Ballroom

1.1K 95 94
                                    

Semilir angin berhembus menerpa wajah penuh plester itu, hari semakin gelap menampilkan senja yang terlihat sangat indah. Ia menghela nafas kasar dan mendongak, terlihat dari kejauhan sang kakak dengan rombongan nya yang menyaksikan dirinya bernyanyi juga kedua adik nya yang terlihat antusias.

Vivi tersenyum manis dan menatap hamparan laut yang berada disebelahnya.

"Ada kala diri ini diam termenung dengan pikiran dan hati yang menerka-nerka, tipikal sosok yang begitu ceria membuat suasana sunyi dengan sikap yang tiba-tiba seperti itu bukan? Lantas mereka bertanya-tanya 'Lo kenapa sih Vi?' " Ia tersenyum manis

Vivi memejamkan matanya membiarkan suaranya menyatu dengan semilir angin.

Tak perlu khawatir, ku hanya terluka
Terbiasa 'tuk pura-pura tertawa

Ia membuka matanya lalu tersenyum manis, senyuman penuh luka.

Namun bolehkah s'kali saja ku menangis?
Sebelum kembali membohongi diri

Semua terdiam, terpaku dan terpana dengan suara lembut yang menyayat hati. Begitu pula dengan teman-temannya yang menganga tak percaya.

"Ngape sunyi bener dah?" Ucap Vivi mencairkan suasana

Ia terkekeh ringan dan mata nya menangkap sosok yang sangat familiar baginya, tawanya hilang berganti tatapan sendu dengan air mana yang berlinang dipelupuk matanya.

Ia menunduk dan menghembuskan nafas sejenak, menjernihkan fikiran yang seketika merusak hatinya lagi.

"Satu lagi, satu lagu lagi" Ucap Vivi lalu tersenyum manis hingga membuat kedua bola matanya ikut tersenyum

"Usai, kala cinta menjadi semu dan hanya harapan terpapar depan mata. Entahlah diri ini bahkan tak tau sejak kapan di permainkan oleh sebuah cinta, ah cinta atau hanya ilusi tapi itu sangat menyebalkan. Kini membuatku menyadari bahwa cepatnya jatuh cinta tak semudah saat melupakannya"

Vivi tersenyum tipis dengan air mata yang berteriak ingin terjun dari pelupuk itu.

"Rapuh, aku bahkan tak tau bahwa rasanya sehebat ini. Ku akui diriku kalah atas dasar cinta"

Vivi menutup matanya bersamaan dengan air mata yang menetes membasahi pipi.

Pedih ku saat merasa indah
Semua hilang dan usai

Suara nya mengayun lembut dengan emosi yang tersalurkan.

Bila cinta ini tak nyata
Jangan engkau beri harapan

Mata Vivi terbuka, menatap manik mata coklat indah dari kejauhan. Rindu juga sakit ia rasakan menjadi satu.

Sudah cukup kini kusadari
Terlalu cepat jatuhkan hati

Vivi terdiam sejenak sebelum kembali mendongak dan tersenyum tipis lalu kembali menuju backstage.

Penampilan dilanjutkan oleh mereka terkecuali Vivi yang sedang menenangkan hati nya yang tampak makin rusak.

"Drun lo udahan?" Tanya Ara

"Iye gih lo pada aja, mager gue"

"Besok ikut tampil kagak?" Tanya Olla yang ikut memperhatikan wajah Vivi yang sedang terpejam diatas sofa

"Iye"

"Yauda lo jangan kemana-mana" Ujar Mira

"Ck! Iye bawel ah!" Kesal Vivi

"Monyet dingetin juga!" Kesal Mira lalu melempar bantal sofa tepat diwajah Vivi

"Ye gue garuk muke lo!" Kesal Vivi lalu lanjut memejamkan matanya

PluviophileWhere stories live. Discover now