa menyembunyikan senyumannya, terlampau mabok dengan ucapan manis putranya.

"Ya sudah mari kita tidur." Keduanya beranjak pergi untuk ke kamar Nata.

"Dadah Bubu, adek tidul dulu."

Syella mengangguk menanggapi Arkham yang kini hilang di telan tembok pembatas antara ruang tamu dengan tangga.

"Yayah nda capek? Bial adek jalan sendili saja. Kan adek sudah besal Yayah."

"Tidak, justru kalau Ayah melihat adek, capeknya ayah akan langsung hilang apalagi kalau dapat bonus dari adek." Ujar Nata sembari menunjuk kedua pipinya.

Arkham mengangguk antusias kemudia mengecup kedua pipi tirus Nata. "Sudah Yayah."

"Pintarnya anak Ayah, go mari adek tidur."

"Ayo Ayah, ucapin lengan adek. Dan selamat tidul."

Nata menuruti kemauan putranya, dan ikut berbaring dengan berakhir sama sama ikut terlelap dengan keduanya saling berpelukan.


-🐛🐜🐝-








Terimakasih orang baik💙.

See you next chapt🙏

Stay happy, stay healty, stay smile💚

Daaaaah muahh:)

Arkham (END)Where stories live. Discover now