Part 2

366 96 5
                                    

Kesal, marah, tapi tak bisa menuduh siapa pun karena tak ada bukti, membuat Alma kembali ke toko dengan perasaan tak karuan. Pasti, di antara empat teman yang menginap pelakunya. Mereka pulang subuh dan masih bisa mengirimkan surat ke rumah Fajri. Karena dia indekost.

Sementara itu, surat untuk Pak Sena pasti dikirim ke ruangannya. Dia pun menemui kepala keamanan toko yang memegang CCTV.

"Pak, boleh lihat CCTV pagi ini gak? Mau lihat siapa saja yang ke ruang kantor gitu." Alma tak memiliki alasan kuat untuk melihat kamera pengawas.

"Alasannya apa? Kalau gak ada alasan kuat yang gak bisa, Mbak."

"Temenku iseng kirim surat ke Pak Sena, seolah itu dari aku."

"Surat apa?"

"Entah, makanya tolong dong lihat."

Lelaki itu mengecek kamera pengawas jam enam hingga jam tujuh saat karyawan berdatangan, tapi tak ada yang menuju kantor Pak Sena. Kecuali office boy yang membersihkan setiap ruangan.

"Cuma si Kamil yang bersihin tiap pagi." Lelaki itu menatap Alma.

"Ok. Makasih ya, Pak. Maaf merepotkan." Alma mengangguk sesopan mungkin, lalu melangkah kembali ke toko.

"Alma, jangan pergi-pergian dong bentar lagi toko buka," ujar temannya, Riri.

"Iya," balas Alma terpaksa mengurungkan niatnya menemui Kamil. Siapa tahu lelaki itu yang menaruh surat atas perintah teman-temannya. Atau salah satu temannya.

Jam sembilan toko dibuka penuh untuk pengunjung, Alma masih melangkah ke sana ke mari sambil mengecek setiap barang. Kemudian membantu pembeli yang kesulitan mengambil barang di bagian atas. Dia pun naik menggunakan tangga, lalu memberikannya.

"Makasih, Mbak."

"Sama-sama, Bu." Alma tersenyum dengan sopan dan mengangguk.

Pikirannya masih tak tenang. Fajri mengajaknya bertemu dan itu bisa jadi bahaya jika Arin mengetahuinya.

"Ngelamun mulu, deh," tegur Riri.

"Siapa yang buka buku harian aku di atas lemari?" tanya Alma pada Riri.

"Emang ada buku harian di atas lemari? Lemari mana?" tanya Riri heran.

"Jangan bohong, Ri! Aku sedang menyelidiki siapa yang membuka dan merusak buku harian aku." Alma menatap tajam.

"Duh, berasa ketemu detektif Conan," kekeh Riri sambil mengambil barang jatuh dan memasangnya kembali.

"Ri, jawab. Kamu bukan?"

"Bukan. Aku ngeuh aja enggak. Malas amat baca-baca buku harian orang. lagian emang apa isinya? Catatan hutang? Ngacu suka sama cowok? Bukan hal menarik buatku," celoteh Riri sambil menepuk Alma karena pengawas toko melintas.

Mereka pun bergegas berpisah dan berhenti mengobrol.

Masih cemas, Alma benar-benar tak bisa fokus bekerja. Dia lebih banyak melamun dan menduga-duga. Pelakunya di antara Fitria, Isna dan Riri. Orang yang sudah bangun ketika dirinya bangun ada dua orang. Isna dan Fitria, mereka asik mengobrol dan bersiap pulang saat jam lima pagi. Riri malah masih tertidur pulas.

Kemungkinan pelaku adalah Isna dan Fitria, mereka bangun awal, mengambil isi buku harian. Kemudian membawanya dan mengirimkannya pada Fajri, lalu surat kedua diberikan pada Pak Sena di kantornya melalui Kamil si OB.

"Pelakunya pasti mereka," gumam Alma kesal.

Namun, Riri juga berpotensi. Bisa saja dia bangun dini hari, membaca buku harian, mengambil dan menaruh di tas miliknya, lalu tidur lagi. Karena itu dia belum bangun saat yang lain sudah. Setelah itu dia mandi dan pulang, lalu alurnya sama memberikan pada Fajri di tempat kost dan meminta Kamil memasukkannya ke ruang Pak Sena.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Sep 20, 2022 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

Hey, I Need You!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant