"Ibumu - si pelakor bangsat membuat Ibunya Kenma bunuh diri dan meninggalkannya dalam keterpurukan. Gara-gara hasutan Ibumu, Ayah Kenma jadi jahat pada anak kandungnya sendiri."

"Si bangsat itu juga hampir membunuh Kenma dengan mengirimnya nasi dan mie instan setiap hari. Si bangsat itu membuat temanku harus dioperasi karena usus buntu padahal waktu itu dia masih kecil."

"Terus, sekarang elu tiba-tiba datang ke sekolah ini, pertama kali melihat Kenma langsung elu labrak dan menghinanya. Memfitnahnya anak pelakor, bahkan mengejek Ibunya yang bahkan sudah tiada!"

"Bangga lu kayak gitu?"

"Jangan asal nuduh ya, Lo gak ada bukti!" Seru Rashita mencoba membela diri

"Bukti? Ayah dan Kakek gue saksinya. Keluarga gue adalah saksi semua kebusukan Ayah Kenma dan elu. Bahkan semua orang yang disini, sudah lihat sendiri kebusukan lu. Siapa yang gak percaya sama gue?"

Rashita melihat sekelilingnya--semua mata memandang rendah padanya. Bisikan pembelaan Kuroo membuat nyalinya ciut. Bagai tikus yang terjebak di sarang kucing liar.

"Oh iya, perasaan lu lagi skorsing. Udah selesai ya masa skorsing nya? Tapi kayaknya lu bakal dikeluarin deh habis ini. Sebab lu udah ngebully rekan gue." Final Kuroo lalu pergi ke ruang BK sekaligus Kepsek untuk melapor.

"Saksi yang mau anak baru itu keluar dari sekolah ini, ikut gue." Ajak Kuroo lalu beberapa anak mengikutinya.

Mereka adalah saksi dan rekan Kuroo sendiri.

•••==•••==•••

Dering alarm default meramaikan kamar Kenma. Membangun kan sang empu agar dia memulai aktivitas nya. Nyeri di punggungnya sekarang sedikit membaik dibanding kemarin. Walaupun dia masih tidak bisa membungkuk.

"Sudah siang lagi? Sudah lama aku tidak tidur selama ini." Gumamnya sembari menghirup udara dalam-dalam.

Menuju dapur untuk memasak makan siang dengan menu simpel sup dan ayam goreng. Tanpa bumbu racikan sendiri, melainkan bumbu instan. Jadi dia tidak butuh waktu lama.

Selesai makan, dia lanjutkan dengan membuang sampah ke belakang rumah. Disana dia menemukan seekor kucing putih yang terjebak di tali.

"Kasihan sekali, pasti ulah manusia iseng" ujarnya sambil memotong tali yang membelit tubuh kucing ukuran junior itu.

Kucing putih itu mengelus kaki Kenma seakan berterimakasih padanya. Bahkan ketika Kenma kembali ke rumah untuk membagi ayamnya, dia mengikutinya.

"Ini untukmu, makan yang kenyang."

Sambil dia elus bulunya, Kenma berpikir untuk mengadopsinya. Sebagai teman baru.

"Hey, jadilah temanku. Aku akan mengadopsi sekarang, dan namamu adalah Ran."

Kenma tertawa kecil. Dia senang mendapatkan teman barunya. Ran juga sangat senang bisa diadopsi oleh nya. Dia terus mengeong manja padanya.

"Terimakasih" ucap Ran--
"Eh-"

...

Kenma menampar dirinya sendiri bahkan mengorek telinganya, dia merasa ada yang bilang terimakasih padanya. Tapi tidak ada siapapun disana selain dia dan Ran.

Jadi, siapa?

"Hantu, kah?" Pikirnya tiba-tiba membuat hawa menjadi dingin. Bulu kuduknya seketika berdiri.

"Bukan, tapi memang aku yang bicara"

Mata Kenma langsung melihat Ran. Kucing itu tersenyum lebar dan mengoceh padanya.

"Halo?" Tangan Ran melambai ke wajah Kenma yang masih bengong. Mencoba untuk menjernihkan kepalanya agar dia tidak berpikir yang aneh-aneh.

"Kenapa tiba-tiba... Kucing ini pasti iblis yang menyamar sebagai kucing." Ujarnya sedikit menjauhi Ran.

"Bukan" jawab Ran

"Sudah kuduga" Kenma menenteng Kucing itu hendak membuangnya keluar jauh darinya.

"Hey, jangan membuangku! Aku tidak seseram yang kau kira!" Ran memberontak, satu-satunya cara agar Kenma melepaskannya adalah dia harus mencakarnya.

"Aw!" Ringis Kenma, 3 goresan cakar tergambar apik di pipinya.

"Maaf, tapi aku terpaksa mencakarmu"

"Siapa kau sebenarnya?" Tanya Kenma mengambil sudip bekas dia menggoreng ayam.

"Aku akan menjelaskan padamu kalau sudip itu disimpan dulu." Jawab Ran - dia juga bersembunyi dari Kenma, takut kalau Kenma tiba-tiba memukulnya seperti manusia lain.

"Kumohon simpan dulu sudip itu" pinta Ran dengan nada memilukan. Tubuhnya juga gemetaran.

Raut wajahnya yang ketakutan meluluhkan Kenma. Dia mendekati Ran pelan-pelan, mencoba kembali mengelusnya.

"Maaf" ucap Kenma sedikit bisa mengontrol diri.
"Sekarang katakan" titahnya to the point.

"Sebentar, aku sembuhkan dulu luka diwajahmu" Ran mengusap-usap wajah Kenma, luka goresan itu menghilang seketika. Kenma dibuat kaget kedua kalinya.

"Jangan kaget, sepertinya kau punya kemampuan mengerti bahasa hewan" jawab Ran membingungkan.

Bagaimana bisa dia memiliki kemampuan mengerti bahasa hewan?

"Gak mungkin. Pasti kepalaku terbentur sesuatu atau karena habis disambar petir ya?" ucap Kenma memegangi kepalanya yang sakit.

"Iya, bisa jadi" timpal Ran
"..."

•••==•••==•••

TBC

Hai, kaget ya kenapa jadi gini? Hehe, sebenarnya memang sedari awal cerita ini ada unsur fantasi nya.

Konsep fantasinya memang sengaja aku taruh di tengah-tengah cerita setelah konflik Kenma dan Kuroo.

Cerita ini masih belum tamat dalam waktu dekat. Aku gak bisa jelasin disini, jadi nikmati aja dulu ceritanya.

Aku minta maaf kalau cerita ini ada kekurangan dalam segi apapun. Konsep, bahasa, dan cerita. Semua cerita yang aku buat ini adalah permulaan sebelum aku bisa terjun ke sebuah cerita original non fanfic.

Aku benar-benar masih pemula. Jadi, untuk pembaca yang sabar membaca dan menikmati karyaku, aku berterimakasih sama kalian🙏.

KITTEN || Kuroo And Kenma Friendship [END]Where stories live. Discover now