2

3.5K 463 79
                                    

sudah dua minggu sejak sekolah dimulai. karma sudah kembali ke dirinya yang dulu, seorang diktaktor licik berlidah tajam. ia suka memandang asano rendah ketika ia berhasil mendahului lipan itu.

"apa ini? jarang sekali kau datang telat" ujarnya dengan nada mengejek.

"bukan urusanmu" sahut asano. ia mendudukkan dirinya di bangkunya.

"hee.. apa karena pak gakuhou sedang menganggur kau jadi telat diantar?" sepertinya kemarahan asano akan menjadi candu tersendiri untuk karma.

"diamlah akabane, aku sedang tidak ingin berdebat" asano baru saja ingin beranjak dari kursinya jika saja rungunya tidak menangkap suara bel.

"gak seru" sahut karma lalu beranjak meninggalkan kelas.

asano hanya menatap sosok merah yang semakin menjauh hingga tak terlihat lagi oleh violetnya. ia kembali menyibukkan dirinya menyiapkan buku pelajaran pertama.

sudah sebulan ia menjadi siswa di Kunugigaoka, sudah sebulan juga ia menjadi teman sekelas akabane karma. ia sudah mendengar semua kisah dari koro -sensei yang diceritakan oleh setan merah itu, entah yang diceritakannya benar atau tidak.

suara langkah kaki beriringan terdengar olehnya dan teman sekelasnya. seisi kelas segera duduk di tempatnya masing-masing, tapi karma masih belum kembali.

pintu terbuka, enam siswa kelas 3 memasuki kelas mereka. selempang di lengan atas cowok yang berdiri di tengah orang itu sudah menjelaskan mereka tanpa perkenalan. lagian mereka juga sudah memperkenalkan diri di hari pertama tahun ajaran baru.

"selamat pagi semua" sapa orang yang paling menonjol diantara mereka. "tanpa basa-basi lagi, saya hanya ingin mengatakan―" matanya jatuh pada bangku kosong di sebelah milik asano.

"―dimana orang yang duduk di sebelahmu, asano?" tanyanya. tidak ada yang tidak mengenal sosok jingga ini di sekolah.

"saya tidak tau, kak" jawabnya singkat. "dia keluar sebelum kelas dimulai"

"yasudah kalau begitu" sahutnya. "saya datang kesini ingin membagikan formulir untuk menjadi ketua OSIS periode selanjutnya" ia menarik nafasnya. "walaupun kalian masih kelas 1, kalian bisa mendaftarkan diri untuk menjadi calon" matanya tertuju pada asano seolah berkata bahwa ia yang akan menjadi ketua OSIS selanjutnya. "saya akan memberikan dua lembar formulir ini pada sekretaris kelas, kalian bisa mengambil padanya nanti. siapa sekretaris kelas ini?"

seorang siswi mengangkat tangannya. ketua OSIS yang akan turun dari jabatannya itu berjalan ke arahnya dan meletakkan selembar formulir diatas mejanya.

"jangan protes apapun" ujar orang itu sebelum sekretaris kelas 1⁶ sempat bertanya.

ia lalu berjalan ke arah asano dan memberikan lembar yang sengaja disisakannya. "pastikan kau menjadi ketua OSIS periode selanjutnya"

suara pintu yang terbuka membuat atensi kelas terpaku kesana. seorang cowok dengan rambut merah khasnya berdiri disana dengan sebuah susu stroberi di tangannya. emasnya tertuju pada pengurus OSIS periode kali ini.

"tch-" gumamnya pelan.

"darimana saja kau?" tanya sang ketua seraya menghampiri karma.

"apakah karena periodemu hampir berakhir, kau tidak punya urusan lain sehingga mengurus urusanku?" balas karma sarkas. emasnya menatap ketua OSIS itu tajam.

"dilarang berada diluar kelas setelah bel berbunyi kecuali dengan seizin guru yang bersangkutan" ujarnya mengingatkan.

"guru kan belum masuk, jadi sesukaku ingin kemana" balasnya lagi.

"poin kesopananmu ku kurangi, akabane karma" finalnya. "jaga bicaramu lain kali terhadap yang lebih tua"

"baiklah, setelah diisi, formulir bisa diletakkan kedalam kotak di depan ruang OSIS, minggu depan akan diumumkan siapa saja yang akan menjadi calon ketua selanjutnya" ia kembali ke tempatnys semula, membiarkan karma duduk ditempatnya. "sekian, terima kasih" tutupnya.

keenam anggota inti OSIS itu keluar dari kelas mereka.

"baperan banget sih, gitu doang ngurangi poin" ujar karma sebelum mereka benar-benar keluar.

ketua OSIS itu berhenti. "temui aku dibelakan gedung sekolah sepulang sekolah, akabane karma" ujarnya sebelum menutup pintu.

"kau benar-benar membuatnya marah" ujar asano.

"baguslah jika dia benar-benar marah, aku sedang bosan" sahut sosok merah itu. ia membuang kotak susunya ke dalam tong sampah.

emasnya tertuju pada kertas diatas meja milik lipan yang duduk di sebelahnya.

"kau mencalonkan diri?" ia tetap bertanya walau sudah mengetahui jawabannya.

"tentu saja"

"kau ini kurang kerjaan sekali hingga mencalonkan diri sebagai babu sekolah"

"bukan urusanmu kan, apa kerjaanku"

"tentu saja," jawab karma. "tapi aku sedang mencari teman debat, jadi mari adu mulut denganku"

---

asano hanya kebetulan dijemput telat hingga ia melihat orang yang sangat dikenalnya datang dari arah belakang sekolah. dari jarak lima meter ia dapat melihat beberapa lebam di tubuh―terlebih wajah―karma.

karma melewatinya tanpa mengatakan apapun, tapi wajahnya terlihat marah.

tak lama karma melewatinya, hpnya berbunyi, telepon dari sang mantan kepala sekolah.

"pulanglah sendiri untuk hari ini, aku tidak bisa menjemputmu"

hanya itu lalu sambungan telepon terputus tanpa menunggu jawaban asano.

entah ini kebetulan atau apa, asano memang tidak ingin dijemput hari ini. ia melangkahkan kakinya mengikuti karma yang untungnya belum jauh.

ia tidak peduli karma menyadarinya atau tidak, ia tetap akan mengikuti cowok itu yang entah kenapa berjalan ke kawasan SMP Kunugigaoka.

ia mengikuti karma yang berjalan melewati pegunungan, ia tahu kemana arah tujuan sosok merah itu.

mereka tiba di gedung lama yang tampak mulai reyot. ruangan itu terlihat indah walau tampak tidak layak lagi untuk ditempati.

"berhenti mengikutiku, lipan sialan"

entah telinganya yang salah menangkap getaran suara dari pita milik karma, atau memang suaranya terdengar sedikit bergetar? ia menghela nafas sebelum mundur, menjaga jarak dari karma yang memasuki gedung tua itu.

merasa tidak ada lagi yang mengikutinya, karma masuk ke dalam ruang guru. ia berhenti di depan meja milik guru guritanya. netranya membelalak terkejut melihat sesuatu didalam laci milik sang guru yang tidak pernah dilihatnya walau ia sudah melihat semua foto di album super tebal yang diberikan kepada seluruh murid kelas E.

tidak ada yang istimewa, hanya selembar foto seisi kelas yang tertawa bahagia dengan ketiga guru yang bahkan ia tak tahu kapan itu diambil dan selembar foto dirinya dengan koro -sensei.

tanpa ia sadari air matanya jatuh. ia memejamkan kedua emasnya, tak ingin mengeluarkan lebih banyak tetesan kristal itu. ia tersenyum.

asano terdiam. ya, ia mengintip dari luar gedung dan tak sengaja melihat setan merah itu menangis―jika bisa dianggap begitu.

sangat menawan.

itu yang terpikir olehnya ketika melihat momen langka ini. karma terlihat lebih indah dengan senyuman lembut itu. tanpa disadari, wajahnya terasa panas.

asano melihat karma terduduk lalu membenamkan kepalanya diantara lengannya diatas meja.

ia tersenyum pelan sebelum meninggalkan rivalnya itu. biarlah ia melupakan emosinya dulu, bukan urusannya untuk mengajak lelaki itu pulang walau langit mulai berubah warna.

---

kepanjangan.

bagus gak sih ceritanya?

kasih saran yaa

ketua osisTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon