perundungan

Mulai dari awal
                                    

"Tidak apa-apa bang, Abang sarapan saja. Kasihan yang lain sudah menunggu. Lagian ini hari Senin, takut telat juga kesekolah."

"Tapi lo---"

Aksa menggeleng, "Aku gak papa, Abang jangan mikirin aku. Sumpah aku gak papa, "

"Masakan lo?" Rayyan tidak tahu ada apa dengan dirinya. Kenapa seakan-akan ia peduli terhadap Aksa?

"Gak papa, nanti aku bawa buat teman-teman aku."

"Tapi kan lo---"

"Sudah ya bang, nanti aku telat. Gih, Abang sarapan dulu."

Rayyan tak menanggapi, ia hanya menatap Aksa yang sedang sibuk memasukan semua masakannya kedalam Tupperware. Miris.

"Rayyan,"

Rayyan tersentak, itu suara Darren. Ahh--pasti mereka sedang menunggu. Buru-buru Rayyan menghampirinya.

Setelah kepergian Rayyan, bahu Aksa bergetar begitu saja. Demi tuhan, ia kecewa, kenapa ia merasa tidak di hargai? Capek-capek ia bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan sarapan.

Tangan Aksa terangkat, menghapus air matanya. Ia tidak boleh cengeng. Mungkin mereka hanya takut apa yang terjadi sama Keenan, terjadi juga kepada mereka. Tidak apa-apa. Aksa paham.

*****

"Aku selesai," ucap Rayyan seraya menaruh gelas kosong yang sudah ia tegak airnya itu.

"Aku juga selesai," ucap Darren.

"Yasudah aku berangkat," Rayyan bangkit dari duduknya bertepatan dengan Aksa yang muncul.

"Ah dek, Lo berangkat sama gue. Gue gak mau, adek gue kenapa-kenapa." ucap Darren, matanya menatap Aksa dengan tatapan sinis.

"Lo juga Arka, berangkat bareng gue ke kampus kalo lo gak mau celaka." lanjut Darren, Arka mengangguk.

"Iya bang, gue sih ogah celaka di tangan dia. " ucap Arka seraya melirik Aksa dengan tatapan sinis. Darren tersenyum miring.

"Yasudah, anak-anak bunda berangkat nya hati-hati. Takut celaka, apalagi ada manusia jahat disini, ahh maksud bunda, banyak manusia jahat di dunia ini." kali Mona bangkit, menatap satu persatu anak-anaknya. Sesekali matanya melirik ke arah Aksa yang tengah menundukkan kepala.

"Ibu, sudah cukup, Aksa tidak sekuat itu bu."

"Yasudah aku juga berangkat, kamu hati-hati dirumah. Jangan makan sembarangan, apalagi makan masakan dia. Aku gak mau kenapa-kenapa dan kalau ada apa-apa kabari aku atau anak-anak."

Mona mengangguk seraya tersenyum, Rayyan, lelaki itu hanya terdiam menatap Aksa. Entahlah, kenapa hatinya ikut merasa perih. Ada apa?

"Yasudah Bu, Arka berangkat. Mungkin Arka akan pulang kerumah ayah, soalnya Keenan pulang nanti sore."

"Oke sayang, hati-hati di jalan. Jangan nakal di rumah ayah kamu ya? " Arka mengangguk.

Cup!

Aksa mengangkat kepala tepat saat Mona mengecup kening Arka. Ah--Aksa juga ingin merasakannya.

"Pasti Bu, aku bukan anak nakal apalagi jahat seperti dia." sinis Arka.

Kali ini Mona menghampiri Rayyan, mengecup kening Rayyan lembut sama dengan Mona mencium kening Arka.

HELP [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang