Tak jauh dari keberadaan Keenan dan teman-temannya ada Aksa berdiri di pojokan. Aksa mendengar semuanya.

"Jadi, Keenan sengaja?"

"Apa salah Aksa, Keenan?"

Mata Aksa seketika melebar saat melihat Keenan mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Itu roko dan pemantiknya. Keenan merokok?

Aksa segera berlari, meraih rokok dan alat pemantiknya dari tangan Keenan sebelum Keenan memasukan rokok itu di antara celah bibirnya.

"Keenan!"

Keenan terkejut, ia segera bangkit dari duduknya. Aksa? Ah, bagaimana ini? Habislah riwayat Keenan jika Aksa mengadu kepada Calista dan Dika.

"Kamu merokok? Hah? Sejak kapan?"

Keenan terdiam, ia baru pertama kali melihat Aksa marah. Tidak, Aksa tidak marah. Hanya saja, Aksa---

"Keenan, kamu tau kan, merokok itu gak baik buat kesehatan, apalagi buat paru-paru. Hentikan Keenan, kamu masih sekolah. Jangan buat ayah dan Tante Calista kecewa. Aku mohon."

---dia terlalu khawatir jika Keenan kenapa-kenapa dan terlalu khawatir jika melihat kekecewaan Dika dan Calista.

Keenan segera menyambar roko dan pemantiknya dari tangan Aksa.

"Jangan sok peduli lo, mau gua ngapain kek ngelakuin apa kek, itu urusan gue. Dan satu lagi, jangan pernah mengadu apapun ke papa apalagi mama dan bang Zaidan. Kalo sampe lo ngadu habis lo di tangan gue."

Keenan berlalu, sebelumnya ia sempatkan membogem perut Aksa. Aksa membungkuk.

"Itu karena lo membuat gue gagal merokok." ucapnya, sebelum benar-benar pergi. Kedua temannya tersenyum smirk seraya menabrak pundak Aksa.

"Jangan sok jadi pahlawan, kalo Lo gak bisa membela dan mengurus diri lo sendiri. Jangan pernah ikut campur urusan orang. Paham Lo?" ucap Marvin, berbisik di telinga Aksa.

Aksa tertunduk, tangannya mengepal. Demi tuhan, Keenan akan semakin terjerumus kejalan yang salah jika berteman dengan mereka. Bagaimana caranya Aksa memisahkan mereka?

"Tante, Aksa janji, Aksa akan segera membuat Keenan kembali ke jalan yang benar. "

*****

Huek!

Huek!

Laki-laki itu tengah membungkukkan badannya, perutnya terasa mual dan sakit, tubuhnya terasa lemas.

Uhuk!

Uhuk!

Ia menepuk pelan dadanya, ahh ada apa dengan dirinya? Sudah dari tiga hari ini tubuhnya terasa tidak nyaman, apalagi bagian perut.

Uhuk!

Huek!

Matanya terbelalak saat melihat cairan merah pekat dan berbau amis itu memenuhi wastafel toilet sekolah.

"Ya Tuhan, ada apa dengan diriku?"

Dengan tangan yang gemetar, ia memutar keran, membiarkan cairan pekat dan amis itu menghilang dengan aliran air.

"Agrrrhh," rintihnya, ia menekan kuat pusat sakitnya. Wajahnya memerah, peluh-peluh keringat bercucuran saking sakitnya.

"A-ayah sakit, b-bang D-darren to---long,"

Tubuh itu merosot begitu saja di lantai toilet sekolah, matanya terpejam. Selama tiga hari ini, berusaha menahan, ia fikir sakitnya akan hilang tapi semakin hari semakin menjadi. Dan puncaknya sekarang, ia tak sadarkan diri.

HELP [Tamat]Where stories live. Discover now