12

1.7K 251 11
                                    

tak terasa waktu berjalan dengan cepat. lupakan karma yang memakai pakaian maid beberapa waktu lalu. saat ini lelaki bersurai merah itu sudah duduk di kelas barunya.

senyum tidak berhenti terpancar di wajah tampan yang bisa membuat para gadis menjerit itu. bagaimana tidak, dengan sibuknya asano sebagai ketua OSIS membuat jam belajarnya kurang hingga karma bisa mencapai nomor satu di sekolah. terlebih, ada murid dari kelas lain yang pindah karena nilai mereka, membuat karma tidak lagi duduk disebelah lipan bersurai jingga.

"bisakah kau berhenti, lama-lama senyummu mengerikan" protes akira yang duduk di sebelah karma.

"apakah kau terpesona?" karma semakin melebarkan senyumannya.

"tidak ada yang bagus dari senyumanmu, lebih baik kau berhenti seperti kata akira" sahut asano ketus.

"apa urusanmu sialan?" balas karma tidak kalah ketus.

"jangan umbar-umbar senyummu itu, aku gak suka kalo yang lain liat" bisiknya pada karma sebelum duduk di tempatnya.

"hah?"

ketua OSIS itu hanya tersenyum saat sepasang emas itu memandangnya bingung.

karma menikmati sepoi-sepoi yang membelai surainya di atap sekolah sambil menikmati minuman favoritnya. tidak ada yang speicial dari hari pertamanya di kelas 11. semua berjalan seperti biasa. kecuali ucapan asano tadi pagi.

kepalanya menggeleng ketika otaknya tiba-tiba mengingat hal itu.

'jangan umbar-umbar senyummu itu, aku gak suka kalo yang lain liat'.

"ohok!" siswa nomor satu di sekolah itu tersedak susu stroberinya mengingat perkataan bodoh itu.

namun, kenapa wajahnya memanas dan dadanya berdetak lebih cepat? ada apa dengan tubuhnya? ini seperti saat ia menemukan hal yang menarik untuk dijadikan mainan, tapi tidak ada yang menarik dari lelaki bernama asano gakuushu itu. jadi, ini apa?

"karma!"

"uwaa!" pintu yang terbuka tiba-tiba membuat lelaki yang sedang melamun itu kaget dan nyaris membuang susunya sia-sia.

"waa! apasih?" orang yang memanggilnya ikutan kaget.

"lu muncul tiba-tiba, kenapa?"

"oh iya, asano manggil, elu disuruh ke ruang OSIS" jawabnya menjelaskan tujuannya.

"kenapa gak dia aja yang kesini? dia yang perlu denganku kan," tolak karma. "eh, darimana kau tahu aku disini?"

"asano yang bilang, 'tolong panggilin akabane, mungkin dia ada di atap, kutunggu di ruang OSIS' gitu katanya"

kenapa harus namanya lagi yang ia dengar? rungunya muak.

"bilang ke dia, 'bukankah kau punya kaki untuk berjalan?'" ujar karma.

setelah menjawab seadanya, teman sekelas karma yang mendadak jadi babu ketua OSIS itu beranjak dari atap.

karma memilih duduk di bangku disana dan memainkan ponselnya. oh ya, abad 21 ini sudah ada yang namanya 'ponsel' yang berguna sebagai alat komunikasi yang memudahkan orang yang terpisah oleh jarak jauh. jadi, kenapa ketua OSIS bodoh itu tidak menghubunginya saja? kenapa harus repot-repot nyuruh orang lain? bukankah ini hanya akal-akalan lipan sialan itu agar ia kelelahan karena jarak atap dan ruang OSIS yang bisa terbilang jauh.

setan kecil itu menghembuskan nafasnya kesal sebelum merebahkan tubuhnya, membiarkan angin tetap menyapanya. cuaca berawan hari ini membuat suasana mengantuk. menutup matanya dengan lengan, karma memilih untuk menghampiri alam mimpi. lagipula guru yang masuk setelah ini tidak hadir. palingan beliau hanya memberi yang akan dikumpulkan di pertemuan berikutnya.

mendengar penuturan dari teman sekelasnya, asano meremas kertas proposal yang sedang diperiksanya emosi. mood-nya sedang buruk ditambah akabane sialan yang menghiraukannya itu benar-benar membuat darahnya naik.

"terima kasih, aku akan segera kesana" sahutnya sebelum menyuruh teman sekelasnya keluar.

setelah membereskan barang-barangnya, asano beranjak dari ruangan dingin itu. sebenarnya ia tidak peduli jika karma tidak mengindahkan panggilannya, tapi ini benar-benar penting. ya, sangat penting hingga ia rela dari lantai dua ke atap.

seketika apinya yang sudah diujung sumbu padam melihat orang yang terlelap dibangku satu-satunya di atap. ekspresi yang dibuatnya benar-benar menggemaskan. bahkan membuat asano memotretnya berkali-kali dari berbagai sudut.

"am, hmm, grmmrm" igauan tidak nyaman membuat asano menjaga jarak.

violetnya tertuju pada bibir ranum yang mengigau kata-kata rancu itu. sinar matahari membuatnya lebih merona. tangannya tergerak mendekati ranum itu. semakin dekat, bahkan membuat jantungnya berpacu kencang.

"mnn? ha?" karma mengucekkan matanya menerima sinar yang menembus retinanya. "jam berapa?" gumamnya sambil mengambil ponselnya.

"bel pulang baru aja bunyi"

suara itu membuatnya menoleh kaget. orang yang duduk di sebelah bangku mencuri perhatiannya.

"asano! apa yang kau lakukan disini?"

"kau benar-benar kebo, kau tidur sangat lama" jawab asano keluar dari topik.

"bukan urusanmu, apa yang kau lakukan disini, sialan?" ulangnya.

"aku mencarimu"

karma memasang wajah jijik mendengar jawaban bodoh itu.

"guru memintamu untuk mengikuti olimpiade matematika minggu depan" jelasnya. "dengar sampai akhir napa"

"minggu depan?" tanyanya kaget. "gila apa? persiapannya cuma seminggu?"

asano mengerutkan alisnya, "memangnya kenapa? kan udah pinter"

mendapat jawaban tidak terduga dari ketua OSIS itu membuatnya kesal. bagaimana bisa ia mengatakan hal enteng seperti itu?

"kau ini anak berbakat ya?" tanyanya dengan nanda ketus.

"hah?"

"maaf aja, tapi aku bukan anak berbakat sepertimu yang langsung bisa tanpa belajar. aku belajar dari pagi sampai malam untuk mencapai nomor satu" jelasnya. "aku menolak tawaran itu, kalau kau bukan saingannya tidak akan seru" tolaknya lalu beranjak meninggalkan asano yang terbengong dengan perkataan karma.

"'kalau kau bukan saingannya tidak akan seru'" ulangnya. matanya membelalak kemudian setelah memahami kalimat tersebut.

"akabane! jangan tinggalkan aku!" teriaknya sambil beranjak dari atap.

---

ide lagi jalan, jadi publish aja langsung.
maaf kalo tiba-tiba time skip.

okay, see you next chap

ketua osisWhere stories live. Discover now