JVD - SEMBILAN

Mulai dari awal
                                    


                                "Bentuknya lucu ya, pah. Balonnya."


Daton dan Rasti menatap Dea dengan mulut setengah terbuka. Terlalu kaget dengan apa yang Dea lakukan.


                                "Aduh, Dea. Ini bukan permen, apalagi balon." jelas Daton lembut.


                                "Terus apa, pah?"


                                "Ini itu pengaman."


Dea semakin memperdalam kerutan didahinya.


                                "Pengaman? Pengaman buat apa pah?"


Daton mengusap-usap tengkuknya, bingung. Rasti yang melihat pun langsung mengambil alih pembicaraan.


                                "Dea, ini itu bukan buat anak kecil. " kata Rasti lembut.


                                "Terus buat siapa mah?"


                                "Ini buat orang dewasa." tambah Daton.


Dea mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti dengan apa yang Daton dan Rasti katakan.


"Kalau gitu, mamah sama papah aja yang mainin. Papah sama mamah 'kan orang dewasa. Tunjukin ke Dea, cara mainnya. Kali aja, nanti Dea mau mainin pas udah gede."


perkataan Dea kontan membuat Daton dan Rasti melebarkan kedua mata mereka. Kalau sudah begini, bagaimana caranya menjelaskan ke anak yang baru genap berusia enam tahun?





"Papah, mamah, cepetan, ikh! Malah bengong."


Dea mencebikkan bibirnya. Memaang wajah kesal yang sangat menggemaskan. Menanti Rasti dan Daton untuk memperlihatkan cara 'main'nya. Rasti dan Daton saling berpandangan. Mereka bingung harus bagaimana.


                                "Kita main yang lain aja gimana?" tawar Daton.


Dea menggeleng mantap, gadis kecil itu masih sangat penasaran dengan permainan yang bisa dimainkan dengan benda yang berbentuk balon itu tapi memiliki rasa seperti permen.


                                "Gimana kalau kita masak dulu, makan dulu, gimana?" kali ini Rasti yang menawar.

Janda Vs Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang