Jenna menegakkan tubuhnya. Ia sadar kalau sudah melakukan hal bodoh. Ia sudah melampiaskan emosinya pada orang yang tidak bersalah.

"Bu, ada telepon, tuh." Tyas menunjuk ponsel Jenna yang berdering dan menunjukkan nama Yujin bukan Jin.

Wanita bermata besar itu melihat ponselnya dan langsung membalik layar begitu melihat nama Yujin.

"Ini artinya, Ibu beneran berantem sama suami. Kalau saya boleh tahu, kenapa, Bu?"

Jenna merasa kalau Tyas cukup bisa dipercaya. Akhirnya, ia menceritakan apa yang sudah terjadi pada dirinya. Namun, respons gadis itu membuat Jenna bengong.

"Sebenarnya, Bang Joel udah bilang tentang kontrak kalian. Jadi, saya nggak kaget kalau Bang Yujin ngenalin pacarnya ke Ibu. Yang saya kaget, Ibu kelihatan cemburu banget. Kalau memang pernikahan kalian hanya didasarkan pada kontrak, harusnya Ibu nggak se-cemburu ini."

"Saya nggak cemburu!" Jenna menukas cepat.

Tyas tersenyum hingga gigi depannya terekspos. “Ibu mungkin bisa bohongin yang lain, tapi Ibu nggak bisa bohongin saya." Tyas mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Jenna. "Ada seseorang yang pernah bilang ke saya, lebih baik jadi orang yang cintanya bertepuk sebelah tangan daripada jadi orang yang enggak tahu sama perasaannya sendiri.”

Jenna menunduk. Dalam. Ia bertanya pada dirinya sendiri. Apa benar ini rasa cemburu?

"Silakan diminum kopinya, Bu." Tyas mengeluarkan satu saset gula dari sakunya. "Kata Mas Dani, Ibu nggak suka kopi pahit. Jadi, ini gulanya."

***

Yujin mengirim pesan pada Jenna sambil berjalan di koridor kantornya. Tidak lupa, ia juga mengirimkan foto dompet tersebut. Biasanya wanita itu akan membalas pesan Yujin beberapa jam kemudian, tetapi kali ini, Jenna langsung membalas pesannya dengan cepat. Tidak seperti biasa, wanita itu membalas hanya dengan tulisan siap.

“Tumben banget, balesnya nggak pakai stiker?” Yujin berbicara cukup keras.

“Siapa yang nggak balas pakai stiker?”

Yujin berniat menjawab, tetapi kalimatnya tersangkut di tenggorokan begitu menyadari kalau ia mengenali suara itu.

"Saya tunggu kamu di ruangan."

Jantung Yujin rasanya ingin resign saja. Bisa-bisanya Papi berdiri di sampingnya, ketika pria berkemeja hitam itu berbicara pada dirinya sendiri. Mau tidak mau, Yujin langsung menuju ruangan Papi. Mereka menaiki lift yang terpisah. Papi dengan lift khusus dan Yujin dengan lift karyawan biasa.

Yujin menelan salivanya sebelum mengetuk pintu ruang direktur.

Tanpa terduga, Papi sudah berdiri di dekat pintu. Pria baya itu berdeham. Kemudian membentangkan tangan.

Yujin masih berdiri di tempatnya. Hatinya ingin langsung menghambur ke pelukan Papi, tetapi otaknya memerintahkan tubuhnya untuk tetap diam di tempat.

"Oke, mungkin pelukan terlalu berlebihan." Papi mengulurkan tangan.

Yujin menjabat tangan Papi. Matanya terkunci pada tangan yang sudah dipenuhi keriput. Hangat yang ia rasakan, masih sama seperti dulu. Sepuluh tahun sudah berlalu sejak terakhir kali Yujin menjabat tangan Papi.

"Bagaimana kabar istrimu? Papi masih belum sempat main ke rumah kalian." Papi bertanya setelah duduk di sofa. Ia sempat melirik jamnya untuk memastikan kalau saat itu belum masuk jam kerja.

"Jenna baik."

"Papi tahu, pasti cukup berat untuk kalian beradaptasi. Gia dan Mami banyak cerita tentang kalian."

Yujin hanya mengangguk.

"Mami sama Papi, dulunya dijodohkan."

Untuk informasi yang satu ini, Yujin baru tahu. Ia diam, tetapi matanya memancarkan kilat penasaran.

"Kami bersahabat sejak kecil, lalu terjebak perjodohan konyol. Awalnya kami menolak, bahkan Mami kamu pernah kabur dari rumah, tapi buktinya kami bahagia sampai sekarang." Papi tersenyum bangga.

Tanpa sadar, Yujin ikut tersenyum.

"Menikah itu bukan cuma soal cinta, tetapi pengertian dan saling percaya. Papi cuma mau menyampaikan ini. Jangan sampai kamu menyakiti wanita sebaik Jenna. Papi memang nggak kenal Jenna, tapi Papi kenal baik dengan keluarganya. Jenna berasal dari keluarga baik-baik. Papi harap kamu nggak buat Papi kecewa lagi."

Dalam hati, Yujin mengutarakan permohonan maaf. Ia tahu, kalau ia pasti akan mengecewakan Papi.

Aloha!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aloha!

Jenna cemburu? Masa, iya? Emosi sesaat aja kali, ya?

Terima kasih sudah membaca dan berkenan vote.

Ekspresi Yujin pas dengerin Papi cerita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ekspresi Yujin pas dengerin Papi cerita.

CTRL + Z ✓ (TERBIT)Where stories live. Discover now