Silent Voice || Like Her

1K 161 25
                                    

Setelah membantu Jisoo membaringkan dirinya, Joohyun segera beranjak menuju dapur untuk mengambil air bersih serta handuk kecil guna membersihkan tubuh Jisoo.

Tak lupa juga ia mengambil kotak P3K untuk mengobati luka-luka yang cukup parah itu sebagai pertolongan pertama.

Ia juga sudah menghubungi temannya, sang pemilik apartemen sekaligus seorang dokter untuk mengecek keadaan Jisoo lebih lanjut.

Dengan penuh kehati-hatian Joohyun membersihkan tubuh lemah itu. Ia mengusapnya dengan perlahan agar tidak mengganggu tidur Jisoo dan tidak menyakiti dirinya.

Sesekali ia meniup luka-luka tersebut ketika melihat Jisoo gelisah dalam tidurnya untuk mengurangi rasa perih di luka.

Ia menatap lamat wajah Jisoo, mengingatkannya pada seseorang. Dalam benaknya ia berkata, andaikan aku bisa bertemu dengan adikku, pasti dia sudah besar dan secantik gadis ini.

Tok..

Tok..

Tok..

Ceklek~

Pintu kamar itu terbuka menampilkan seorang gadis yang seumuran Joohyun. Ia mengenakan setelan kaos putih dan juga celana jeans dengan menenteng sebuah tas berukuran sedang di tangan kanannya.

"Sungkyung-ah, akhirnya kau datang juga." Joohyun bernafas lega setelah melihat kedatangan sahabatnya itu, lalu menyingkir memberikan Sungkyung ruang untuk memeriksa Jisoo.

"Kenapa bisa seperti ini? Apa yang terjadi dengannya? Dimana kau menemukan gadis ini? " tanya Sungkyung ingin tahu. Ia membuka tas miliknya lalu mengeluarkan stetoskop, mengarahkannya ke dada gadis yang terbaring lemah itu untuk mengecek detak jantungnya.

Sungkyung juga memeriksa beberapa bagian tubuh Jisoo lainnya dan menemukan beberapa lebam yang cukup parah.

"Aku menemukannya di sebuah gang dan dia menjadi korban kekerasan dimana menurut perkiraanku pelakunya seumuran dengan dia dilihat dari seragam sekolah yang mereka kenakan sama."

"Bullying? Jinja? Hal seperti itu masih saja terjadi di zaman sekarang?" tanya Sungkyung tak habis pikir.

Tak lupa, ia juga menyuntikkan cairan vitamin dan juga penurun panas untuk Jisoo yang tiba-tiba terserang demam.

Ia segera merapikan semua barang-barangnya lalu memberikan beberapa obat dan juga salep kepada Joohyun.

"Jangan lupa berikan salepnya!" ujar Sungkyung mengingatkan Joohyun, "Aku juga sudah menyuntikkannya cairan penurun panas, jika ia sudah bangun beri ia makan bubur saja dan juga jangan lupa dengan obatnya. Aku pergi dulu."

"Ya, berhati-hatilah!"

Kemudian, Joohyun kembali duduk di sebelah Jisoo. Seketika ia terperanjat karena melupakan sesuatu.

"Aku harus menghubungi orang tuanya."

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

"Yeoboseyo?" sapa seseorang dari sana membuat Kyuhyung mengerutkan keningnya.

"Ne,nuguseyo?" tanya Kyuhyung, lalu memeriksa layar ponselnya untuk memastikan siapa yang menghubunginya.

"Bukankah ini ponsel putriku?" tanyanya lagi yang mulai sedikit panik.

"Ne ahjussi, ini ponsel milik Jisoo. Saya Irene, teman Jisoo. Saat itu kita pernah bertemu di perpustakaan." jelas Joohyun seakan mengetahui kekhawatiran Kyuhyung dari nada bicaranya.

"Ne Irene-ssi, tapi mengapa kau yang menggunakan ponsel putriku."

"Ah, iya. Aku ingin meminta izin kepada ahjussi kalau Jisoo hari ini akan menginap bersamaku. Paman mengizinkannya?" izin Joohyun dengan penuh harap.

"Baiklah, jika itu kau orangnya aku percaya. Lagipula tadi kami ingin mengajak Jisoo ikut bersama dengan kami agar dia tidak sendirian di rumah karena unnienya hari ini juga akan menginap di rumah temannya. Tolong katakan kepada Jisoo kalau kami akan pergi ke Jeju ya, nanti aku akan mengatakan kepada istriku dan juga anakku tentang Jisoo yang akan menginap bersamamu."

"Baiklah ahju--"

"Samchon saja agar lebih akrab."

"Ah, ne. Kamsahamnida samchon."

"Kalau begitu samchon tutup dulu ya!" panggilan itu pun terputus diiringi dengan helaan nafas lega dari Joohyun.

"Untung saja orang tuanya mengizinkan."

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

Dengan mengerjap pelan, mata itu berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Akhirnya kau bangun." ucap seseorang yang menyadarkan dirinya bahwa saat ini ia tidak berada di dalam kamarnya.

Dengan sedikit meringis ia berusaha bangkit untuk melihat dimana saat ini ia berada.

"Gwaenchana?" tanya Joohyun khawatir, "Ada yang sakit?".

Ia menutup matanya perlahan mencoba menetralisir rasa sakit yang tiba-tiba menyerang.

"Tidur saja, tubuhmu masih membutuhkan istirahat."

Bukannya menuruti perintah Joohyun, Jisoo malah memutar kepalanya ke kanan dan kiri seperti sedang mencari sesuatu.

Seakan tau apa yang dicari oleh Jisoo, Joohyun segera memberikan ponsel milik gadis itu.

"Ponselmu." ujarnya, dengan cepat Jisoo membuka ponselnya lalu masuk ke dalam sebuah aplikasi pesan dan mengetik sesuatu disana.

"Aku dimana unnie?", pesan itu ternyata tertuju kepada Joohyun lalu dengan perlahan Joohyun pun menjelaskannya.

"Sebelumnya, aku minta maaf karena telah lancang membuka ponselmu. Tapi kau tenang saja, aku hanya mencari kontak orangtuamu untuk mengabarkan keberadaanmu. Aku juga meminta izin kepada appamu untuk membiarkanmu menginap bersamaku hari ini, dan appamu mengizinkannya. Ia juga mengatakan bahwa mereka akan menginap di Jeju, sedangkan unniemu berada di rumah temannya."

Jisoo hanya mengangguk paham dengan kembali sesekali meringis menahan sakit.

Joohyun yang melihatnya pun di buat khawatir. Ia beranjak dari kursi yang ia duduki dan menghampiri Jisoo.

"Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu, sesudah makan kau harus meminum obatmu ya!"

Joohyun segera mengambil bubur yang sudah ia panaskan lalu kembali membawanya ke kamar.

Ia mendudukkan dirinya di pinggiran tempat tidur dan membantu Jisoo untuk duduk di tempatnya.

Ia meniup bubur yang masih panas itu lalu dengan perlahan mulai menyuapinya. Jisoo yang mendapat perlakuan seperti itu pun hanya diam saja, toh dirinya juga masih lemas.

Setelah menghabisi buburnya, Joohyun segera memberikan sebuah obat tablet pereda panas untuk Jisoo. Ia juga kembali membantu Jisoo untuk berbaring dan memperbaiki posisi selimut Jisoo yang sedikit berantakan.

"Bolehkah aku menemanimu disini?" tanyanya tiba-tiba membuat Jisoo memandang matanya lekat.

Anggukan kepala yang diberikan Jisoo membuat Joohyun melebarkan senyumnya. Ia kemudian menempati tempat kosong di sebelah Jisoo dan menghadap ke kirinya dimana Jisoo berada.

"Kau mengingatkanku kepada adikku. Dia pasti sudah besar sekarang. Aku, aku sangat merindukannya." dengan nafas yang tercekat menahan tangis, Joohyun menatap tepat ke dalam mata Jisoo. Ia merasakan kehadiran adiknya di dalam diri Jisoo.

Yang tidak ia tau adalah bahwa Jisoo sebenarnya memanglah adik kandungnya yang telah keluarganya campakkan.




















#HiEveryone

Maaf ya baru up, lagi sibuk banget nih. Ini aja disempetin untuk update, jadi kalau gak nyambung atau agak weird, maaf ya guys.

Hope you enjoy it, semoga menghibur.

Selamat malam semuanya, aing ngantuk mau bobo.

Bye, Love You😘😘

Silent Voice | JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang