"Dimana Ayahmu?" Tanyaku
"Pergi" jawabnya dengan singkat, sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari game.
"Lalu Ibumu?" Tanyaku lagi, dan disini aku merasa bersalah telah menanyakannya.

"Dia mati" jawabnya demikian, kata 'mati' dia tekankan dengan nada ketus.

Berkat jawabannya yang seperti itu, aku tidak berani lagi bertanya macam-macam soal keluarganya. Takut kalau aku salah membuat pertanyaan dan membuatnya marah padaku atau parahnya aku dipecat jadi temannya.

Aku diam setelahnya, memilih untuk melihatnya bermain game. Aku lihat jari-jarinya sangat lincah memencet tombol stik PS nya. Dia terlihat sangat andal bermain game.

"Dari jam berapa kamu main ini?" Tanyaku mencari topik supaya kami semakin akrab, walau aku tahu dia risih denganku yang banyak tanya. Tapi aku lihat dia masih bisa untuk menghargai lawan bicaranya.

"Jam 2 pagi" jawabnya membuatku kaget. Bagaimana tidak? Dari jam 2 pagi sampai jam 6 pagi dia stay main game tanpa gerak sedikitpun dari duduknya. Apa pantatnya itu gak kram?

"Gila kamu, pantatmu gak sakit apa?"
Dia hanya menggeleng. Sepertinya dia sudah terbiasa, batinku.

"Biasa saja. Lagian setelah aku main game ini, aku lanjut tidur" tambahnya

"Jam berapa kamu mau tidur lagi?"
"Entah, sampai aku lelah mungkin" jawabnya tanpa kepastian. Aku benar-benar takjub tapi juga jengah melihatnya, aku ajak saja dia lari joging bersamaku - lebih sehat dan bermanfaat.

Agak sedikit memaksa dan akhirnya dia mau ikut juga.

.
.

Sekitar seminggu kemudian, aku tidak melihat Kenma keluar dari rumahnya. Aku inisiatif datang ke rumahnya sambil membawakan makanan dari rumahku. Ayahku yang menyuruh membawa makanan.

Saat masuk ke rumahnya, lagi-lagi pintu rumahnya tidak dikunci, sunyi tidak ada siapapun dan di kamarnya- dia bergulung selimut. Aku kira dia masih tidur, pas aku sentuh tubuhnya, ternyata Kenma demam tinggi, aku yang masih 10 tahun- belum pernah sakit demam bingung harus berbuat apa? Aku pun pulang ke rumah dan memanggil Ayah.

Kenma segera dibawa ke puskesmas terdekat diantar oleh Ayah dengan mobilnya. Aku sangat khawatir dan merasa bersalah tidak bergerak cepat. Tapi kakek menyuruhku untuk tidak menyalahkan diri sendiri, di kejadian ini Kakek berpesan padaku,

"jika terjadi hal seperti ini lagi, segera ambil air dingin seember, kain kompres, dan termometer untuk pertolongan pertama. Lalu pergi ke apotek untuk membeli obat penurun panas. Jika demamnya tidak turun jua, panggil Ayahmu. Kamu paham kan, Tetsurou?" Aku mengangguk lesu sebagai jawabannya.

Sorenya Ayah kembali bersama Kenma yang sedikit lebih baik. Ayah bilang, "Kenma punya sistem kekebalan tubuh yang lemah, dia gampang lelah, dan sakit mendadak. Dia juga kekurangan konsumsi nutrisi, zat besi dan mineral."

Jujur sekali aku sangat sedih mendengarnya. Bagaimana bisa dia kekurangan seperti itu padahal ada Ayahnya yang memberinya uang makan? Ah-- atau karna aku sering mengajaknya bermain voli?

"Maaf" ucapku saat itu, aku yakin mereka sangat terkejut mendengarnya, "ini salahku karena sering mengajak Kenma main voli"

"Benarkah?" Tanya Ayahku memastikannya pada Kenma, dan dia memberikan jawaban yang cukup membuatku kagum padanya.

"Iya, dia sering mengajakku. Tapi ini tidak sepenuhnya salah dia. Aku sakit bukan karena salahnya, tapi karena kesalahanku sendiri yang lemah dan merepotkan kalian. Kuroo sering mengajakku main voli sekaligus olahraga, menurutku mungkin karena tubuhku yang sudah lama gak olahraga, jadi tegang dan langsung drop. Maksudku, yang penting ini bukan salah Kuroo." Jawabnya secara beruntun dan terbata-bata.

Ini pertama kalinya aku mendengar dia berceloteh panjang lebar seperti itu. Walau tanpa ekspresi, tapi aku tahu dia berusaha untuk tidak menyalahkan ku.

Dan aku baru sadar akan hal ini, ternyata Kenma pernah berceloteh panjang padaku, tapi karena sudah lama aku tidak nostalgia, jadi aku menganggap Kenma yang sekarang ini tidur berbaring di ranjangnya adalah anak yang tidak banyak bicara.

Kembali lagi bernostalgia, kalau tidak salah aku sempat menanyakan soal Ayah Kenma pada Ayahku. "Ayah, dimana Ayahnya Kenma?"

Yang aku lihat dari raut wajah Ayahku adalah raut wajah yang belum pernah aku lihat darinya. Kesal.

Lalu dia menjawab, "Dia pergi dinas ke luar negeri, mungkin bulan depan dia balik. Selama Ayah Kenma pergi dinas, kita lah yang menjaganya. Tetsurou mau kan menjaga Kenma?"

Dengan polosnya aku menjawab, "iya, aku akan menjaga Kenma sampai kita dewasa!" Mana lantang juga.

.
.

Tapi nyatanya sampai sekarang pun aku tidak pernah melihat Ayah Kenma datang ke rumah. Aku tidak mau berburuk sangka padanya, namun kejadian pagi tadi dimana seorang gadis berkata kasar, mengejek Kenma dengan fitnah soal Ayahnya dan Ibunya, aku semakin bingung dan prasangka ku semakin kuat.

Apa yang telah terjadi?

•••==•••==•••
TBC

"... Nanti malam aku mampir ke bilikmu ya. Mau curhat"

"Tentu, datang saja kapanpun yang kamu mau"

KITTEN || Kuroo And Kenma Friendship [END]Where stories live. Discover now